NovelToon NovelToon
GETIH REGET

GETIH REGET

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Selingkuh / Romantis / Tumbal / Hantu
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: Lind Setyani

Hubungan rumah tangga Nadin dengan suaminya semakin hari semakin memanas sejak kepindahan mereka ke rumah baru. Nadin mencurigai perlakuan aneh suaminya sejak kedatangan pembantu barunya, belum lagi kejadian-kejadian aneh yang kerap kali ia dapatkan mulai dari dirinya yang sering di ganggu sosok menyeramkan dan rumah yang kerap kali berbau anyir. Tidak ada gelagat aneh yang di tunjukkan pembantunya itu, akan tetapi Nadin menaruh kecurigaan besar terhadap pembantunya.

Kecurigaan Nadin terbukti saat ia tidak sengaja mempergoki suaminya yang tengah bergumul dengan sang pembantu di saat dirinya sedang tidak di rumah. Di tengah keputusannya untuk bercerai ia justru di buat bingung dengan sang suami yang mendadak menjadi sakit-sakitan. Sampai akhirnya semua mendapat titik terang saat Nadin di datangi temannya yang memiliki kelebihan khusus dan menjabarkan semua hal-hal aneh yang sedang di hadapi Nadin.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lind Setyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

NAYA BERKUNJUNG

Reno tidak menyahuti, ia hanya mengangguk tipis karena masih merasakan sedikit pusing.

Mereka berdua menyelesaikan sarapan dan setelah itu berangkat bekerja seperti hari-hari biasanya. Di sepanjang jalan Irma terus menanyakan keadaan suaminya yang terus-terusan memegang pelipis tapi Reno tetap kekeh menjawab tidak kenapa-kenapa.

Sampailah pada simpangan menuju toko roti milik Nadin, setelah menurunkan Nadin di depan teras toko, Reno langsung melajukan mobilnya untuk menuju ke konter miliknya.

Di sepanjang jalan ia terus-terusan merasa tidak nyaman dengan perasaannya, ia seperti merasakan kosong dan seperti orang linglung. Tapi bukan itu saja yang membuat Reno merasa heran melainkan wajah Irma yang terasa menghantui pikirannya.

“Kenapa aku jadi kepikiran Irma terus ya?” Gumam Reno pada dirinya sendiri.

Saking tidak fokusnya mengemudi Reno sampai hampir melewati lampu merah, untung saja ia buru-buru menginjak rem meski sudah terlalu kebablasan dari garis pemberhentian.

...****************...

Usia kandungan Nadin sudah memasuki bulan kedua itu artinya sebentar lagi ia akan membagikan kabar bahagianya kepada orang tuanya dan juga oran tua dari Reno. Nadin sudah sangat tidak sabar untuk melihat bagaimana reaksi dari para orangtuanya saat mendengar akan memiliki cucu pertama mereka.

Siang ini Nadin sedang menunggu temannya yang sudah lama tidak bertemu lagi sejak terakhir kali mereka bertemu. Siang ini rencananya Naya akan berkunjung ke rumah Nadin, sejak tadi malam Naya sudah sangat berisik ingin cepat-cepat bertemu ketika mendapat kabar tentang kehamilan sahabatnya itu.

Naya sengaja mengambil jam lemburnya untuk di tukar dengan jam ia ijin pulang. Butuh 15 sampai 20 menit untuk sampai di toko Nadin, ia menjemput Nadin terlebih dahulu baru setelah itu berangkat ke rumah.

Jam sudah menunjukkan pukul 13.26 tapi batang hidung Naya masih belum terlihat di luar toko. Nadin yang sudah berencana untuk melewatkan makan siang supaya bisa makan bersama di rumah bersama Naya menjadi kesal sendiri karena saking menunggu lama perutnya sudah berbunyi menahan lapar.

Dua panggilan yang Nadin tujukan ke ponsel Naya juga tidak mendapat balasan karena kemungkinan ia pasti sedang berada di jalan. Sembari menunggu Nadin membereskan dahulu dagangannya untuk ia simpan di lemari pendingin, hari ini ia akan menutup toko lebih awal.

