NovelToon NovelToon
My Lovely Cartel

My Lovely Cartel

Status: sedang berlangsung
Genre:Kriminal dan Bidadari / Nikah Kontrak / Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang / Psikopat itu cintaku / Crazy Rich/Konglomerat / Mafia
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: DityaR

Kakak macam apa yang tega menjual keperawanan adiknya demi melunasi utang-utangnya?

Di wilayahku, aku mengambil apa pun yang aku mau, dan jelas aku akan mengambil keperawanan si Rainn. Tapi, perempuan itu jauh lebih berharga daripada sekadar empat miliar, karena menaklukkan hatinya jauh lebih sulit dibandingkan menaklukkan para gangster di North District sekalipun.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DityaR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dia Milikku Seutuhnya

...୨ৎ R E M Y જ⁀➴...

Ciuman Rainn di pipiku membuat sesuatu di dalam dadaku bergerak, tapi ciuman di leherku membuat sesuatu di dalam titidku tegak.

"Makasih karena udah kasih banyak perhatian sama aku." Kudengar dia menarik napas dalam-dalam. "Ambillah keperawananku, Remy. Aku siap."

Aku mengerahkan segenap tenagaku untuk bersikap hati-hati waktu bersamanya, tapi izin itu malah membuatku melampaui batas.

Aku selipkan tangan kiriku di bawah kepalanya, sementara jari-jariku melingkari belakang lehernya, tangan kananku turun di antara kami.

Aku pun memposisikan Juniorku di pintu rahimnya yang sudah basah, dengan hasrat yang enggak terkendali, aku memasukinya dengan satu dorongan brutal.

Rahimnya melilitku dengan erat sebelum aku terhenti karena dindingnya yang begitu rapat.

Aku baru seperempat jalan dan enggak dapat berpikir jernih karena nikmat yang hebat, aku menarik kembali sebelum memaksakan si Junior ke dalam sana.

Erangan demi erangan pun keluar dari dadaku dan tubuhku menggigil karena betapa nikmatnya dia.

Tubuh Rainn melingkar ke tubuhku dan dia menjerit kesakitan. Suara itu langsung menjernihkan pikiranku. Saat aku mendengar erangannya di leherku, aku segera melingkarkan lenganku di bahunya.

"Kamu engak apa-apa?" Napasnya semakin cepat, dan saat kudengar isakan pelan, langsung kukecup rambut ikalnya. "Maafin aku."

Karena dia perlu untuk menyesuaikan diri dengan si Junior, jadi aku enggak bergerak. Cuma menciumi rambut dan pelipisnya sampai dia merasa lebih baik.

Napasnya menghangatkan leherku, lalu dia berbisik, "Enggak apa-apa. Kamu bisa lanjutin."

Aku mencengkeram rambut ikalnya, lalu menarik wajahnya menjauh dari leherku sehingga aku bisa melihat matanya.

Kesalahan fatal.

Matanya yang memerah dan air mata di wajahnya menghantam hatiku.

Jari-jarinya membelai rambut di tengkukku, dan mulutnya melengkung membentuk senyum malu-malu. "Kamu baik-baik aja?"

Enggak.

Enggak, bukan aku.

Aku memaksa Rainn untuk menikah denganku dan aku ambil keperawanannya, tapi bukannya membenciku, dia malah bertanya apakah aku baik-baik saja.

Untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku merasakan ini.

Aku ambil kepolosannya, menghancurkannya dengan sifatku yang brutal.

Hasrat untuk menciumnya pun membuatku mengerang, tapi aku harus puas hanya dengan napasnya di bibirku saat aku perlahan menarik Junior darinya.

Saat aku menusukkannya lagi, bibirnya terbuka dan erangan pun terdengar.

Aku mencengkeram rambutnya lebih erat, menggerakkan tangan kananku ke sisinya, memiringkan kepalanya dan menjilati garam air mata yang mengering di pipinya.

Sambil menarik diri, aku menamparnya untuk mengetahui reaksinya. Saat dia tersentak dan lengannya mengalung di leherku, aku tersenyum senyum puas.

Aku berdiri, berlutut di antara pahanya, meraih pinggulnya dan menarik bokongnya hingga lututnya menyentuh sisi tubuhku.

Dengan cengkeraman brutal di pinggulnya, aku menyerbu ke dalam rahimnya yang mungil. Menariknya ke arahku, aku mulai menggedor-gedornya.

Rainn menarik selimut, saat aku melihat rahimnya melahap setiap inci juniorku, aku pun melihat bukti keperawanannya.

Pemandangan darah yang membasahi kondom membuat dadaku terasa nyeri.

