NovelToon NovelToon
My Villainess Return

My Villainess Return

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir / Transmigrasi ke Dalam Novel / Kebangkitan pecundang / Romansa / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Psikopat itu cintaku
Popularitas:22.8k
Nilai: 5
Nama Author: eka zeya257

Deva, seorang gadis petakilan yang menjadi anggota bodyguard di salah satu perusahaan ternama. Meski tingkahnya sering kali membuat rekannya pusing, namun kinerja Deva tak bisa di ragukan. Pada suatu malam, Deva yang baru selesai bertugas membeli novel best seller yang sudah dia incar sejak lama.

Ketika dia sedang membaca bagian prolog sambil berjalan menuju apartemennya, sebuah peluru melesat tepat mengenai belakang kepalanya dan membuatnya tewas.

Hingga sebuah keajaiban terjadi, Deva membuka mata dan mendapati dirinya menjadi salah satu tokoh antagonis yang akan meninggal di tangan tunangannya sendiri. Akankah kali ini Deva berhasil mengubah takdirnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon eka zeya257, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 33

Haikal terdiam sejenak, mengalihkan pandangannya ke arah lantai. Suasana di antara mereka semakin tegang, seolah-olah bisa di potong dengan pisau.

"Lo gak ngerti, Dev" ujarnya pelan, suaranya bergetar. "Ada lebih banyak yang di pertaruhkan di sini dari pada sekadar pertarungan kita."

"Pertaruhan? apa lo mau bilang? yang ada di depan gue adalah seorang pengecut yang bersembunyi di balik bayang-bayang teman-temannya!" Deva melangkah maju, mendekatkan wajahnya ke wajah Haikal, memperlihatkan keberaniannya. "Gue gak takut sama lo atau siapa pun yang ada di belakang lo."

Dengan napas yang berat, Haikal mengangkat kepala dan menatap Deva dengan intens.

"Lo harus berhenti mengejar kebenaran yang mungkin bisa menghancurkan lo, Dev." Ujar Haikal.

"Pfft, asal lo tahu. Gue udah hancur, Kal. Semuanya nggak ada yang utuh bahkan jiwa gue." Deva mendesak, tak ingin kehilangan momentum tersebut. "Gue sudah terlalu lama berada dalam bayang-bayang, dan sekarang saatnya untuk menghadapi semuanya secara langsung, kan."

Haikal sempat tertegun, ia merasakan hawa di dalam gudang itu semakin menyesakan. Seakan Deva sudah mendominasinya dengan kegelapan, meski gadis itu tak bergerak sama sekali.

"Dev... apa yang-"

Jleb.

Haikal menunduk, ia membulatkan kedua pupil matanya tak menyangka jika Deva baru saja menusuknya menggunakan pisau karatan.

"Auch, mules nggak? sayang banget, harusnya lo nggak usah main-main sama gue, Kal. Gue bukan Deva yang dulu, yang cuma bisa nangis di depan lo." Ejek Deva terkekeh.

Gadis di samping Haikal menjerit, ia berniat kabur namun Deva tak mengizinkannya pergi begitu saja. Ia menarik rambut gadis itu, dan mendorongnya ke tembok hingga kening gadis tersebut membentur tembok.

Suara benturan cukup keras, Deva tertawa nyaring begitu melihat benjolan ungu di kening gadis itu.

"Kasihan, wajah mulus lo harus bonyok deh." Ujarnya tertawa mengejek.

"Lo keterlaluan, Dev! kalau kedua kakak lo tahu, lo bakal habis." Bentak gadis itu, ia melemparkan tatapan kebencian yang sangat mencolok pada Deva.

Namun bagi Deva ucapan itu tidak ada artinya, ia hanya mengangkat bahu, senyumnya semakin lebar, seolah peringatan itu hanya angin lalu.

"Kakak-kakak gue? mereka gak ada di sini. Yang ada cuma gue, dan gue bisa melakukan apa pun yang gue mau. Lagi pula, kalian duluan yang mancing gue amarah gue." Sahut Deva enteng.

Haikal masih tertegun di tempatnya, perasaannya campur aduk antara sakit dan ketakutan. Ia memegang erat pisau yang masih bertengger di perutnya, Haikal tak berani menarik pisau itu.

Akan tetapi, rasa sakitnya sungguh luar biasa, meski ia merasa tusukan itu tak terlalu dalam namun cukup untuk menghilangkan banyak tenaganya.

"Dev, ini bukan lo! sejauh yang gue tahu, Deva nggak bakal melakukan kekejaman seperti ini!" Suaranya bergetar, berusaha mengalihkan atensi Deva dari gadis berambut sebahu.

Tapi, Deva hanya memiringkan kepalanya, sambil mengetuk-ngetuk dagu dengan jari telunjuknya, kedua matanya bersinar liar.

