NovelToon NovelToon
Shadow Of The Seven Sins

Shadow Of The Seven Sins

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Anak Yatim Piatu / Epik Petualangan / Dunia Lain
Popularitas:159
Nilai: 5
Nama Author: Bisquit D Kairifz

Hanashiro Anzu, Seorang pria Yatim piatu yang menemukan sebuah portal di dalam hutan.

suara misterius menyuruhnya untuk masuk kedalam portal itu.

apa yang menanti anzu didalam portal?

ini cerita tentang petualangan Anzu dalam mencari 7 senjata dari seven deadly sins.

ini adalah akun kedua dari akun HDRstudio.Di karna kan beberapa kendala,akun HDRstudio harus dihapus dan novelnya dialihkan ke akun ini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bisquit D Kairifz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Masa Lalu Kerajaan Celestia

"Dia adalah Tristan, salah satu anggota dari Tujuh Ksatria Luminari. Hari ini dia bertugas mengumpulkan pajak dari desa ini," jelas Lucas dengan nada cemas.

"Tujuh Ksatria Luminari? Apa itu?" tanyaku penasaran.

Lucas menatapku seolah heran aku tidak tahu.

"Mereka adalah ksatria suci pilihan langsung oleh Raja Celestia. Katanya, mereka menerima berkah dari para malaikat dan menjadi pelindung kerajaan."

Sementara kami berbicara, Ksatria Tristan sudah memungut sekantong demi sekantong uang pajak dari kepala desa Glimmer Village. Wajahnya tegas, tanpa ekspresi—bagaikan patung baja berselimut aura suci yang menekan semua orang di sekitarnya.

Setelah selesai, ia hendak berbalik menuju kudanya. Namun langkahnya berhenti ketika matanya menangkap sosok asing di antara kerumunan: aku.

"Kau... orang baru di desa ini?" tanya Tristan dengan tatapan tajam seperti menembus pikiranku.

Lucas yang berdiri di sampingku langsung panik. Ia tertawa gugup sambil menjawab terbata-bata,

"Y-ya! Dia orang baru di desa ini, hahaha... baru datang beberapa hari lalu."

Tristan menatap kami beberapa detik, seolah mencoba membaca kebohongan di wajah Lucas. Udara terasa menegang. Tapi kemudian ia hanya mendengus pelan dan menoleh ke arah kudanya.

"Baiklah. Karena kau pendatang baru, kau dibebaskan dari pajak minggu ini. Tapi pastikan minggu depan uangnya sudah siap."

Tristan menaiki kudanya dan pergi bersama rombongan ksatria. Penduduk desa baru berani bernapas lega setelah debu jalanan mengendap kembali.

Lucas langsung memegangi dadanya. "Huaah... untung saja dia nggak curiga. Kalau sampai tahu kau bukan orang desa sini, habislah kita."

"Memangnya kenapa kalau aku bukan dari desa ini?" tanyaku heran.

Lucas menatapku serius. "Lebih baik aku jelaskan semuanya.

Kerajaan ini disebut Kerajaan Celestia, dipimpin oleh Raja Rodrigo Emmilion.

Sebelum menjadi raja, Rodrigo hanyalah penasihat kepercayaan dari Raja lama yang tewas dalam peperangan besar bernama Kingdom War—perang dahsyat antara Celestia dan kerajaan lain yang menelan ribuan nyawa.

Setelah raja lama gugur, rakyat yang tenggelam dalam kesedihan menaruh harapan pada Rodrigo. Ia dianggap sosok bijak dan berwibawa. Ketika ia diangkat menjadi raja, seluruh kota bersorak gembira.

"Aku, Rodrigo Emmilion, berjanji akan membangun kembali Kerajaan Celestia menjadi negeri makmur dan damai!" serunya di hadapan rakyat.

Sorak-sorai menggema di seluruh penjuru ibu kota.

Namun, harapan itu perlahan berubah.

Raja baru itu menetapkan pajak sementara untuk membangun kembali kerajaan. Awalnya, rakyat setuju. Tapi setelah kerajaan kembali indah dan megah... pajak itu tidak pernah dihentikan.

Minggu berganti bulan, bulan berganti tahun—pungutan semakin berat.

Rakyat miskin mulai memberontak, memohon agar peraturan itu dicabut. Tapi semua permohonan diabaikan.

“Siapa pun yang menentang perintah kerajaan... adalah pengkhianat Celestia!”

Itu kata-kata sang Raja yang dingin. Para ksatria pun dikerahkan untuk menumpas pemberontakan rakyat.

Satu per satu, mereka yang melawan... hilang.

Dan pada suatu hari, di alun-alun kerajaan, seseorang berdiri di atas tiang pancang.

"Semua rakyat dengarkan!" teriak seorang ksatria dari atas panggung.

"Atas nama Raja Rodrigo Emmilion, siapa pun yang menentang pajak akan menerima nasib seperti pria ini!"

Di hadapan ribuan warga, seorang lelaki gemetar dengan leher terikat tali gantung. Tubuhnya lemah, wajahnya penuh luka. Ia menatap rakyat satu per satu, berusaha bicara,

"Kita... hanya ingin hidup layak... bukan memberontak..."

Suara cambuk menghentikannya.

"Diam, pengkhianat!" bentak seorang ksatria.

Jeritan berikutnya menembus udara. Tali ditarik, dan tubuh pria itu menggantung, terayun perlahan. Rakyat menunduk, beberapa menutup mata, sisanya hanya bisa menggigit bibir menahan tangis.

Sejak hari itu, tak ada yang berani bicara tentang pajak lagi.

