Istri Kedua Suamiku

Hari berlalu begitu cepat, tak terasa kini kehamilan Zahra sudah masuk sembilan bulan, hari ini jadwal Zahra untuk kontrol ke dokter terakhir kalinya.

"Kedua bayinya sehat, dan akan diperkirakan kelahirannya dua minggu lagi," ucap sang dokter, setelah memeriksa Zahra.

"Terima kasih dok," ucap Zahra.

Setelah Zahra diperiksa dan kehamilannya baik-baik aja, Zahra dengan Xavier memutuskan untuk pulang saja, karena Zahra sudah kecapean meskipun tidak melakukan apa-apa.

Kehamilan kali ini cukup berbeda bagi Zahra, karena kali ini dia hamil anak kembar, itu cukup membuat Zahra kelelahan.

 Zahra berjalan dengan sangat pelan di lorong RS, ditemani oleh Xavier.

"Bayinya sehat, dan aku akan melahirkan dua minggu lagi mas," ucap Zahra.

"Aku tidak tega melihatmu akan kesakitan," kata Xavier.

Zahra tertawa, mendengar kekhawatiran Xavier.

"Melahirkan memang sakit, taruhannya nyawa. Tapi aku akan baik-baik saja mas," ujar Zahra.

Saat keduanya akan masuk kedalam mobil, tiba-tiba keduanya dikejutkan dengan kedatangan seseorang.

"Aluna, apakah itu kamu nak?"

"Maaf nyonya, nama saya Zahra bukan Aluna," jawab Zahra.

"Tante, sudah lama kita tidak bertemu," sapa Xavier.

"Xavier, sedang apa kamu disini?" tanya seorang wanita paruh baya itu.

"Kenalkan tante, ini istri saya namanya Zahra," ucap Xavier, memperkenalkan istrinya.

"Kenapa istrimu sangat mirip dengan Aluna," katanya tak percaya.

"Sayang, ini ibunya Andrea," kata Xavier.

"Salam kenal tante," ucap Zahra tersenyum masam.

Xavier melihat raut wajah tidak senang, dia langsung berpamitan dengan ibunya Andrea.

"Kenapa sih mas, setiap aku bertemu dengan orang lain, aku selalu disebut Aluna Aluna terus," kesal Zahra,

"Apa jangan-jangan, kamu menikahi aku juga karena aku mirip dengan Aluna!" lanjut Zahra.

"Kita sudah membicarakan itu sayang, jangan membahas itu lagi," kata Xavier.

"Kamu ngak pernah ada di posisi aku, mas. Jadi kamu tidak akan pernah tahu apa yang aku rasakan," kesal Zahra.

"Aku minta maaf dengan itu, dan aku juga tidak bisa mencegah orang lain untuk menganggapmu Aluna," ucap Xavier,

"Tapi aku menikahi kamu karena aku cinta sama kamu, tidak ada urusannya dengan Aluna!" lanjut Xavier.

"Sudah lah, aku sangat kesal sekali hari ini," ucap Zahra.

Setelah cukup lama berdebat, akhirnya keduanya sampai dimansion.

"Mamah, papah, sejak kapan kalian disini?" tanya Zahra.

"Baru saja sampai, mamah akan menginap disini," kata Ela,

"Mengingat kehamilanmu sudah besar, mamah takut kamu tidak punya teman," lanjut Ela.

"Disini banyak maid, mamah jangan mencemaskan aku," jawab Zahra tersenyum.

"Mamah dengan papah akan tinggal disini, apa kamu tidak keberatan?" tanya Ela.

"Tidak sama sekali, malahan aku senang sekali mah," jawab Zahra,

Lalu kemudian, Zahra menyuruh maid untuk menyiapkan kamar buat kedua orangtuanya.

"Wah, sedang berkumpul," sahut Zane, tiba-tiba datang.

"Daddy, tumben kesini," kata Xavier.

"Apa daddy tidak boleh mengunjungi kediaman kamu?" tanya Zane.

"Bukan seperti itu, tapi daddy sangat jarang kesini, tapi sekarang tiba-tiba kesini membawa koper besar," ujar Xavier.

"Daddy sudah mengosongkan jadwal selama satu bulan, karena daddy mau menemani menantu daddy yang akan segera melahirkan," jawab Zane.

Zahra menyambut mertuanya dengan senang, karena mansionnya akan ramai, dengan kehadiran mereka.

"Kakek!"

Kenzo berlari kearah Zane, seolah melupakan keberadaan Gunawan.

"Cucu tersayang," ucap Zane, langsung memeluk Kenzo.