"Ini gue yang sebenarnya. Selama ini, gue cuma terkurung dalam keinginan untuk mendapat perhatian dari kedua kakak gue. Tapi, sekarang gue udah nggak peduli sama mereka lagi."

Gadis yang terjerat dalam cengkeraman Deva berusaha melepaskan diri, namun posisinya semakin terdesak.

"Dev, lo gila? gimana kalau dosen sampai tahu kelakuan lo hah?" ujarnya dengan suara hampir putus asa.

Deva menoleh, seolah baru menyadari keberadaan gadis itu. "Oh, untuk menghadapi orang seperti kalian gue emang perlu menjadi gila, karena kalau gue waras yang ada gue yang di tindas."

"Dan, lo juga bisa ikut merasakan apa yang gue rasakan." Ia melangkah mundur, membiarkan gadis itu terjatuh ke lantai.

Haikal menggigit bibirnya, rasa sakit di perutnya semakin membara, namun ada hal yang lebih menakutkan dari lukanya. Yakni melihat Deva berubah menjadi sosok yang begitu asing dan kejam.

Deva menatap Haikal dingin, "Kalau sampai gue dengar berita ini keluar. Lo berdua bakal habis!"

"Lo takut jug... arrghh!" ucapan Haikal terhenti dan berganti teriakan melengking.

Tanpa perasaan, Deva menarik paksa pisau dari perut Haikal. Pisau itu meluncur keluar dengan mudah, dan darah mengalir deras dari luka yang menganga, mengotori lantai gudang yang dingin.

Haikal terjatuh, merasakan dunia di sekitarnya berputar, dan rasa nyeri yang menyengat membuatnya sulit untuk bernafas.

"Haikal!" teriak gadis yang terjebak dalam cengkeraman Deva, matanya membelalak ketakutan.

Deva melangkah ke depan, menatap Haikal dengan tatapan penuh kebencian. "Lo pikir ada yang bisa menolong kalian di sini? nggak ada yang bakal datang untuk menyelamatkan orang-orang seperti kalian. Selama ini, lo dan orang-orang di sekitar lo hanya melihat gue sebagai sampah yang bisa seenaknya kalian injak."

Tepat setelah mengatakan hal itu, Deva menginjak luka di perut Haikal hingga pemuda itu mengerang kesakitan. Tak ingin suara Haikal terdengar hingga keluar, Deva meraih sekotak tisu dan membukanya lalu menyumpal mulut Haikal dengan tisu tersebut.

Tak tinggal diam, Haikal berusaha memberontak namun tinjuan Deva sudah lebih dulu mengenai pipi pemuda itu.

Bugh.

Haikal berusaha menarik napas dalam-dalam, merasakan panas darah yang mengalir lukanya dan pipinya yang berdenyut nyeri.

"Dev, c-cukup!" suaranya penuh keputusasaan, Haikal meludah ke samping membuang tisu yang sudah bercampur dengan cairan kental berwarna merah tua yang keluar dari mulutnya, tubuh Haikal mulai terlihat lemah.

Namun, Deva hanya tertawa sinis, "Cukup? padahal ini belum ada setengah dari kekejaman yang lo berikan sama gue."

Dengan sekuat tenaga, Haikal berusaha menatap kedua mata gadis itu, meskipun rasa sakitnya sangat menyiksa.

"Lo mau di cap pembunuh? semua mahasiswa bakal benci sama lo, kalau tahu kejadian ini." Ujarnya terengah-engah.

Deva terdiam sejenak, seolah kata-kata Haikal menyentuh bagian terdalam hatinya. Namun, hanya dalam sekejap, kegelapan kembali menyelimuti matanya.

"Udah kok, label pembunuh udah gue dapatin. Dan kebencian juga udah gue miliki, yang belum cuma membalaskan dendam gue." Jawab Deva enteng.

Gadis yang terjatuh itu berusaha merangkak mendekati Haikal, air mata mengalir di pipinya.

"Tolong, Dev! lepasin kita berdua, kita bisa bantu lo balas dendam! tapi, cukup biarkan gue dan Haikal pergi!"

Deva menatap gadis itu, tak ada keraguan yang muncul di wajahnya. Namun, saat itu, suara langkah kaki mulai terdengar dari kejauhan, semakin mendekat ke arah gudang.

"Lo nggak bakal bisa lolos, Dev!" ejek Haikal saat suara langkah kaki semakin terdengar jelas.

Deva terhenti, seolah suara Haikal menembus lapisan kegelapan yang menyelimutinya. Sebuah ide gila muncul, Deva meraih patahan kursi dan mendekati gadis itu serta Haikal.

"Kata siapa gue nggak bisa lolos, justru kalian yang nggak bakal bisa keluar dengan nyaman dari situasi ini." Ucapnya menyeringai.

