Dunia Isani seakan runtuh saat Yumi, kakak tirinya, mengandung benih dari calon suaminya. Pernikahan bersama Dafa yang sudah di depan mata, hancur seketika.
"Aku bahagia," Yumi tersenyum seraya mengelus perutnya. "Akhirnya aku bisa membalaskan dendam ibuku. Jika dulu ibumu merebut ayahku, sekarang, aku yang merebut calon suamimu."
Disaat Isani terpuruk, Yusuf, bosnya di kantor, datang dengan sebuah penawaran. "Menikahlah dengaku, San. Balas pengkhianatan mereka dengan elegan. Tersenyum dan tegakkan kepalamu, tunjukkan jika kamu baik-baik saja."
Meski sejatinya Isani tidak mencintai Yusuf, ia terima tawaran bos yang telah lama menyukainya tersebut. Ingin menunjukkan pada Yumi, jika kehilangan Dafa bukanlah akhir baginya, justru sebaliknya, ia mendapatkan laki-laki yang lebih baik dari Dafa.
Namun tanpa Isani ketahui, ternyata Yusuf tidak tulus, laki-laki tersebut juga menyimpan dendam padanya.
"Kamu akan merasakan neraka seperti yang ibuku rasakan Isani," Yusuf tersenyum miring.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 34
Sani mematut diri di depan cermin. Serong kanan, serong kiri, memastikan dia sudah tampil sangat memukau hari ini. Ia memakai gamis dan hijab warna nude yang semalam dibelikan Yusuf. Tak hanya gamis, suaminya itu juga membelikannya tas dan sepatu baru, entah siapa yang memilih, yang pasti bagus dan cocok ia kenakan.
Hari ini, mereka akan datang ke acara 4 bulanan Yumi, sepertinya Yusuf tak ingin Sani terlihat memakai pakaian itu-itu saja, makanya ia membelikan yang baru.
"MasyaAllah, cantik sekali Nyonya Isani," puji Bi Wati sambil berdecak kagum. Mendekati Isani, merapikan hijabnya. "Ini mah, yang punya acara kalah cantik sama tamunya."
Yusuf dan Irene yang ada di ruang keluarga, menoleh ke arah Sani.
"Biasa aja," Irene mencebikkan bibir, dengan wajah sinis, kembali memalingkan muka.
Yusuf bangkit dari duduknya, berjalan menghampiri Isani. Semalam, ia meminta penjaga butik memilihkan gamis untuk Isani. Dia hanya memberi tahu tentang kisaran tinggi dan BB Isani, tak tahunya, baju tersebut sangat pas, dan yang pasti, cocok sekali. Isani, wanita itu terlihat sangat cantik dalam balutan gamis dan hijab segi empat. Astaga! Yusuf buru-buru mengenyahkan fikirannya. Enggak, Isani gak cantik, sangkalnya.
"Lama banget!" Yusuf mendengus kesal.
"Tuan, Nyonya cantik sekali kan?" tanya Bi Wati, memancing tuannya tersebut. "Nyonya Isani sangat cocok pakai hijab."
"Biasa saja," Yusuf memalingkan wajah ke arah lain.
"Percuma nanya ke dia, Bi," Sani mendekatkan bibir ke telinga Bi Wati. "Dia katarak."
Bi Wati langsung tertawa, begitu pun Isani.
"Ngomong apa kamu?" tanya Yusuf sinis.
"Enggak, gak ngomong apa-apa," Sani menahan tawa.
Yusuf mendengus kesal, berjalan lebih dulu keluar rumah, diikuti Sani di belakangnya. Mereka hanya pergi berdua, tanpa Pak Jamal, Yusuf mengendarai sendiri mobilnya.
"Mereka gak diajak?" Sani menunjuk dagu pada 2 orang bodyguard yang ada di dekat pos satpam saat mereka lewat.
"Emang kenapa? Kamu mau bikin masalah gitu disana, sampai bawa-bawa bodyguard."
"Ya biar keren gitu, biar wow. Biar kayak orang kaya beneran, yang kemana-mana bawa bodyguard."
Yusuf tak menanggapi, hanya memutar kedua bola matanya malas.
Sani tersenyum dalam hati. Dengan tidak diajaknya 2 bodyguard itu, dia akan lebih gampang kabur. Barang-barang pribadinya sudah ada di dalam tas, mulai KTP, SIM, ATM, dan uang cash. Sayang tas yang dibelikan Yusuf tak terlalu besar, jadi ia tak bisa membawa serta ijazahnya. Tapi tak apa, dia sudah membawa foto kopiannya. Ia beberapa kali menoleh ke belakang, memastikan jika 2 bodyguard tadi benar-benar tidak ikut.
"Kenapa noleh mulu?" Yusuf merasa aneh.
"Enggak, gak ada apa-apa," Sani berusaha bersikap biasa. Ia tak boleh menunjukkan gerak-gerik mencurigakan yang bisa membuat Yusuf waspada. "Aku kan lama nih gak keluar, jadi pas keluar gini, rasanya udah banyak yang berubah."
"Jangan coba-coba untuk kabur, kalau belum siap video mesummu di tonton satu dunia, termasuk Dafa," ancam Yusuf.
"Heh, itu bukan video mesum. Itu cuma video orang mandi, bukan bikin baby," sahut Isani kesal. "Jangan-jangan video itu kamu pelototin tiap hari."
"Gak usah berharap deh, ada Irene yang lebih cantik dan seksi, buat apa ngeliatin tubuh kamu yang kerempeng itu. Gedean juga punya Irene," Yusuf tersenyum mengejek.
"Apanya?"
"ISANI!" desis Yusuf, menoleh pada Sani sambil melotot. Ia seperti sedang dijebak untuk mengucapkan kata-kata vulgar.
Sani menutup mulut, tertawa cekikikan. "Tapi, emang sih, dadanya Irene gede. Makin gede malahan kek nya sekarang. Dia hamil?"
"Mana aku tahu."
"Hah! Maksudnya?" Sani mengernyit bingung, tanggapan Yusuf barusan, seperti orang yang tak peduli.
"A, aku gak tahu maksudnya. Belum dicek," Yusuf terlihat gugup.
"Heiss!" Sani geleng-geleng. "Kirain kamu itu peduli banget sama Irene, ternyata enggak juga ya. Masa istri tiap hari muntah-muntah, kamu gak nyuruh dia testpack gitu?"
"Aku sudah nyuruh, tapi Irene bilang nanti aja. Siapa bilang aku gak peduli. Aku peduli banget sama orang yang aku cintai."
"Iya, iya, si paling cinta," ejek Sani sambil mencebikkan bibir. "Selamat ya, kalian akan punya anak," ucapnya sedikit tercekat. Dia bisa bilang tak mencintai Yusuf, tapi mengetahui madunya hamil, rasa sakit itu ada.
papa yg egois kmu fatur,kalau sampai memanfaatkn kekayaan mantumu...
anda saja yg gk sadar.
manis bibirnya Isani apa bibirnya Irene Suf?😆😆😆