Aku Pamit, Mas!

"Apa kamu benar-benar akan menjebloskan kami ke dalam penjara? Apa kamu tidak kasihan kepadaku yang sebentar lagi akan menikah? Kita sama-sama perempuan Izha! Aku bahkan sudah menunggu hari bahagiaku ini bersama dengan kekasihku. Kenapa kamu malah tega seperti ini padaku!" Andita menangis pilu di depan Izha.

"Tak cukupkah bagimu yang sudah hidup enak bersama dengan suami kaya kamu itu? Aku hanya ingin bahagia seperti orang lain bersama dengan. Lelaki yang aku cintai, tapi kenapa kamu dengan teganya malah menjebloskan aku ke dalam sini? Kamu sudah keterlaluan Izha! Aku mohon Izha jangan lakukan ini padaku! Aku hanya ingin hidup bahagia sekali saja bersama kekasihku" kembali Andita berbicara saat Izha tak kunjung menjawab. Bahkan tangisnya juga semakin pilu dan menyayat .

"Andita, tak usah kamu merendahkan dirimu kepada wanita yang tak memiliki perasaan seperti itu! Dia adalah wanita paling egois dan tamak yang pernah ada! Bahkan di saat dia kaya raya dan menikah dengan orang kaya malah berse-ling-kuh dengan pria lain. Wanita ini memang tak memiliki perasaan! padahal kurang apa suaminya! Dia malah berse-ling-kuh bersama dengan preman seperti pria itu! Kau harus tanggung pengobatan kami! Kau sudah membuat aku seperti ini! bahkan karena kamu satu gigiku harus copot!" kali ini Sherly yang berbicara.

"Dasar anak dan istri tak tahu di untung! Kamu memang wanita paling jahat yang pernah ada! Kamu sudah merusak kebahagiaan anakku! Aku akan membalas semuanya nanti! Lihat saja, aku tak main-main dengan ucapanku! Karena kamu sudah berani menyakiti dan membuat anak kesayanganku menangis dan gagal menikah seperti ini! Kau tak akan pernah hidup bahagia karena sudah merusak kebahagiaan orang lain, Izha!" maki Sherly kembali.

Axcel masih tak bergeming dan dia hanya memainkan ponsel dengan mata yang terus melirik ke arah Izha. Dia ingin tahu apa yang akan di lakukan oleh gadis itu. Saat kembali di hina dan harga dirinya di rendahkan orang lain. Apa kali ini dia malah akan kembali menangis dan mengalah. Apalagi kedua matanya sudah mengembun. Bukan Axcel tak mau membantu lagi, tapi kali ini dia ingin melihat sejauh mana Izha bertahan. Apalagi nanti jika dia sudah resmi menjadi istrinya. Akan menghadapi lebih banyak tonggeret seperti mereka.

Izha masih diam, namun kedua tangannya terkepal kuat di bawah sana. Dia masih merasakan desiran amarah yang semakin kuat di dalam dirinya. Dua melihat dua wanita yang sudah menghancurkan keluarganya. Menghancurkan mentalnya dan sang ibu selama beberapa tahun ini. Mereka terus menghina dan menyik-sa tanpa jeda. Setelahnya mereka malah memeras setiap keringat hasil kerja kerasnya. Tanpa mau tahu apa yang terjadi kepadanya.

Kembali dia menjatuhkan pandangan kepada pria yang terkulai lemas di sebelah Sherly dengan lu-ka yang tak bisa di sebutkan. Axcel yang bertubuh tinggi besar me-mu-kuli ayahnya sepenuh tenaga. Burhan yang beberapa tahun terakhir semenjak bersama dengan Sherly berubah menjadi preman juga tak berdaya di hadapan Axcel.

"Lagian kamu kenapa sudah bagus-bagus jadi anak dan istri penurut satu tahun ini dari anak keluarga kaya malah memilih seling-kuh sama preman begitu! Walau dia tampan tapi setidaknya kamu punya otak! Cari pria yang lebih kaya bukan yang kere dan hanya memberikan pengaruh buruk juga tukang pukul saja! Apa memang kamu melakukan hal itu karena ingin membalas dendam pada kami? Kau benar-benar wanita licik!" kembali Sherly berbicara.

"Iya, aku sengaja memang berpisah dengan pria itu dan memilih preman tampan ini agar bisa membuat kalian membusuk di penjara dan juga merasakan apa yang aku dan ibuku rasakan! Bukankah kalau urusan seling-kuh kamu jagonya? Aku belajar dari kamu Sherly. Agar aku bisa mendapatkan pria yang mau membelaku walau aku salah! Seperti yang di lakukan pria bodoh bergelar ayah itu kepada kami! Dia selalu menuruti kemauanmu bahkan tak segan-segan untuk menyik-sa kamu agar kamu bahagia!" jawab Izha dengan menahan segala amarah di dalam dadanya.

Axcel tersenyum tipis mendengar jawaban Izha, dia tak mengira jika Izha akan dengan berani mengatakan hal itu. Axcel kira Izha akan bungkam dan hanya akan kembali menangis pasrah.

"Kau! Berani sekali kau mengatakan itu padaku! Aku tak pernah meminta ayahmu menyik-sa kalian! Salah sendiri ibumu yang tak pandai menjaga suami! Jangan salahkan aku kalau ayahmu lebih memilihku dan menyayangi Andita!" jawab Sherly tak tahu diri. Entah apa yang ada di otaknya itu.

"Izha, aku mohon lepaskan aku! Jika kamu mau penjarakan, penjarakan saja papa dan mamaku! Aku kan tak melakukan kejahatan! Aku harus menikah, Izha! Dan tolong kembalikan uang yang tadi ayah berikan padamu lagi untuk biaya pesta pernikahan aku!"Andita bahkan menjatuhkan dirinya di hadapan Izha.

"Apa yang kamu lakukan Andita! Bangun! Jangan rendahkan dirimu di hadapan wanita itu! Karena hal itu malah akan membuat dia semakin besar kepala!" Sherly menarik tangan Andita agar mau berdiri.

"Tidak Ma! Aku tak mau kalau sampai pernikahan aku gagal! Aku harus menikah dengan Mas Cakra, karena setelah menikah dengan dia nantinya aku akan membantu kalian keluar dari sini! Mas Cakra anak orang kaya pasti akan membantu aku! Dia sangat mencintai aku, Ma!" Andita menolak. Izha malah tertawa mendengar perdebatan mereka.

"Mana ada pria kaya membebankan biaya pernikahan kepada calon pengantin wanita! Kau membuatku ingin tertawa Andita! Bahkan semua uang gajimu semuanya habis untuk pria itu! Aku sudah muak dengan kalian semua! Aku pastikan kalian mendekam dalam waktu yang lama di dalam penjara ini! Mempertanggungjawabkan kelakuan kalian selama ini! Aku juga punya semua bukti ancaman dan juga video saat kalian melakukan pemu-ku-lan dan penyik-sa-an kepadaku dan ibu!" ujar Izha tegas.

Dia mundur dan melirik ke arah pria yang bergelar Ayah. Pria yang sudah memberikan luka paling dalam di hati dan hidupnya selama ini. Pria yang dulu merupakan cinta pertamanya karena sellau memberikan kelembutan dan cinta yang besar untuknya. Tapi semuanya hancur berganti dengan rasa sakit dan luka yang pastinya sulit untuk di sembuhkan.