Seyna Darma, gadis yang dianggap bodoh karena trauma kematian kedua orang tuanya, hidup dalam siksaan paman dan bibi yang kejam.
Namun di balik tatapannya yang kosong, tersimpan dendam yang membara.
Hingga suatu hari ia bertemu Kael Adikara, mafia kejam yang ditakuti banyak orang.
Seyna mendekatinya bukan karena cinta, tapi karena satu tujuan yaitu menghancurkan keluarga Darma dan membalas kematian orang tuanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadinachomilk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31 TERSEDAK
Angela tertawa pelan sebelum akhirnya tubuhnya condong dan memeluk Seyna erat. Pelukan yang penuh rasa lega, seperti menahan rindu bertahun-tahun.
"Akhirnya… kita bareng lagi," bisik Angela sambil mengeratkan dekapannya.
Seyna tersenyum kecil, senyum yang bukan manis tapi dingin dan puas.
"Dulu kita cuma anak kecil yang nggak bisa ngapa-ngapain," ucap Angela sambil melepaskan pelukan perlahan.
"Sekarang? Kita bisa balas semuanya. Aku udah kesal sekali dengan keluarga buruk itu!"
Seyna menatap Angela, tatapannya datar tapi penuh keyakinan.
"Aku kira kamu bakal berubah, Angel. Tapi ternyata kamu masih sama… selalu di pihakku. Terimakasih ya!"
"Tentu lah," Angela kembali duduk di samping Seyna.
"Kamu pikir aku bakal tinggal diam lihat kamu diperlakukan kayak sampah? Lagi pula, aku benci banget lihat orang-orang berpikir kamu itu bodoh. Padahal…" Angela mendekat sambil menepuk dagu Seyna.
"…kamu jauh lebih berbahaya dari yang mereka kira."
Seyna terkekeh, matanya menatap langit-langit kamar seolah memutar ulang semua kenangan buruk yang ingin ia hancurkan sekarang.
"Mereka yang bodoh itu. Termasuk Alisha, tapi gimana aku mau lawan soalnya mereka terlalu kuat, untung saja aku bisa bertemu Kael."
"Aku tahu, tapi sekang bisa kita mulai pelan pelan," Angela menimpali cepat.
"Kau tahu ga, tadi aku hampir ngakak lihat ekspresi dia. Dia kira dia paling tahu segalanya tentang kamu padahal dia cuma tahu topeng palsu kamu."
Seyna meraih ponselnya lagi, menggulir layar sambil tersenyum miring.
"Aku sudah lama menunggu momen ini. Dan kamu muncul tepat waktu buat deketin Amar!"
Angela mengangguk semangat, matanya berbinar seperti menemukan permainan baru.
"Tenang aja. Aku bakal bantu kamu sampai gadis itu hancur dan keluarga yang memperlakukan kamu buruk itu juga akan hancur!"
Seyna sedikit menoleh, tatapannya tajam namun puas.
"Dan setelah itu, kita urus satu per satu. Semua yang pernah meremehkan kamu dan membuat kedua orang tuamu pergi!"
Angela dan Seyna saling bertukar pandangan lalu tersenyum secara bersamaan, senyum yang membuat udara kamar terasa menegang. Di luar sana, tak ada yang tahu siapa Seyna sebenarnya.
Tak ada yang tahu betapa liciknya otak yang selama ini mereka anggap bodoh itu.
Saaat kedua gadis itu bergurau dan melepas kerinduan. Dari balik pintu terdenger suara ketukan dari seorang pria yang tak lain adalah Kael adikara.
"Apakah kalian sudah selesai?bibi memintaku utnuk mengajak kalian makan siang bersama!" teriak Kael dari balik pintu.
Seyna dan Angela buru buru berlari ke arah pintu dan membukakan pintu tersebut.
"Angela sudah ganti pakaian kak, ayo kita makan!" ajak Seyna sambil meraih pergelangan tangan Kael yang membuat Angela tersenyum tipis saat mengikuti langkah Kael dan Seyna.
"Dasar gadis ini, bisa membuat orang dingin nurut juga," gumam Angela sambil tertawa.
