NovelToon NovelToon
Jodoh Jalur Orang Dalam

Jodoh Jalur Orang Dalam

Status: sedang berlangsung
Genre:Hamil di luar nikah / Konflik etika / Selingkuh / Cinta Terlarang / Keluarga / Menikah Karena Anak
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: yesstory

Setelah lama merantau, Nira pulang ke kampung halaman dengan membawa kabar mengejutkan. Kehamilannya yang sudah menginjak enam bulan.
Nira harus menerima kemarahan orang tuanya. Kekecewaan orang tua yang telah gagal mendidik Nira setelah gagal juga mendidik adiknya-Tomi, yang juga menghamili seorang gadis bahkan saat Tomi masih duduk di bangku SMA.
Pernikahan dadakan pun harus segera dilaksanakan sebelum perut Nira semakin membesar. Ini salah. Tapi, tak ingin lebih malu, pernikahan itu tetap terjadi.
Masalah demi masalah pun datang setelah pernikahan. Pernikahan yang sebenarnya tidak dilandasi ketulusan karena terlanjur ‘berbuat’ dan demi menutupi rasa malu atas aib yang sudah terlanjur terbuka.
Bisakah pernikahan yang dipaksakan karena sudah telanjur ada ‘orang dalam’ perut seperti itu bertahan di tengah ujian yang mendera?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yesstory, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Yang Lalu Biarlah Berlalu

Nira keluar dari kamar dengan memakai seragam perawatnya. Hari ini ia sudah kembali bekerja.

“Gimana kabar Ibunya Mbak?” Nira bertanya saat melihat Mbak Dewi tengah mengelap meja dapur.

“Sehat, Bu. Tapi karena sudah sepuh (tua) ya sehat sehari dua hari, sakit berhari-hari juga,” jawab Mbak Dewi tersenyum.

“Maaf ya, Mbak Dewi harus menunda kepulangan Mbak ke kampung.”

“Saya ngerti kok, Bu. Terus kapan pengasuhnya Alvin datang, Bu?”

“Nanti sore, Mbak. Saya memintanya datang ke sini. Kalau saya belum pulang, Mbak Dewi bisa ngobrol sama dia dulu. Nanti Mbak Dewi kasih penilaian apa dia cocok sama Alvin.”

Mbak Dewi mengangguk,” Baik, Bu.”

Nira menatap Mbak Dewi,” Sebenarnya saya sudah cocok sama Mbak Dewi. Tapi sayang, Mbak Dewi harus berhenti bekerja.”

“Maafkan saya, Bu.”

“Nggak ada yang perlu dimaafkan, Mbak. Keputusan Mbak sudah benar. Merawat orang tua yang sakit. Ya sudah, saya berangkat ya, Mbak.”

Mbak Dewi mengangguk. Nira melangkah keluar rumah. Sesekali ia mengembuskan napas pelan. Rumahnya sepi. Tanpa Riki. Tanpa Arsa. Apalagi semalam, ia hanya bersama Alvin di rumah sebesar itu. Ia merasa hampa.

Hari berlalu dengan cepat. Nira bekerja dengan baik walau sedikit kehilangan rasa semangatnya. Entah mengapa, tapi hatinya terasa kosong. Padahal baru sehari Riki dan Arsa di kampung. Tapi, Nira merasa sendirian.

Ia merindukan Arsa. Canda tawanya. Tapi, apa ia juga merindukan Riki?

Entahlah. Nira merasa kebingungan sendiri dengan perasaannya.

Sepulang bekerja, Nira sengaja melewati jalanan yang mengarah ke gedung pengadilan agama kota tersebut.

Hati bimbang dan ragu, tapi tangannya membelokkan setir memasuki pelataran gedung yang cukup sepi karena sudah sore. Hanya ada satu dua mobil yang terparkir. Mungkin milik pejabat pengadilan atau siapa, tak tahu.

Nira keluar dari mobilnya. Memandang lama gedung di depannya. Dengan langkah ragu, kakinya melangkah masuk.

“Selamat sore,” sapa seorang perempuan dengan senyuman ramah, menyambut Nira yang sudah masuk ke dalam gedung.

Nira tersenyum tipis,” Eum, sore. Saya … Saya mau bertanya sesuatu, Mbak.”

Perempuan itu melirik jam besar di dinding. Setengah jam lagi waktu bekerjanya berakhir. Demi melihat raut wajah kebingungan Nira, perempuan itu mengangguk.

“Saya mau tanya tentang persyaratan mengajukan cerai, Mbak.” Suara Nira pelan, seolah takut terdengar siapapun, walau tak ada siapapun di sana selain dia dan perempuan karyawan pengadilan.

“Kalau begitu, sebaiknya Mbak bertemu dengan bagian humasnya. Tapi sayang, jam kerja kami segera berakhir dan mungkin tim humas sudah pulang. Bagaimana kalau Mbaknya kembali besok saja?”

Nira terdiam, mengangguk,” Baik, Mbak. Terima kasih.”

Nira keluar dari gedung pengadilan. Napasnya terengah sedikit. Tak menyangka ia melangkahkan kaki ke gedung pengadilan. Sebuah tempat yang tak pernah terlintas dalam pikiran untuk memasukinya.

Nira kembali melajukan mobilnya. Kali ini ia pergi ke showroom mobil, tempat Riki bekerja. Ia ingin memastikan kalau Riki benar masih bekerja di sana. Tak berbohong seperti dulu.

