NovelToon NovelToon
Putri Palsu Sang Antagonis

Putri Palsu Sang Antagonis

Status: tamat
Genre:Time Travel / Mengubah Takdir / Transmigrasi ke Dalam Novel / Fantasi Wanita / Putri asli/palsu / Tamat
Popularitas:1.3M
Nilai: 4.9
Nama Author: Yulianti Azis

Zoe Aldenia, seorang siswi berprestasi dan populer dengan sikap dingin dan acuh tak acuh, tiba-tiba terjebak ke dalam sebuah novel romantis yang sedang populer. Dalam novel ini, Zoe menemukan dirinya menjadi peran antagonis dengan nama yang sama, yaitu Zoe Aldenia, seorang putri palsu yang tidak tahu diri dan sering mencelakai protagonis wanita yang lemah lembut, sang putri asli.

Dalam cerita asli, Zoe adalah seorang gadis yang dibesarkan dalam kemewahan oleh keluarga kaya, tetapi ternyata bukan anak kandung mereka. Zoe asli sering melakukan tindakan jahat dan kejam terhadap putri asli, membuat hidupnya menjadi menderita.

Karena tak ingin berakhir tragis, Zoe memilih mengubah alur ceritanya dan mencari orang tua kandungnya.

Yuk simak kisahnya!
Yang gak suka silahkan skip! Dosa ditanggung masing-masing, yang kasih rate buruk 👊👊

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulianti Azis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ulah Siapa?

Suasana pagi di sekolah internasional St. Clairmont tampak seperti biasa ramai, sibuk, dan penuh riuh obrolan para siswa. Namun semua berubah saat mobil hitam elegan berhenti di pelataran utama.

Begitu pintu terbuka, Ryder melangkah turun, lalu dengan gerakan sopan membuka pintu untuk Zoe. Gadis itu keluar dengan anggun, mengenakan seragam St. Clairmont yang tampak pas dan mewah di tubuh rampingnya.

Sejenak, seluruh mata tertuju pada mereka. Beberapa siswa berhenti berbicara, yang lain ternganga, dan sisanya langsung menunduk bergosip.

Tapi baik Ryder maupun Zoe bersikap seolah mereka tak melihat apa pun. Keduanya berjalan berdampingan dengan langkah tenang, pandangan keduanya lurus ke depan, tak terpengaruh oleh tatapan atau bisik-bisik sekitar.

Di bawah salah satu pohon rindang di dekat lapangan basket, Levi, Jayden, Dwiki, Arya, dan Arvan sedang duduk santai. Tak jauh dari mereka, Alicia berdiri bersama dua temannya Rina dan Amelia.

Jayden yang pertama kali angkat bicara, sambil mengangguk ke arah gerbang. “Gila, mereka makin lengket aja. Padahal dulu Zoe benci banget sama Ryder.”

Dwiki mengangguk sambil menyesap kotak jus di tangannya. “Iya, dan yang lebih aneh, dia udah nggak ngejar-ngejar Levi lagi. Kayak Zoe yang dulu udah lenyap gitu aja. Serius, dia berubah total.”

Arya menyeringai, lalu menimpali dengan nada ketus. “Berubah apanya? Sekali jahat, tetap jahat. Gue yakin dia cuma nunggu waktu buat jahatin orang lagi. Terutama adek gue, Alicia.”

Arvan mengangguk setuju. “Setuju. Orang kayak dia itu pinter main peran. Sok polos dulu, lalu serang dari belakang.”

Tak jauh dari sana, Rina menyikut lengan Amelia dan berbisik cukup keras, “Jangan-jangan Zoe kasih tubuhnya ke Ryder. Makanya tuh cowok super dingin bisa nempel gitu.”

Amelia menahan tawa, lalu ikut menimpali, “Iya. Dulu Ryder mana pernah peduli sama siapa-siapa. Tapi sekarang? Kayak bodyguard pribadi Zoe.”

Mereka terkikik pelan. Namun di antara mereka, Alicia justru terlihat canggung. Ia menoleh ke dua temannya dan berkata pelan, “Eh, jangan ngomong gitu deh, itu fitnah. Kita nggak tahu apa yang sebenarnya terjadi,” katanya sok bijak tapi dalam hati bersorak.