Mereka akhirnya sampai di meja makan, Alisha sudah membantu tante Jesika untuk menyiapkan makanan. Seyna dan Angela yang baru sampai berniat membantu.
Tante Jesika melirik sekilas ketika Seyna dan Angela mendekatinya dan mau meraih piring yang ia bawa.
"Kalian duduk saja, biar Tante sama Alisha yang bereskan ini," ucapnya lembut.
Angela sudah siap mengambil piring, tapi langsung berhenti.
"Tapi Tante—"
"Sudah, duduk saja,' Tante Jesika tersenyum hangat.
"Kalian tamu dirumah ini!"
Sedangkan kepada Alisha, nada suaranya tetap sama tapi ada tuntutan yang jelas.
"Alisha, sayang, tolong ambilkan lauk yang masih di dapur, ya. Terus susun piringnya di sini."
“Baik, Tante…" jawab Alisha suaranya sopan, tapi rahangnya menegang.
Seyna dan Angela saling lirik. Senyum tipis muncul di bibir keduanya senyum nakal yang hanya mereka berdua mengerti. Begitu meja siap, mereka semua duduk. Tante Jesika tersenyum senang melihat Seyna yang makan dengan cara polos seperti anak kecil yang sedang kelaparan.
"Aduh, kamu ini lucu sekali sih," gumam Tante Jesika, lalu mengambil sepotong daging dan meletakkannya di mangkuk Seyna.
"Ini, makan yang banyak."
"Terima kasih, Tante!" ucap Seyna ceria sambil mengunyah cepat.
Kael, yang duduk di seberangnya, hanya tertegun. Sikapnya dingin seperti biasa, tapi matanya tak lepas dari Seyna. Ia makan pelan, sesekali melirik, entah sedang memastikan Seyna baik-baik saja atau sekadar terpancing tingkahnya yang cukup lucu. Angela duduk di sebelah Seyna, sudah seperti partner in crime. Ia ikut bercanda, menggoda Seyna yang makan belepotan.
"Ya ampun, kamu ini makan belepotan. Makannya masih kayak bocah lima tahun,"canda Angela sambil menepuk bahunya.
"Eh, jangan gitu! Ini enak soalnya!" protes Seyna sambil cemberut.
Mereka bertiga Jesika, Angela, dan Seyna tertawa bahagia. Kael hanya mengamati dengan ekspresi datar, tapi ujung bibirnya naik sedikit.
Hanya sedikit, tapi cukup menunjukkan ia menikmati suasana itu.
Alisha yang duduk di sisi lain meja merasa dadanya panas. Ia mencoba ikut masuk obrolan, tapi setiap kali membuka mulut, gurauan mereka sudah berganti topik. Tak ada yang memandangnya, tak ada yang mendengar dan bahkan tak ada yang peduli dengan kehadiran Alisha.
Ia menggenggam sendok erat. "Kenapa selalu aku yang diabaikan? Padahal aku calon menantu keluarga ini," gumam Alisha.
Ia mencoba bertahan. Menahan kesal tanpa menampakkannya. Hingga tiba-tiba suasana berubah menengang
"Uhukk...uhukkm" Seyna tersedak daging yang baru saja ia makan.
Tante Jesika langsung panik. "Astaga! Seyna sayang, kamu kenapa? Alisha! Cepat ambilkan air di dapur!"
Alisha berdiri. "Iya, Tante."
Tapi langkahnya sengaja diperlambat. Bahkan lebih lambat dari biasanya. Ia berjalan seperti sedang menelusuri museum, bukan mencari air untuk orang yang sedang tersedak.
"Biarkan saja. Aku capek jadi yang selalu diremehkan. Mau lihat apa mereka masih tertawa kalau gadis bodoh itu celaka."
Di ruang makan, Jesika panik meraih punggung Seyna dan menepuknya pelan, sedangkan Kael langsung berdiri, wajahnya berubah tegang. Angela pun ikut cemas, berusaha menahan tubuh Seyna agar tetap tegak.
Sedangkan Alisha berjalan santai di dapur.
Mulutnya tersenyum tipis.
"Lihat saja, biarkan gadis itu terluka. Aku sudah muak!"