Hallo, selamat datang kembali di cerita kedua Author, semoga kalian suka ya. ❤️
••••••••••
"kenapa kamu lakukan ini mas?" ucap Sela, dengan tubuh bergetar.
"maaf." ucap bayu, dia menunduk tak berani menatap Sela.
"Mas, kamu sudah janji sama aku. kamu tidak akan pernah meninggalkan aku."
"aku tidak akan meninggalkan kamu sela, aku menikahi citra karena aku hanya ingin punya anak." ucap Bayu membela diri.
"tapi bukan seperti ini mas." lemah Sela.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona_Written, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34
Saat Sela masuk dan meletakkan kopi di meja kerja Bryn, matanya tak bisa lepas dari tatapan pria itu. Aku tidak bisa memahami apa yang tersirat dari pandangannya, seakan ada teka-teki di balik itu semua. Tidak ada ekspresi yang tertangkap dari wajahnya, hanya tatapan datar yang menusuk.
"Apa sebenarnya yang dia pikirkan?" gumam Sela dalam hati, merasa penasaran dan agak risih dengan tatapan itu.
"Apa dia akan memecatku, karna aku kemarin tidak masuk dua hari." batin Sela terus bertanya-tanya arti dari tatapan Bryn kepadanya.
"Apa kamu sudah sembuh, sudah kembali bekerja, jangan nanti kamu pingsan disini malah merepotkan yang ada."Ucap Bryn dengan suara dinginnya.
"Su—sudah tuan, saya sudah sembuh."ucap Sela gugup.
Bryn hanya mengangguk kecil, lalu memintanya untuk keluar dari ruangannya.
"Saya permisi tuan."ucap Sela, lalu dia memundurkan tubuhnya dan keluar dari ruangan bos—nya itu.
Di sana tinggal Banu dan juga Bryn, mereka mengobrol beberapa hal mengenai kerjaan.
"Tuan besar meminta kita pulang terlebih dahulu. "Ucap Banu.
"Gua gak ada waktu." Ucap Bryn.
"Tapi ini sangat penting kata Tuan Besar."
Banu terus membujuk Bryn, karna Tuan Galang memintanya untuk pulang sementara waktu.
"Bagi dia memang semuanya penting, dia tidak akan perduli dengan mental gua yang hancur, yang dia perdulikan hanya bisnisnya, bagaimana caranya bisnisnya agar berjalan seperti apa yang dia mau."Ucap Bryn, sebenarnya dia sudah sangat lelah mengikuti ekspektasi papahnya itu.
Banu hanya menghela nafasnya panjang, percuma berbicara dengan Bryn, dia dan papahnya memang tidak pernah akur hingga saat ini, terlebih setelah papahnya menikah lagi dengan istrinya yang sekarang setelah mamah— nya Bryn meninggal.
"Bilang sama dia, gua gak akan pernah mau pulang."ucap Bryn.
"Baiklah. "Jawab Banu mengalah, padahal Tuan Galang sangat menyayangi Bryn, begitupun dengan ibu tirinya, memang Tuan Galang cukup keras dalam mendidik Bryn, hal itu karena Bryn adalah anak satu—satunya, dan sudah pasti menjadi andalan papahnya untuk menjadi penerus bisnis keluarganya itu.
Banu keluar dari ruangan Bryn. Dia akan segera memberikan kabar kepada Tuan Galang jika Bryn tidak mau pulang ke Amerika sana.
Melihat Banu telah keluar dari ruangan Bryn, Sela melangkah masuk ke dalam sana membawakan agenda jadwal Bryn hari ini.
Tok tok tok
"Permisi Tuan."
Sela melangkah masuk mendekati meja kerja Bryn dan membacakan apa saja yang akan di lakukan Bryn hari ini.
"Ada yang ingin di tanyakan Tuan?" Tanya Sela.
"Tidak, kamu temani saya hari ini ke pabrik yang ada di jawa barat."ucap Bryn.
"Jadwal yang lainnya bagaimana Tuan?" Tanya sela.
"Hapus saja."ucap bryn dengan enteng.
sela hanya menghela nafasnya panjang, dia harus kembali merubah jadwal yang telah di buatnya itu.
"Baik Tuan, saya permisi."ucap sela, dia keluar dari ruangan Bryn dengan tubuh lemahnya, rasanya otaknya sangat pusing jika sudah begini, mempunyai bos yang bersikap semaunya, kadang sela harus mengubah kembali jadwal yang sudah dia buat dari jauh—jauh hari itu.
"Harus aku ubah lagi, oh Tuhan kenapa dia sangat menyebalkan."keluh sela, dia mulai membuka File di komputernya untuk mengubah jadwal bos resenya itu.
Dia harus menyelesaikannya segera, karna nanti jam 10 pagi Bryn akan berangkat ke jawa barat, dan dirinya harus ikut ke sana.