“Iya, Mbak. Riki masih bekerja di sini. Tapi dia ijin cuti tiga hari. Kalau Mbak ada keperluan sama dia tentang jual beli mobil di tempat kami, Mbak bisa bicara sama saya.” Salah satu karyawan showroom menyambut Nira ramah. Mengira jika Nira salah satu orang yang berniat membeli mobil lewat Riki.

Nira menggeleng, mengatakan bahwa ia ada urusan lain dengan Riki. Nira juga tak mengatakan kalau ia istrinya Riki. Setelahnya, Nira pergi dari sana. Perasaannya lega karena Riki tak berbohong. Riki masih bekerja dan dia mengambil cuti tiga hari.

***

“Pagi, Pak!”

Mardi yang tengah mengawasi Arsa bermain dengan Dela, menoleh ke arah pintu pagar.

“Pagi juga, Raf. Masuklah!” Mardi berseru dengan senyum ramahnya.

Raffi mengangguk, membuka pintu pagar, dan mendorong motornya masuk ke dalam halaman.

“Apa kabar, Raf? Setelah menikah, Bapak nggak mendengar kabarmu lagi,” ucap Mardi setelah Raffi bersalaman dengannya.

Raffi tersenyum,” Baik, Pak. Padahal aku lewat sini terus loh. Kadang klaksonin juga. Tapi, Bapak terlalu sibuk jadi nggak lihat aku.”

“Ya Ya Ya. Namanya juga udah tua, Raf. Maklumi kalau kadang-kadang nggak dengar. Wajahmu terlihat bahagia sekali. Sepertinya menikah membuatmu jadi lebih ceria dan semangat ya,” angguk Mardi, mempersilakan Raffi duduk di kursi sebelahnya.

Raffi tertawa,” Jelas lah, Pak. Aku baru tahu kalau menikah ternyata bisa semembahagiakan ini.”

Mardi tersenyum lirih. Raffi sedang berbahagia, sementara Nira justru sedang berdiri di tepi jurang perceraian.

“Eh, Pak. Itu siapa?” Raffi menunjuk anak laki-laki yang tengah sibuk bermain bersama Dela.

“Arsa, anaknya Nira.”

Raffi mengerutkan dahinya,” Berarti Nira pulang, Pak?”

Mardi tersenyum, menggeleng,” Yang pulang Riki. Mengantar Arsa. Nira kerepotan di sana, jadi Bapak sama Ibu minta Arsa dibawa ke sini aja, nemenin Dela.”

Raffi manggut-manggut.

“Oh iya, gimana kamu? Sudah mau jadi bapak belum?”

Raffi menggeleng, tersenyum tipis,” Belum, Pak.”

“Waktu masih panjang. Nikmati aja masa pacaran halal kalian.” Mardi menepuk bahu Raffi.

“Iya, Pak. Kami lagi menikmati berduaan sebagai pasangan halal.”

Mardi mengangguk.

“Eh, ada tamu. Eum, siapa ya namanya? Kok aku lupa.” Riki keluar dari dalam dan langsung menyapa Raffi.

Raffi tersenyum,” Raffi, Bang.”

“Ah iya. Kita ketemu lagi. Apa kabar, Bang?“ Riki ikut bergabung, duduk di salah satu kursi.

“Baik,” angguk Raffi singkat.

“Syukurlah.”

Riki ikut mengobrol bersama Mardi dan Raffi. Selama mengobrol, baik Mardi dan Riki tak menyinggung nama Nira. Mereka mengobrol tentang obrolan para pria pada umumnya. Seputar motor, bengkel, dan pekerjaan Riki. Riki sama sekali tak tahu bahwa Raffi adalah mantan kekasih Nira di masa lalu. Baik Nira, Mardi, ataupun Raffi sepertinya tak ingin membongkar masa lalu mereka.

Saat melihat Riki, Raffi ingat sesuatu. Pria di depannya itu yang berhasil menikahi Nira lewat jalur ‘orang dalam’. Jalur yang sama sekali tak pernah ia pikirkan untuk melewatinya. Biarlah tak ada restu. Biarlah ia tak berjodoh dengan Nira. Ia tak ingin mendapat restu dengan jalur yang salah. Ia tak mau merusak seorang perempuan sebelum pernikahan.

Toh, sekarang Raffi mendapatkan seseorang yang lebih baik dari Nira. Lagi, ia meyakinkan diri bahwa semua ini tak salah. Semua ini adalah yang terbaik. Ia mendapatkan jodohnya yang terbaik.

Ika. Gadis cantik, kembang desa, yang ia nikahi atas dasar cinta dan ingin hidup bersama. Hidupnya sudah baik-baik saja. Lebih bahagia. Nira hanyalah masa lalu. Apa yang diperbuat dan terjadi pada wanita itu, Raffi enggan peduli lagi.

Ia masih datang ke rumah Nira bukan karena ingin bertemu Nira atau mengingat kenangan lalu mereka. Melainkan karena ia menghargai Mardi. Walau Mardi menolak memberikan restu waktu itu, bukan berarti Raffi lantas marah dan memutus silaturahmi.

Yang lalu biarlah berlalu. Raffi sudah bahagia bersama Ika. Dan Raffi berharap Nira juga bahagia dengan Riki.

1
Miu miu
Gak terasa waktu lewat begitu cepat saat baca cerita ini, terima kasih author!
ZodiacKiller
Ga sabar nunggu kelanjutannya thor, terus semangat ya!
yesstory: Terima kasih kak.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!