Dari arah pintu terdengar sebuah salam dibarengi suara lonceng atas pintu yang berbunyi. Naya masuk memanggil Nadin yang masih sibuk dengan beberapa bungkus rotinya.

“Halo bumil,” teriak Naya menghampiri Nadin.

“Lama banget sih,” gerutu Nadin dari balik etalase.

“Sorry Nad, macet juga di jalan. Nih aku bawain martabak kacang.” Naya meletakkan bungkusan plastik putih di atas kaca etalase.

“Wahhh terima kasih, kita makan di rumah nanti aja,”

“Aku bantu apa Nad?”

“Engga usah ini udah hampir selesai kok, kamu duduk aja dulu.” Tolak Nadin yang masih mengemasi roti-roti yang tinggal beberapa baris saja.

Naya mengangguk dan duduk di sebuah bangku sofa tempat pelanggan biasa menunggu. Dilihatnya Nadin yang masih berada di balik etalase, tubuhnya tidak terlihat karena ia menunduk tapi Naya bisa melihat ada kepulan asap hitam yang membumbung naik dari tubuh Nadin.

Tapi di lain itu, Naya juga bisa melihat sebuah pancaran warna seperti perlindungan yang berasal dari tubuhnya. Setelah Naya memperhatikan lebih teliti lagi ternyata energi itu berpusat pada gelang yang sedang Nadin pakai. Nadin yang sudah beres dengan dagangannya kemudian mengambil switer hijau dan memakainya, setelah semua yang dirasa tidak ada yang tertinggal Nadin menghampiri Naya yang sedang memandangnya.

“Ayo Nay,”

“Eh Nad, sini dulu deh, duduk dulu.” Naya menepuk sofa sampingnya meminta Nadin duduk.

“Kenapa?” Nadin menurut untuk duduk di sampingnya.

Tanpa aba-aba Naya menarik pergelangan tangan Nadin yang terpasang sebuah gelang, waktu ia terakhir kali datang ke sini ia belum melihat Nadin memakainya. Diamati lebih teliti lagi oleh Naya untuk memastikan apakah ada sesuatu yang sekiranya membahayakan Nadin.

“Unik ya Nay, aku dapat dari pelangganku. Katanya sih karena aku mirip dengan anaknya gitu jadi dia memberikan gelang ini padaku.” Tanpa ditanya Nadin menjelaskan apa yang ia tebak saat melihat Naya seakan tertarik dengan gelang yang sedang ia pakai.

“Pelanggan? Dia cerita apa aja?” Naya melepaskan tangan Nadin dan beralih memandang lekat-lekat pada kedua mata sahabatnya itu.

Sebuah kabut hitam terus membayangi tubuh Nadin, jika orang normal tidak akan menyadarinya tapi berbeda dengan orang-orang seperti Naya atau lebih tepatnya orang-orang dengan kemampuan khusus yang diberi kelebihan pada mata ketiganya.

“Engga ada,” Nadin menggeleng. “Ada apa sih Nay, mendingan ayo kita cepat berangkat keburu macet kalo sore-sore.” Tambahnya.

“Ayo kalo gitu,” Naya mengurungkan niatnya untuk bertanya lebih jauh mengingat Nadin yang sedang mengandung sehingga tidak mau membebani pikirannya, tapi di lain sisi ia juga khawatir jika ia tidak diberitahu maka Nadin tidak bisa lebih hati-hati dengan apa yang akan ia temui kedepannya. Memikirkan hal itu membuat Naya bingung sendiri.

Mereka berdua ke luar dari toko, sembari menunggu Nadin menggembok toko rotinya, Naya berjalan ke arah mobilnya terparkir untuk menghidupkannya. Sebelum benar-benar pergi Nadin berhenti sejenak untuk mengingat apa yang sekiranya ia lupakan karena ia ini sangat pelupa jadi harus diingat-ingat lagi.

Merasa tidak ada yang kelupaan Nadin menghampiri mobil Naya terparkir. Naya menjalankan mobilnya mundur perlahan untuk keluar dari area parkiran.