Rina melirik Alicia dengan ekspresi tak percaya. “Lo serius bela dia?”

“Bukan bela,” jawab Alicia cepat. “Tapi, mungkin dia benar-benar udah berubah.”

Semua terdiam sejenak. Namun suasana cepat kembali cair saat Rina tertawa kecil dan berkata, “Ya anpun, lo tuh baik banget ya, Cia. Hati lo terbuat dari apa sih? Levi beruntung banget punya cewek kayak lo.”

Alicia menunduk malu-malu kadal, lalu melirik ke arah sang kekasih, Levi.

Sementara itu, Levi hanya diam. Tatapannya mengikuti Zoe dari kejauhan. Levi membayangkan bagaimana tingkah Zoe dulu. Tak ada lagi panggilan konyol, lambaian lebay, atau usaha Zoe untuk menarik perhatiannya seperti dulu. Gadis itu kini berjalan tenang, anggun, dan tak peduli padanya sama sekali.

Ada ruang kosong yang tak bisa ia jelaskan di dadanya. Sesuatu yang dulu ia anggap mengganggu, kini justru terasa hilang.

Namun Levi cepat-cepat menepis pikirannya sendiri. Ia mengalihkan pandangan dan memutar bola matanya, pura-pura acuh.

“Baguslah. Lebih tenang tanpa dia gangguin gue,” gumamnya pelan, seperti meyakinkan dirinya sendiri.

Alicia mengepalkan tangannya diam-diam, saat Levi terus memperhatikan Zoe, bahkan saat orangnya telah menghilang di balik koridor.

***

Pelajaran pertama baru saja dimulai. Guru Bahasa Inggris, Miss Helen, sedang menjelaskan materi tentang narrative text saat Alicia mengangkat tangan.

"Miss, saya izin ke toilet," ujarnya sopan.

Miss Helen mengangguk. "Silakan, Alicia. Jangan lama-lama, ya."

Alicia mengangguk pelan lalu melangkah keluar dari kelas.

Tapi, waktu terus berjalan. Sepuluh menit. Dua puluh menit. Bahkan hingga pelajaran hampir usai, Alicia belum juga kembali.

Arya yang duduk di dekat pintu mulai gelisah. Ia melirik Arvan yang duduk dua baris di depannya. Dengan anggukan kecil, keduanya saling mengerti, mereka mulai khawatir.

Begitu bel berbunyi tanda pelajaran selesai dan Miss Helen keluar dari kelas, kegaduhan kecil terjadi di lorong. Seorang siswa dari kelas sebelah berlari tergesa dan menerobos ke dalam kelas mereka.

"Levi! Arya! Arvan! Alicia pingsan di toilet! Kayaknya habis dibully! Dia … dia penuh luka!"

Mata semua orang langsung membelalak. Jayden dan Dwiki bangkit dari kursi, sementara Levi terkejut dan langsung berdiri.

Tanpa pikir panjang, mereka berlima berlari keluar kelas, menembus kerumunan siswa yang penasaran.

Begitu tiba di UKS, mereka langsung terdiam melihat pemandangan menyakitkan di depan mata mereka.

Alicia terbaring di ranjang putih dengan tubuh penuh luka. Pipinya merah, jelas bekas tamparan. Rambutnya kusut, seragamnya sobek sedikit di lengan. Tangannya gemetar lemah, matanya tertutup.

Arya mengepalkan tangan. "Sial! Ini pasti ulah Zoe!"

Arvan menunjuk ke arah tempat tidur. "Lihat Alicia! Siapa lagi yang paling mungkin nyakitin dia kalau bukan si ratu bully itu?! Dia juga gak ada di kelas dari tadi!"

Jayden berusaha menenangkan. "Tapi bukannya Zoe udah—"

"Sudahlah, Jayden!" bentak Arya. "Lo sendiri tahu dulu Zoe kayak apa!"

Tanpa menunggu lebih lama, mereka semua langsung keluar dari UKS. Levi menoleh ke kanan dan kiri, lalu matanya menangkap sosok Zoe yang tengah berjalan santai di lorong, membawa buku pelajaran sambil mengecek jadwal di ponselnya.

"Zoe!!" teriak Arya dan Arvan bersamaan.