Berengsek.

Aku marah pada diri sendiri, aku tarik dan robek karet sialan itu. Aku mengerang sambil membantingnya.

Kali ini saat aku mencabutnya keluar, rona merah keperawanannya menyelimuti Juniorku dan membuat seluruh tubuhku menggigil.

Keringat membasahi tubuhku mendengar Rainn merintih dan mengerang, aku menariknya ke arahku setiap kali aku mendorongnya dengan keras dan brutal.

Dia mulai terisak, dan mataku terpaku pada wajahnya, aku puas saat mendekap wajahnya. Tangannya mencengkeram selimut erat-erat, sementara punggungnya melengkung dari tempat tidur. Matanya terpejam, dan suara-suara yang enggak kukenal pun mulai keluar dari bibirnya.

Aku merasakannya ketegangan di sekitar Junior, hanya dengan erangan putus asa yang keluar dari mulutnya. Lalu aku menekan ibu jariku saraf mungil di rahimnya.

 “Sini, Sayang! ”

Aku mengelus kacang imut dan ia pun terlepas di hadapanku. Sama seperti sebelumnya, alisnya berkerut dan jelas dia kesakitan.

Dia cantik banget.

Dia mulai kejang- kejang.

Dan mataku pun menikmati istriku yang sedang klimaks.

"Sialan!" geramku, tiba-tiba aku jatuh di atasnya dan membenamkan wajahku di lehernya, junior masih berada di dalamnya saat lahar panas meleleh.

"Ya Tuhan, Rainn." Aku mengerang, kenikmatan ini melumpuhkanku.

Aku mendengar dia terengah-engah mencari udara saat tubuhku terus tersentak melawan tubuhnya, saat aku menumpahkan tetes terakhir di dalam rahimnya, jantungku berdebar kencang.

Butuh beberapa menit sebelum tenagaku pulih, dan aku mendorong tubuhku menjauh darinya.

Saat aku menatap Rainn, kata-kata itu tiba-tiba keluar. "Istriku." Aku tarik napas dalam-dalam. "Kamu milikku."

Pipinya memerah dan dia masih terengah-engah saat menatapku. Dia tampak terkejut.

"Kamu baik-baik aja?"

Dia menggelengkan kepala, tapi matanya mulai bersinar karena air mata.

"Jujur, Rainn!"

“A—aku kewalahan,” katanya sambil mengulurkan tangan kepadaku.

Aku pun segera mendekapnya dan mengecup keningnya.

"Aku benaran enggak nyangka," ocehnya di sela-sela tangisannya. "Ma—makasih."

Dia mengecup tulang selangkaku, dan aku mendengarkan isak tangisnya mereda seiring ia mulai bisa mengendalikan emosinya.

Saat dia menatapku, rasa takutnya padaku tertutup oleh ekspresi kekagumannya.

Aku berbalik menghadapnya dan memerintahkannya, "Kasih aku satu ciuman!"

Dia menurutinya dengan cepat dan aku pun menikmati sensasi bibirnya di kulitku.

Setelah itu aku melepaskan Rainn, "Tetap di sini."

Dia menggelengkan kepalanya, masih tampak linglung karena pengalaman yang baru saja kami alami.

Lucu sekali.

Aku tertawa sambil berjalan ke kamar mandi buat ambil handuk, senyum puas pun mengembang di wajahku saat membasahi kain itu.

Kembali ke tempat tidur, aku menyangga lututku di kasur dan memaksa kaki Rainn untuk terbuka lagi.

Dia begitu sensitif sehingga tubuhnya menggigil setiap kali kusentuh dengan handuk basah. Aku bersihkan rahimnya dengan kain itu.

“Sempurna,” gumamku, saat aku selesai membersihkannya, aku membungkuk dan mengecup kacang mungilnya yang bengkak.

Aku kembali ke kamar mandi dan membersihkan diri sebelum kembali ke tempat tidur.

Aku menatap istriku yang masih tergeletak di balik selimut dengan wajah berseri-seri.

1
Dewi kunti
hadeeeeehhh siang2 mendung gini malah adu pinalti
Dewi kunti: iya dooong
total 2 replies
Dewi kunti
bukan tertunduk kebelakang tp mendongak
Dewi kunti
🙈🙈🙈🙈🙈ak gak lihat
Dewi kunti
wis unboxing 🙈🙈🙈🙈🙈moga cpt hamil
Dewi kunti: lha tadi udah dicrut di dlm kan🙈🙈🙈🙈
total 2 replies
Dewi kunti
minta bantuan Remy Arnold aj
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!