Saat sela sedang mengubah jadwal harian bryn, telpon di meja kerjanya berbunyi.
"Ya Hallo."
"Buatkan saya roti bakar selai cokelat, sekarang."
Baru saja sela akan berbicara kembali sambungan telpon itu sudah terputus sepihak.
"Oh astaga Tuhan, dia begitu sangat menguji kesabaranku."Ucap sela dengan perasaan kesalnya, akhirnya dia melangkah ke pantry yang ada di dekat meja kerjanya untuk membuatkan pesanan bosnya itu.
"Padahal—kan ada OB ya, kenapa gak minta OB aja yang buatin, jangan mengganggu kerjaanku."Oceh sela, selama membuat roti bakarnya sela terus saja mengoceh tiada henti.
Setelah selesai sela menaruhnya di piring dan membawanya ke ruangan bryn.
Tok tok tok
"Permisi Tuan."ucap sela saat membuka pintu ruangan bosnya itu.
Terlihat bryn yang sedang duduk di bangku kebesarannya menatap layar komputer dengan serius.
"Ini rotinya Tuan. "Ucap sela, dia menaruh roti itu di meja kerja bryn.
"Jangan pergi dulu. "Ucap bryn saat melihat sela akan segera pergi dari ruangannya.
"Baik tuan."ucap sela, dia berdiri di hadapan bosnya itu, menunggu bosnya memakan roti buatannya.
bryn mulai memotong roti buatan sela dan mulai memakannya, dia memakan dengan pelan, menikmati roti itu.
"Kamu boleh keluar."ucapnya.
"Terimakasih Tuan, kalo begitu saya permisi. "Ucap sela, dia langsung melangkah keluar dari ruangan bosnya itu.
**
Jam 10 kini sela dan bryn sudah bersiap untuk pergi ke jawa barat, supir juga sudah siap di depan gedung itu untuk mengantar perjalanan mereka.
"Berkas yang di butuhkan sudah kamu bawa?" Tanya bryn.
"Sudah Tuan."ucap sela.
"Baiklah, kita berangkat sekarang."ucap bryn.
"Lo disini dulu."ucap Bryn kepada Banu.
"Baik Tuan."ucap banu.
bryn dan sela melangkah menuju lift khusus Ceo, awalnya sela ingin naik lift biasa saja, namun bryn memintanya untuk satu lift dengan dirinya.
Di perjalanan menuju ke salah satu kota di jawa barat yang terdapat pabrik milik perusahaan ALEXANDER GRUP, Sela dan juga Bryn sama sekali tidak terlibat perbincangan apapun, keduanya sibuk dengan pemikiran masing—masing, bryn yang memang memakai kacamata hitam dia dengan bebas memandang ke mana saja, padahal di balik kacamata hitamnya itu dia terus menatap ke arah sela.
"Kenapa dia diam saja, kenapa wanita ini terlihat sedang memendam banyak beban dalam hidupnya, apa dia terlalu terbebani dengan pekerjaannya di perusahaan, tapi bukankah pekerjaannya tidak terlalu berat." Batin bryn terus bermonolog menebak—nebak apa yang sekertarisnya pikirkan dan beban apa yang sedang dia pikul sebenarnya.
"Bahkan tatapan matanya sangat menyiratkan betapa beratnya hidup yang di jalani olehnya, sebenarnya kehidupan seperti apa yang wanita ceria ini jalani."
Di balik kacamata hitam yang menutupi matanya itu bryn terus menebak—nebak keperibadian sela sekertaris barunya itu, sekertaris yang bertahan cukup lama, biasanya yang lain hanya bertahan satu hari atau beberapa jam saja.
"Tuan, apa kita harus menginap?" Tanya sela, melihat arus lalu lintas yang cukup padat.
"Bisa jadi iya, bisa jadi tidak, kenapa?" Tanya Banu.
"Tidak apa—apa Tuan, saya hanya bertanya soalnya jalanan cukup padat."ucap sela.
"Apa kamu belum memberitahu suami—mu jika kamu keluar kota?" Tanya bryn.
"Su–sudah Tuan."jawab Sela gugup.
Bryn hanya menatap Sela yang gugup, dari ekspresi sela, bryn dapat menyimpulkan jika rumah tangga sekertarisnya itu sedang tidak bai—baik saja, sejak kejadian kemarin yang sela masuk rumah sakit karna menoba bu*uh diri, Bryn sudah menaruh curiga kepada sekertarisnya ini, bryn bukan orang sembarangan, dia bisa tau jika lawan bicaranya ini sedang berbohong, itulah kenapa jika keluar dia senang menggunakan kacamata hitam untuk mengamati orang—orang yang ada di sekitarnya.
♥️♥️♥️♥️
Asliii... ceritanya seruuu disimak 👍👍👍🤗