"Kakek mau menginap disini?" tanya Kenzo.

"Iya, kakek mau menemani kamu tidur," jawab Zane.

"Yey, aku punya teman," kata Kenzo senang.

"Apa kamu melupakan kakek disini," sahut Gunawan.

Kenzo langsung berlari kearah Gunawan.

"Tidak mungkin, karena kalian adalah kakek terbaik," jawab Kenzo,

"Aku senang sekali, nenek dengan kedua kakek disini," lanjut Kenzo.

Kenzo terlihat sangat bahagia dengan kedatangan Zane dan Gunawan. Karena Kenzo cukup dekat juga dengan Zane.

Saat malam tiba, setelah seharian Zane dan Gunawan bermain dengan Kenzo, akhirnya Kenzo tertidur diatas pangkuan Zane.

"Hati-hati, jangan sampai dia terbangun," ucap Gunawan, saat Zane akan menidurkan Kenzo dikasurnya.

"Selesai," kata Zane pelan.

Lalu kemudian, keduanya meninggalkan Kenzo yang sudah tertidur pulas.

"Sepertinya kalian cukup dekat," ucap Gunawan.

"Saya memang dekat dengan Kenzo, karena saya sayang dengan anak itu," jawab Zane.

"Apa kasih sayangmu akan berubah setelah Zahra melahirkan keturunanmu?" tanya Gunawan.

"Tidak akan," jawab Zane,

"Kenzo memiliki ruang spesial dalam hidup saya, dan itu tidak akan tergantikan," lanjut Zane.

"Entah kenapa, saya mengkhawatirkan Kenzo, setelah keturunan kalian lahir," kata Gunawan.

"Saya faham tentang kecemasan anda, tapi jangan khawatir, kasih sayang saya untuk Kenzo tidak akan berkurang," ujar Zane,

 "Sekali pun Zahra melahirkan anak kandung Xavier," lanjut Zane.

"Saya lega mendengar itu," kata Gunawan.

"Bukan hanya kasih sayang yang akan saya berikan, tetapi Kenzo akan mendapatkan warisan dari keluarga Alveric," kata Zane.

"Semua harta milik saya akan jatuh ketangan Kenzo, lalu nanti akan dibagi dengan adiknya," ucap Gunawan.

"Saya juga akan membagi rata, agar cucu-cucu saya tidak saling iri," sahut Zane.

Keduanya cukup lama membicarakan tentang masalah Kenzo, sampai pada akhirnya keduanya masuk kedalam kamar masing-masing.

Sedangkan dikamar Zahra dengan Xavier.

Zahra masih marah dengan masalah tadi siang hari.

"Sayang, kenapa kamu marah denganku?" tanya Xavier.

"Pikir aja sendiri, jangan menganggu aku!" kesal Zahra.

Xavier hanya menghela napas berat, sudah banyak cara yang dia lakukan, tetapi tetap saja Zahra marah dengan dirinya.

***

Sedangkan disisi lain, Rika sedang melihat surat undangan pertunangan Andrea dengan wanita lain.

"Aku yang menyuruh dia menerima perjodohan itu, kenapa aku juga yang sedih," batin Rika.

Rika terus menatap selembar undangan itu, ada rasa sesak didalam hatinya.

Lamunan Rika buyar, saat mendengar bel mansion berbunyi.

"Siapa malam-malam bertamu," ucap Rika heran.

Rika membuka pintu, betapa kagetnya saat dia melihat kalau Andrea yang datang kemansion.

"Andrea, ada apa kamu malam-malam kesini?" tanya Rika.

"Kamu sudah menerima undangan lamaran saya dengan wanita itu kan," ujar Andrea.

"Ya, aku sudah menerimanya," jawab Rika.

"Kamu harus datang, kalo kamu tidak datang, saya akan membatalkan pertunangan itu, dan saya akan mengatakan kalo saya mencintai kamu bukan wanita itu," kata Andrea.

"Jangan Andrea!" kesal Rika.

"Kau yang sudah membuatku gila, Rika!" kata Andrea,

"Jangan lupa datang, agar kamu merasakan apa yang saya rasakan. Kalo tidak datang, saya akan mengatakan semuanya kepada Leon," lanjut Andrea.

Setelah mengatakan itu, Andrea langsung meninggalkan Rika.

"Andrea, tunggu!" panggil Rika.

"Ada apa lagi?" tanya Andrea.

"Akan aku pastikan kalo aku datang bersama Leon, dan aku tidak akan merasakan apa yang kamu rasakan, karena aku tidak cinta sama kamu!" tegas Rika.

Andrea hanya tersenyum menyeringai.

***