NovelToon NovelToon
Bukan Dukun Beneran

Bukan Dukun Beneran

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Mata Batin / Kumpulan Cerita Horror / Hantu
Popularitas:6.3k
Nilai: 5
Nama Author: Gerimis Senja

_Simple Komedi horor_

Demian, seorang anak miskin yang mencoba kabur dari bibi dan pamannya malah mendapat kesialan lain. Ya.. ia bertemu dengan seorang pemuda sebayanya yang tidak masuk akal dan gila. Lantas apakah Demian akan baik-baik saja??

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gerimis Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Obrolan saat Sarapan

Udara subuh di kosan itu terasa lebih dingin dari biasanya. Jam dinding menunjuk pukul 04.15 ketika Demian terbangun, matanya masih berat tapi tubuhnya sudah terlatih untuk bangkit pada waktu ini. Ia duduk sebentar di tepi kasur, mengusap wajah, lalu menoleh ke sudut kamar—tempat di mana boneka itu semalam terakhir kali ia lihat. Kosong. Hanya ada bantal lepek dan selimut kusut.

"Oh, ilang." gumamnya, dengan nyawa yang masih belum penuh.

Alis Demian mengerut. Ia terdiam beberapa saat, kemudian tersentak.

"HAH?! ILANG??!" pekiknya kaget.

Kemana perginya boneka itu??? Tapi keterkejutan Demian berakhir sampai disitu, karena ia sadar kalau wajar saja boneka itu berpindah tempat, toh ia kan memang bisa bergerak

“Celia…?” panggilnya pelan, walau sadar betul bahwa memanggil boneka di jam segini bukan ide bagus.

Tak ada jawaban. Hanya bunyi tik… tik… tik… dari keran bocor di dapur.

Ia melirik Alsid yang tidur miring membelakanginya. Nafasnya berat, wajahnya pucat, dan jelas sekali bekas kelelahan kemarin masih menempel. Mengingat pengobatan dan upaya melepas belenggu gaib semalam, Demian paham kenapa temannya itu seperti mayat hidup sekarang.

Demian menyentuh bahu Alsid, mengguncangnya sedikit.

“Sid… bangun.”

Alsid hanya menggumam tak jelas.

“Serius, bangun. Celia hilang.”

Mata Alsid langsung terbuka, walau setengahnya masih sayup. “Hah? Hilang?” Ia terduduk, rambut acak-acakan seperti sapu ijuk. “Kamu nyari di bawah kasur? Di lemari? Di pojokan? Dia kan bisa pindah tempat sesuka hati! Soalnya itu boneka jadi-jadian!"

Demian mengangkat tangan. “Udah aku cek. Nggak ada. Jangan-jangan… dia denger kamu mau bakar dia semalam.”

Alsid membeku, lalu wajahnya memucat drastis. “Kalau dia denger, berarti… kemungkinan sekarang dia nyari kesempatan buat kabur. Ya kan? Ngapain dia kabur kalau memang bukan karena boneka roh jahat?"

"Jangan-jangan semua cerita yang dia kasih tau itu cuma rekaan semata biar kita kesian. Tapi di balik itu, dia punya rencana busuk! Makanya gue niat mau bakar dia, setan itu jangan sekali-kali di percaya, karena mereka musuh nyata dari manusia!!" ujar Alsid panjang lebar.

"Woooow!!" Demian terkesima mendengarnya. "Kamu baca dari mana hal semacam itu, bagus juga kata-katanya."

Alsid tersentak oleh pujian Demian, lalu salah tingkah hingga menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal. "Ya, sebenernya kan gue ini orang yang bijaksana, tapi males aja ngasih tunjuk ke kalian. Entar kalian tau lagi kalau gue keren."

Nada suaranya melengking di akhir, membuat Demian menahan tawa. Sepertinya Alsid bisa sedikit di ledek biar takut, seperti menambahkan sedikit bumbu cerita horor.

“Tapi kalau Celia si boneka bisa dengar… mungkin dia lagi nyari cara bunuh kamu pelan-pelan.”

“Demian!” Alsid langsung loncat dari kasur, mencari sesuatu entah apa. “Kita harus temuin dia sebelum—”

BRAK! Suara keras dari arah dapur memotong kalimatnya.

Keduanya terlonjak kaget, nyaris berpelukan kalau saja mereka tak sadar mereka sesama lelaki. Mereka berteriak kencang, lalu sepersekian detik kemudian terdiam. Jantung seolah ikut berhenti sejenak. Lalu, refleks, mereka saling pandang… dan saling melompat ke belakang bersamaan.