Tahun demi tahun berlalu.

Hingga suatu hari, di tengah pasar ibu kota, seorang lelaki tua berambut putih berdiri di atas peti kayu. Ia mengangkat tongkat dan berteriak lantang,

"Kerajaan ini... akan hancur! Bukan oleh perang, bukan oleh kelaparan, tapi oleh seorang yang bukan berasal dari dunia ini!"

Orang-orang terdiam. Beberapa tertawa, menganggapnya gila. Tapi sebagian lain merasa bulu kuduk mereka berdiri.

Kabar itu segera sampai ke telinga Raja Rodrigo. Wajahnya mengeras.

"Tangkap orang itu. Bawa dia padaku. Hidup-hidup."

Beberapa jam kemudian, lelaki tua itu diseret ke dalam aula kerajaan yang luas dan dingin.

"Ugh... lepaskan aku... siapa kalian ini!?" teriaknya, tapi cambuk di punggung membuatnya tersungkur.

"Diam. Ini perintah Raja. Satu kata lagi, dan kepalamu akan berpisah dari tubuhmu," ancam ksatria penjaga.

Lelaki tua itu akhirnya dibawa ke hadapan Raja Rodrigo, yang duduk di atas singgasana emas dengan tatapan penuh kemarahan.

"Jadi, kau yang mengaku peramal itu?" tanya sang Raja dengan suara datar tapi beracun.

"I-iya, yang mulia..." suaranya gemetar.

"Apa katanya tadi? Kerajaan ini akan... hancur?" nada suara Rodrigo mulai meninggi.

"Be-benar, yang mulia... hancur oleh seseorang yang bukan dari dunia ini..." jawab si peramal dengan terbata-bata, menunduk dalam-dalam.

Raja Rodrigo berdiri.

Tongkat logam di tangannya menghantam lantai, suara dentumannya menggema di seluruh ruangan.

"BERANI SEKALI KAU MENGUCAPKAN OMONG KOSONG SEPERTI ITU DI HADAPANKU!

Orang dari dunia lain? Apa kau pikir aku akan takut dengan cerita dongeng!?"

"A-ampuni saya, yang mulia... saya hanya menyampaikan apa yang saya lihat..."

Suara lelaki tua itu pecah. Air matanya menetes, tubuhnya gemetar hebat.

Raja menatap dingin. "Ksatria, hukum mati dia. Biarkan rakyat tahu akibat menyebar ketakutan di negeriku."

Dua ksatria menarik si peramal menuju halaman eksekusi.

Ia berteriak histeris, “Ampuni aku, aku tidak bohong! Hari itu akan datang! Hari di mana langit Celestia berubah merah!”

Teriakan itu dipotong oleh suara pedang yang dihunus.

“Cukup. Jalankan perintah.”

Pisau guillotine bersinar di bawah cahaya bulan, sebelum jatuh dengan suara berat clang!

Kepala sang peramal menggelinding, darah mengalir di bawahnya, membentuk garis merah yang panjang di atas batu.

Hening. Hanya angin malam yang terdengar.

Dan sejak malam itu, tak ada seorang pun di kerajaan yang berani menyebut tentang “orang dari dunia lain” lagi.

...----------------...

"Jadi, seperti itulah asal mula kerajaan ini..." ujar Lucas pelan, menatap api unggun di hadapan kami. "Itulah sebabnya kau harus hati-hati, Anzu. Kalau ada yang tahu kau bukan dari dunia ini... kau bisa bernasib sama seperti lelaki tua itu."

Aku mengangguk perlahan. “Terima kasih sudah memberitahuku, Lucas.”

“Tidak apa. Sekarang... sebaiknya kau tinggal di rumahku dulu.”

Aku menatapnya heran. “Kau baik sekali padaku. Padahal kita baru saja bertemu.”

Lucas tersenyum tipis. “Entahlah... rasanya aku memang harus membantumu.”

Aku membalas dengan senyum kecil. “Baiklah. Terima kasih, Lucas.”

Malam pun turun. Kami berdua bersiap untuk tidur di kamar kecil yang hangat.

“Anzu, kau akan tidur bersamaku malam ini,” ucap Lucas.

“Hey, kau tidak akan macam-macam kan?” kataku bercanda.

“HAH!? Aku masih waras, tahu!”

“Hahaha, aku hanya bercanda.”

Lucas ikut tertawa, lalu menatapku penasaran. “Oh iya, bisa ceritakan sedikit tentang tempat tinggalmu sebelum datang ke sini?”

“Boleh saja, tapi jangan kaget, ya.”

Anzu pun mulai menceritakan tentang bumi, panti asuhan, dan dunia modern tempatnya berasal.

“Wah... jadi kalian bepergian bukan pakai kuda? Tapi benda bernama ‘mobil’? Aneh tapi luar biasa,” ucap Lucas kagum.

“Iya, di sana itu hal biasa,” jawabku sambil tersenyum kecil.

“Hoam... sudah malam. Ayo tidur, Anzu,” ucap Lucas menguap.

Aku mengangguk pelan. “Ya... selamat malam, Lucas.”

1
Nagisa Furukawa
Aku jadi bisa melupakan masalah sehari-hari setelah baca cerita ini, terima kasih author!
Bisquit D Kairifz: Semangat bree, walau masalah terus berdatangan tanpa memberi kita nafas sedikit pun
total 1 replies
Rabil 2022
lebih teliti lagi yah buatnya sebabnya ada kata memeluk jadi meneluk
tapi gpp aku suka kok sama alur kisahnya semangat yahh💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!