"tolong... tolongin saya, saya di bius!" kata seorang gadis pelayan Toko pada seorang pria tampan di depannya. Gadis itu tengah berusaha menyelamatkan diri dari pria tua yang gendut yang hendak melecehkannya.
"hey... anak muda. Jangan ikut campur. Gadis itu milikku, aku sudah membelinya dengan harga mahal." Teriak seorang pria yang baru saja menyusul gadis itu sebelum bertemu pria tampan itu.
Bagaima kisah selanjutnya? akan kah si pria tampan menyerahkan gadis pelayan itu pada pria tua itu? yook kepoin! jangan lupa Like, Subcrebs dan Komennya!
Selamat membaca!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arish_girl, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rencana licik
Di sore hari, saat pulang kerja, Bu Endang bersama sopirnya meluncur menemui Yasmin. Dia ingin mendengar pengakuan Yasmin akan kehamilannya. Bu Endang masih belum menyerah meskipun Yasmin sedang hamil.
Yasmin keluar dari toko, saat itu ia hendak memanggil sopir taksi, akan tetapi mobil bu Endang menepi dan mendekati Yasmin. "Hai Yasmin.. ini ibu, nak. Mari ikut ibu, ada yang ibu mau bicarakan." kata bu Endang begitu mobil sudah menepi.
Yasmin mengerutkan kening, "bu Endang?" desisnya.
Melihat bu Endang yang berada di dalam mobil, Yasmin akhirnya pun masuk. "ibu Endang? ada apa bu?" tanya Yasmin heran.
Bu Endang tersenyum hangat, "kita ke restoran. Kita cari makan, kamu pasti sangat lapar." ucap bu Endang.
Yasmin membalas senyuman bu Endang dengan senyum kaku, serta anggukan pelan. Tak banyak ia mengerti, Yasmin hanya diam dan mengikuti kemana bu Endang membawanya.
Di sebuah restoran mewah, bu Endang dan Yasmin duduk satu meja, berbagai macam hidangan tersaji di atas meja, semuanya di pesan kan oleh bu Endang untuk Yasmin. Entah mengapa hu Endang seakan tahu makanan kesukaan Yasmin, semua makanan kesukaan ibu hamil seakan ada di sana.
Yasmin makan, namun ia tak makan banyak. Meski makanan itu terlihat menggugah seleranya.
"ayok, nak. makanlah yang banyak. Kau lagi hamil, bukan?" kata bu Endang.
Yasmin tersenyum malu, "tidak, bu. Ini sudah cukup, Yasmin sudah kenyang." tolak Yasmin dengan sopan.
"baiklah, nak. Kalau begitu aku akan mulai bicara," bu Endang menarik nafas, ia mulai bicara dengan hati hati. "Yasmin, ini masih soal kemarin. Ibu mau tanya, apakah kamu beneran hamil?" tanya bu Endang, suara getir, sekaan menelan pil pahit saat mengucapkannya.
Yasmin terdiam, ia tidak tahu harus menjawab apa. Peristiwa malam itu benar-benar telah membuatnya terpukul.
Seakan memahami kondisi hati Yasmin, bu Endang mengambil tangan Yasmin dan menggenggam nya. "nak, maaf jika ibu terlalu ikut campur terhadap hidupmu. Jujurlah pada ibu, nak. Ibu akan mendukung mu sepenuhnya. Ibu sangat yakin jika kamu sebenarnya orang yang baik, bahkan sangat baik." kata bu Endang membujuk.
Yasmin menarik nafas dalam. "iya, ibu. Yasmin memang hamil."
Bu Endang masih belum puas dengan jawaban Yasmin. "lalu? dimana suamimu?" tanyanya lagi.
Yasmin terdiam sesaat, bola matanya berkaca kaca. ia hanya menggelengkan kepala.
Dahi bu Endang Berkerut, ia tampak kebingungan dengan sikap Yasmin. "ada apa, nak? apa kalian bercerai?" tanya bu Endang ingin tahu.
Yasmin menggelengkan kepala, "bu... bayi ini hadir karena suatu kesalahan. Aku tidak memiliki suami tapi, benih ini tertanam di rahimku."
"maksudnya?" tanya bu Endang kebingungan.
Yasmin terdiam, entah mengapa ia ingin sekali mencurahkan isi hatinya kepada wanita tua yang baru beberapa hari ini ia kenal, "bu, malam itu seseorang telah menjebak saya. Saat saya mau mengantarkan pesanan di sebuah kamar hotel, pria bandit itu mau melecehkan saya. Saya di bius dengan obat perangsang. Saya..." namun belum selesai Yasmin menceritakan semuanya bu Endang seakan sudah tak sanggup mendengarnya. Ia ikut sedih dan merasakan terluka.
"sudah cukup. Jangan di teruskan lagi. Pria brengsek seperti itu tidak akan layak mendampingimu. Lupakan saja. Karena aku akan tetap menjodohkan dirimu dengan putraku. Setelah anak ini lahir, maka kau harus menikah dengan putraku." kata bu Endang dengan senyum merekah, ia merasa lega, setidaknya Yasmin bukan istri orang. Soal kehamilan Yasmin, itu bisa di atur. bu Endang akan bantu untuk merawat putra Yasmin nantinya.
"tapi, bu... Yasmin ingin melanjutkan ceritanya, namun bu Endang sudah tak mau lagi mendengarkan. Hingga akhirnya Yasmin pun diam, Dia membiarkan bu Endang dengan asumsinya sendiri.
"ya sudah, kalau begitu aku akan antar kamu pulang." kata bu Endang.
"tidak perlu, bu. saya bisa sendiri. Lagi pula saya masih ada janji. Ibu bisa pulang saja duluan." kata Yasmin.
"kamu yakin?" tanya bu Endang tanpak ragu.
Yasmin mengangguk. Sebenarnya malam ini ia ada janji dengan Bramantyo. Malam ini Bramantyo meminta Yasmin untuk datang ke apartement nya. Yasmin merasa tak nyaman jika ia harus di antar oleh sopir bu Endang. Apa kata dia jika sampai tau jika Yasmin sering berkunjung ke apartemen seorang pria.
***
Sementara di tempat lain, Yolan dan ibunya sedang merencanakan sesuatu. Keduanya lagi berdiskusi, rencana apa yang bisa di lakukan untuk mempermalukan Yasmin di keluarga Hermawan.
"ibu, rencana apa ya sekiranya bisa mempermalukan Yasmin di acara itu?" tanya Yolan pada sang ibu.
Hanum tampak berpikir, "ibu jadi bingung. Kamu aja lah yang mikir. ibu pusing." kata Hanum menolak.
"ih ibu, kok gitu, sih...!!" Yolan mengembangkan kedua pipinya ngambek.
"ya mau gimanaa lagi. Ibu juga bingung." sergah bu Hanum.
Yolan diam, mencari solusi yang tepat. mengandalkan sang ibu, hanya bisa memperlambat waktu saja. padahal dua hari lagi pesta akan di mulai.
Kemudian, senyum tipis terukir di wajahnya, "ibu. Yolan ada ide." ucapnya tampak ragu. Yolan menarik kepala ibunya dan mulai membisikkan sesuatu di telinga ibunya.
Bu Hanum tampak manggut-manggut, sepertinya ia sangat setuju dan mendukung penuh rencana untuk mempermalukan Yasmin di acara pesta ulang tahun bapak Hermawan. "gimana menurut ibu?" tanyanya.
"ya, sepertinya itu ide yang bagus. Ibu setuju." sahutnya mantap.