“Lu yang depan!” seru Alsid.

“Kamu aja!” balas Demian.

Akhirnya, dengan langkah ragu dan tubuh sedikit membungkuk seperti ninja pemula, mereka berjalan menuju sumber suara. Lantai terasa dingin menusuk telapak kaki. Udara semakin mencekam seiring langkah mendekat ke dapur. Bunyi gesekan sendok dengan wajan terdengar samar-samar namun sukses membuat gigi-gigi mereka ngilu.

Demian menelan ludah. Mencengkeram baju bagian belakang Alsid dengan kuat. “Siap-siap kalau tiba-tiba ada yang nongol.”

“Kalau dia loncat, gue loncat balik!” sahut Alsid.

"Loncat balik? Emangnya kamu sejago pocong? Dia kan hantu juga, kalau ternyata wujud asli dia pocong, emangnya loncatan kamu bisa menang?"

"Gini gini juga gue pemain bola dulunya. Sebelum dia loncat, ya gue sleding aja kakinya."

Mereka ngedumel tidak jelas menuju dapur. Ketika sampai di ambang pintu dapur, keduanya menahan napas…

Bersiap dengan segala apapun yang akan mereka lihat, entah itu menyeramkan, mengerikan, penuh darah, atau bentuk yang tak serupa manusia.

Mereka lalu terpaku.

Bukan hantu mengerikan yang mereka temukan. Melainkan seorang gadis cantik dengan rambut terurai panjang, mengenakan apron milik Alsid, tersenyum hangat sambil mengaduk wajan di atas kompor. Aroma tumisan bawang menyeruak, bercampur wangi daun bawang yang segar.

“Selamat pagi, eh subuh." sapa Celia, suaranya lembut dan ramah, seakan semalam tidak pernah ada adegan horor.

Alsid hanya melongo. “Ehh… pagi?”

Demian mengucek mata, memastikan ia tidak bermimpi.

Di meja dapur, beberapa piring sudah tertata. Ada nasi goreng berwarna keemasan, irisan telur dadar tipis, dan sup bening dengan potongan wortel dan kentang. Tidak ada ulat, cacing, atau potongan tubuh misterius seperti di film horor Thailand. Tidak ada warna hitam pekat seperti masakan Nehara yang traumatis itu. Semuanya tampak… normal. Bahkan menggugah selera.

“Setelah kalian shalat subuh, ayo makan. Aku nggak tahu kenapa, tapi kayaknya… saat hidup aku suka masak,” ucap Celia sambil menatap mereka penuh senyum. “Tapi aku nggak punya ingatan tentang masa laluku.”

Demian menoleh ke Alsid, lalu berbisik pelan, “Aku rasa dia hantu baik.”

Alsid menyipitkan mata, masih menatap Celia seolah gadis itu bisa berubah menjadi monster kapan saja. “Tetap waspada. Yang namanya hantu tetaplah hantu. Senyum sekarang, cakar besok. Lalu bunuh kemudian!” bisik Alsid hingga membuat Demian meringis.

Setelah shalat, mereka bertiga duduk di meja. Celia menuangkan sup ke mangkuk, lalu menaruh nasi goreng di piring masing-masing. Alsid menatap sendoknya dengan curiga, bahkan mengendus-endus makanan sebelum menyuap.

Demian menggeleng. “Lebaynya.”

"Ini bukan lebay, lu gak pernah nonton film detektif? Bahkan mereka mengendus disetiap ruang TKP dan barang buktinya." sahut Alsid.

"Nggak pernah. Setauku yang kayak gitu bukan detektif, tapi anjing rabies." balas Demian.

“Lu nggak pernah nonton film sih? Racun itu bau, Demian!” balas Alsid.

Tapi setelah suapan pertama, Alsid berhenti curiga. Matanya membesar, lalu ia menelan pelan. “Enak… juga.” gumamnya, nyaris tak terdengar, saking tak mau mengakuinya.

"Oh, kalau di film-film, racun itu enak?" sarkas Demian dengan suara besar.

"DIAM KAU!!" sentak Alsid panik, karena takut terdengar oleh Celia.

Celia tertawa kecil. “Syukurlah. Boneka juga bisa masak rupanya.”

"Kalau bisa masak begini, kenapa kamu gak bergerak dari kemarin-kemarin?" tanya Demian sambil menikmati makanan.

"Aku mau, tapi tidak bisa. Susah sekali menyesuaikan rohku dengan boneka ini. Jadi kemarin-kemarin cuma bisa menyeret tubuh, aku terus berusaha bergerak di kala kalian sibuk."