Detik berikutnya, Deva memukul kepala Haikal hingga pingsan dan ia juga melakukan hal serupa pada gadis di depan pemuda itu.

Setelah mereka berdua pingsan, Deva merobek pakaian gadis itu dan hanya meninggalkan tanktop hitam di tubuhnya.

Ia juga melepas kancing baju Haikal tiga biji, agar terlihat alami ia meletakan pisau karatan tadi di tangan gadis tersebut.

"Nah, beres. Waktunya gue kabur." Kekeh Deva riang.

Ia memanjat meja lalu keluar melalui jendela, hingga ia tiba di taman belakang. Deva bersiul seraya melangkah menuju toilet di taman itu untuk membersihkan diri.

1
Wahyuningsih
d tnggu upnya thor yg buanyk n hrs tiap hri sehat sellu thor tetp semangat
Hikam Sairi
😂😂😂😂😂👊👊👊👊👊
Amazing Grace
kenapa sih karakter nya si Deva jadi menye menye gini? padahal di awal penggambaran nya ga gitu deh
jadi agak aneh crita nya
dan juga Daddy nya itu bukan nya sayang sama dia?
kalo memang si deva ini di fitnah dan dihina sedemikian rupa kenapa masih tetap berharap dan bertingkah sama keluarga nya?
katanya dia punya perasaan dan dia juga manusia tapi sikapnya ga sesuai sama apa yang di cerita kan
kesel banget
Amazing Grace
terlalu menye menye dan klasik tapi tetap semangat author
Amazing Grace
crita agak ga nyambung tapi semangat author, dan di bab sebelumnya sama bab ini juga si Deva ini udah tau si Sera menye menye bahkan ada dialognya"padahal gue yang jatuhnya lebih keras daripada dia" seolah olah dia belum paham tentang sifat munafik si Sera
jdi kesannya kayak si Deva ini lebih menye menye dan agak lain yang didalam tanda kutip karakternya"kelihatan tidak sesuai sama penggambaran karakter awalnya" seolah olah di awal hanya sebatas penggambaran di awal saja
tapi tetap semangat ya authori💪
"hmm.. " ❄❄❄❄❄❄❄❄❄
triplek gak tuh.. /Chuckle/
"hmm.. " ❄❄❄❄❄❄❄❄❄
hmm... menarik.. 😏
Inay
mw sampe bab berapa begini terus? gk ada yg percaya sama deva.
Raine
sat set gebukin , habis cuman ngomong doang
Raine
nah ternyata benar , ayah juga sama aja makanya deva di hina terus
Raine
bapaknya salahhh weii , tegas dari awal kan gak mungkin sampe kekgini, kecuali emang sudah diacuhkan dari awal deva di hina
saniati Amat
saran jha y,klau gx mw istrinya mati jgn buat anak,hidup jha berdua,jd gx ada yg jd korban keegoisan,gx usah cari ahli waris,udah tahu mlahirkn taruhannya nyawa,msih geser jha tuch otak gx nalar,buat sedih jha,
Zee✨: iya bnr bgt, di kira lahiran gampang tinggal brojol kali😄
total 1 replies
Wahyuningsih
thor buat kluarga deva menyesal d buat segan mtipun tk mau biar nyakho mreka n buat deva badas abiz
Wahyuningsih
asli thor q smpe nangis nyesek banget pas baca
Lina Hibanika
adu mulut mah ga ada habis nya,, dah adu jotos aja Deva,, kamu kan jago,, ga cape apa adu mulut terus
Lina Hibanika
suka heran dengan orang yang punya pemikiran kematian sang istri saat melahirkan anaknya,, malah menuduh bayi yg sudah membunuhnya,, otak sengklek emang 😡
Zee✨: bener banget kak🤣🤣
total 1 replies
Lina Hibanika
kamu pantas bahagia Deva, tapi mungkin belum waktunya
Lina Hibanika
aku yg bacanya juga ikutan nyuutttt hati ini, dasar bapa gendeng,, ta kutuk jd kodok burik
fril bunny🌼
sumpah klo aja gw bisa masuk ke dlm ni novel,,udh gw cincang-cincang si gio njing😭🗿🔪
Zee✨: sabar2 tugas itu biar si deva yg ambil alih wkwk
total 1 replies
Wahyuningsih
asli thor q marah banget ama ke 2 kakaknya deva lbh percaya pd oran lain ketimbang adiknya sendiri menyebalkn,thor buat kakaknya menyesal d buat segan matipun tk mau biar nyakho dia n buat si pick me menderita lbh dri deva d tnggu upnya thor yg buanyk n hrs tiap hri sehat sellu jga keshtn tetp semangat n tengkyu buat author🥰🥰🥰
Zee✨: siap, makasih dah baca ceritaku kak☺️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!