Zoe mengangkat wajahnya, alisnya mengernyit. Belum sempat berkata apa-apa, dua sosok itu sudah berlari ke arahnya dan ...

Bugh!

Satu pukulan melayang, tapi Zoe dengan cekatan menepis tangan Arya. Satu lagi menyusul dari Arvan, namun ia kembali menghindar dan mundur satu langkah.

"Apa-apaan lo?!" Zoe berseru tajam. "Dateng-dateng langsung main pukul?!"

"Jangan pura-pura polos, dasar monster!" bentak Arya, wajahnya merah padam.

"Alicia dipukuli sampai pingsan! Dan lo tiba-tiba ngilang dari kelas! Siapa lagi pelakunya kalau bukan lo?!"

Zoe menatap mereka satu per satu dengan rahang mengeras. “Gue gak tahu apa yang lo omongin.”

“Hala! Jangan sok nggak tahu!” Arvan ikut maju. “Alicia dipukuli sampai babak belur! Dia baru aja sadar di UKS! Lo pasti yang ngelakuin! Lo benar-benar picik, ya jadi orang.”

Jayden melangkah maju, berdiri di antara mereka. “Cukup! Kita semua emosional, tapi gak bisa asal nuduh. Harus ada bukti. Kita—”

Tapi Zoe memotong tajam, matanya menatap tajam pada si kembar. “Denger ya. Gue emang punya masa lalu buruk. Tapi gue bukan tipe yang mukulin anak kecil di toilet. Kalau lo bener-bener yakin itu gue, tunjukin buktinya.”

Levi hanya diam, tatapannya menusuk, tapi ada keraguan jelas di sana. Dulu, Zoe akan melakukan hal semacam itu. Tapi sekarang entah mengapa ia ragu.

Zoe menatap mereka semua. “Gue gak takut kalau lo mau laporin gue ke guru atau kepala sekolah. Tapi pastikan lo siap sama akibatnya kalau tuduhan lo salah.”

1
Septi Ramadhania
menurut aku ini novel sempurna 👍
Erina
ceritanya seru thor...semangat selalu...kutunggu karya2 barunya🥰
Dian Soedarminto
tu kan,bener.
Alicia bikin ulah😁😁😅
Dian Soedarminto
ooowww...jadi Alicia si pembuat onar itu ternyata,biang kerok nya
😅😅
Dian Soedarminto
Luar biasa
Ira Hou Van Je
recommended
Fathur Ben
bentar.. gak typo? ryder 26 taun dan masih SMA???
✍️⃞⃟𝑹𝑨 Yulianti Azis: Coba baca lagi, siapa yang usianya 26 tahun. Itu merujuk kepada siapa? Ryder atau Dante? 🙏
total 1 replies
Andry Lenny
what??!!! ternyata dalang penukaran bayi n sniper itu Stella toh.... Uda curiga sih kalo Karina itu bkn cucu kandungnya opa Azgar... mafia dilawan nih...
Andry Lenny
menyala putriku.... /Determined//Determined//Determined//Casual//Casual//Casual/
Andry Lenny
jd makin curiga kalo pelaku aslinya bener Tina nih... jgn² Alicia jg bukan putri asli melainkan putri duplikat nih...
Andry Lenny
kyknya ini Tina ga sih mama nya Alicia... dia yg sengaja tukar anak adik kembarnya... iri ato cemburu nih
Nana Tt
sangattt keren
Hanania
Novelnya bagus, mksh Author sdh ngasih karya yg bagus utk di baca.... semoga sukses dgn karya selanjutnya
Zubaida Ida
senjata makan tuan
Ester Abidano
good story
Pandin Beatrix
❤️❤️❤️❤️❤️
Pandin Beatrix
yah tidak terasa sudah tammat aja , terimakasih happy ending ya Thor 💐🌹
Pandin Beatrix
asyik Ryder langsung unboxing dimalam pertama mereka 😀😍❤️
Pandin Beatrix
cocok jodohin saja mereka kan selama ini Keenan selalu yang duluan menggoda
💞DARRA💞💖
karya yg sangat bagus.mengajarkan tidak boleh jd orang yg sombong,iri,dengki ke orang lain karena semua itu bisa berakibat buruk ke diri sendiri.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!