“Nad, kamu selama hamil tidak merasa cepat lelah atau gimana gitu, maksudku kan ada biasanya orang-orang itu yang karena hormon kehamilan jadi sering muntah-muntah atau sering merasa capek?” Pancing Naya supaya Nadin bisa menceritakan apapun yang ia rasakan supaya ia bisa menebak apa yang sebenarnya sedang menempel pada sahabatnya itu.

“Emm, engga. Kalo muntah-muntah iya tapi pas awal-awal, sekarang sudah biasa saja,” jawab Nadin menjawab dengan jujur karena memang ia tidak merasakan lelah yang berlebihan selama kehamilannya. Apa lagi ia juga bukan target dari Irma jadi tidak menimbulkan reaksi apapun untuknya tapi hanya saja jika orang-orang seperti Naya yang melihatnya maka ia akan terlihat seperti sedang tertempel aura jahat.

“Oh, gitu.” Naya manggut-manggut dengan pandangan yang tetap terfokus ke arah depan.

“Kenapa emang Nay?”

“Engga apa-apa, soalnya tetanggaku hamil anak pertama dia muntah-muntah terus sampai badannya kurus sekali.” Kali ini Naya tidak berbohong, ia menceritakan tetangga yang berada di desanya.

“Kasian sekali Nay, untung saja kehamilanku engga rewel.” Ujar Nadin sembari mengelus perut ratanya.

Jangan lupa tinggalkan like and comment, terima kasih.

1
Wiwit
lanjut thor, KLO BS up banyakin bab bya thor
Rembulan menangis
kok blm up yaa
Linn: di tunggu saja ya kak, soalnya belum bisa konsisten up setiap hari☺🙏
total 1 replies
Wiwit
lanjuttttt
Apa ini jadi awal terbuka rahasia pembantunya?
Baru baca, dah bersambung aja.../Facepalm/
Tapi nenek itu siapa? Jangan2 itu berhubungan dengan Naya lagi/Blush/
Disclaimer!!

Hmm... maaf nih, ya. Aku bukan ingin membenarkan karena aku lebih tahu atau gimana. Tapi sebenarnya, ada beberapa dialog yang bisa dipisah, dan membuat antar karakter/tokoh terasa lebih ke memang sedang melakukan percakapan.

Aku tak ada niatan untuk menggurui, tapi ini hanya masukan dariku sebagai pembaca./Pray/

Misalnya, saat awal Nadin masuk, sebenarnya ia bisa diberi gambaran kecil kenapa ia bertanya, "Mas, kamu kenapa?" terus "Masih ada yang sakit?" dan tindakan sebelum benar-benar masuk lalu bertanya. Jadi, tak mendadak bertanya.😅

Semangat ya, thor. Aku tunggu update selanjutnya~/Determined//Smile/
Linn: terima kasih kak atas masukannya☺ untuk kedepannya saya akan lebih memperhatikannya lgi seperti saran kakak🙏
total 1 replies
Bingung mau komen apa
Linn: 🤣🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
Meski kebanyakan narasi, tapi kakak cepat juga upnya. Baru selesai kemarin baca, eh udah ada lagi/Facepalm/
Linn: aamiin terima kasih banyak☺☺
total 3 replies
Lanjut, thor~/Determined/
Kesalahan yang mereka lakukan adalah tak adanya komunikasi.
Ini bisa di sedikit dipadatkan, untuk bagian meletakkan tas. Cuma saran dariku.
Sepertinya, aku bisa menebak orangnya deh~😅
Delapan kilo?🤔 What?!
Oh pantaslah/Facepalm/
Jikapun begitu, bukannya Nadin masih bisa ke toko, ya🤔
Aku penasaran, siapa wanita yang ada di prolog, ya?
Izin mampir, kak.🙏
Lagi menjelajah novel horor soalnya, hehe~😅
Linn: wahh terimakasih kak sudah mampir di cerita saya😍
total 1 replies
Arif Tegal
emang ada tah
Linn: ada kak, hanya saja mungkin sudah jarang yang menggunakannya.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!