"Oh, pasti itu capek ya? timpal Demian, Alsid hanya menyimak penuh tatapan curiga dan tak percaya.

“Ya, itu melelahkan,” katanya, “tapi juga… lucu, melihat kalian kerja sebagai dukun. Apalagi Alsid, kamu itu seperti dukun KW yang baru buka franchise.”

Demian sampai tersedak menahan tawa, sedangkan Alsid mengangkat alis tinggi-tinggi. “Franchise apaan?!” jawabnya ketus.

Celia menutup mulutnya, menahan senyum. “Maaf. Tapi kalian berdua unik. Saling melengkapi. Kalau Demian nggak ada, mungkin kamu sudah mati pelan-pelan karena belenggu itu.”

Ucapan itu membuat suasana meja tiba-tiba hening. Alsid menatap Celia penuh tanya. “Elu… tahu tentang belenggu itu?”

Celia mengangguk mantap. “Aku bisa melihatnya. Ikatan di lehermu… kiriman seseorang. Dan itu belum seberapa. Itu cuma percobaan—untuk menguji apakah kamu betulan dukun sakti atau tidak.”

Alsid langsung tersedak makanan mendengarnya, batuk parah hingga harus minum untuk menghentikan batuknya.

Demian memicingkan mata. “Siapa yang ngirim?”

Celia menggeleng pelan. “Itu masalahnya. Aku nggak bisa terawang. Si pengirim terlalu sakti. Wajahnya… bahkan samar di mataku.”

Alsid merasa perutnya menciut, bukan karena makanan. “Kalau dia kirim yang lebih kuat…?”

Celia menatapnya serius. “Maka kamu mungkin nggak akan sempat bertanya lagi.”

Suasana kembali hening, hanya terdengar bunyi sendok yang menyentuh mangkuk. Di luar, langit mulai berwarna biru pucat pertanda matahari hampir terbit. Tapi bagi ketiganya, pagi itu bukan hanya awal hari biasa—melainkan awal dari masalah yang lebih besar.

"Dan kalau dia tau belenggu kirimannya bisa di lepas, tidak menutup kemungkinan, kalau dia akan mengirim yang lebih kuat lagi." ucap Celia.

Bersambung…

1
Nurindah
suka ama karakter celin...😍😍😍
Ika Ratnasari
next... 😍😍😍
Nana Colen
tenang alsid sekarang udah tambah personil lagi pasti dibantuin... emang begitulah resikonya jd dukun alsid.
kalou gak kena pasien akan ngebalik ke yang ngobatin maka jangan main main dengan peran dukun karena itu akan kembali ke kita kalau kekuatanya lebih kuat dari kita
Nasya nindi Nasya
alur ceritanya seru. ngk bertele.. ni rekomended buat yg suka humor plus horor
Nasya nindi Nasya
apa cewek yg di bawak sma papanya alshid itu yg ngirimin soalnya kan si demian bisa lihat tatap matanya si cwek... semoga makin rame yg membaca. saolnya ceritanya seru
Ayanii Ahyana
cerita swbagus ini kenaaaapaa sepoy sihhh
Ayanii Ahyana: iyaaaaa.. kita yg srius baca jdi kpikiran endingnya
Nurindah: mungkin masih pada trauma kali kak soalnya novel sebelum2 nya ngk sampai tamat aku aja ngarep bgt untuk cerita yg ini mudah2 an bener2 sampai tamat
total 2 replies
a_
/Facepalm//Facepalm/
Nurindah
kan kan kan.... suka bgt ama alurnya pasti banyak hal lucu ntar kalau mereka selalu berinteraksi degan boneka itu apa lagi kalau ada nahera pasti tambah kocak lagi
Nana Colen
aduuuuh di alsid cari gara gara niiiih
Ayanii Ahyana
apalah si alsid ini ktanya mau bantu malah mau ngebakar 😅😅
Rizka Yuli
deg deg,an banget rasanya
semangat terus KA rimaaa, penasaran banget kelanjutan nyaa.
Nana Colen
tegang banget bacanya...
Ika Ratnasari
deg2 an... padahal bacanya siang
Nurindah
penasaran sebenarnya isi dalam boneka itu tuh jahat ngk sih..
Ayanii Ahyana
ghahaa sial banget alsid
Enigma
/Facepalm/
Rizka Yuli
seruuu banget
bikin penasaran
Nurindah
makin kesini makin seru.. ay kak semavat
Ayanii Ahyana
hhahahah ada setan lgi kahh...keren demian
Ranucha
beneran dia pke obat tdur kak /Facepalm/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!