Mahren Syafana Khumairoh tidak pernah menyangka dalam hidupnya, jika pertemuannya dengan penyanyi religi —Laki Abrisan Gardia akan membawanya pada kekacauan tak berujung.
Berawal dari bantuan lelaki itu yang membawanya masuk ke dalam hotel, menjadi berita media yang tak ada habisnya. Ditambah sulutan amarah dari keluarga besar sang idola yang terus menuntut sebuah penyelesaian. Pada akhirnya membuat Laki dan Syafa menyepakati perjanjian dalam jalinan suci di luar nalar manusia normal.
Apakah keputusan yang mereka ambil mampu membebaskan mereka dari masalah? Atau malah semakin dalam menyiksa keduanya?
AWAS! ZONA BAPER!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alyanceyoumee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 34 Tamu Ber-jas
Laki kembali mematut dirinya di depan cermin. Merapikan hoodie warna putih bergambar emoticon smile di bagian dada. Menyisir jari belahan rambutnya yang panjang sebelah dengan gerakan cepat.
Setelah yakin dengan penampilannya, Laki melangkah untuk keluar dari walk in closet yang Syafa bilang seperti toko itu. Namun di langkah terakhirnya di bagian pintu, lelaki itu berhenti. Sorot matanya menatap kemeja dan jas berwarna biru muda. Sesaat terbersit di otak untuk mengganti hoodie putih yang tengah di gunakan dengan setelan jas tersebut. Teringat dengan tamu yang di tinggalkannya dengan Syafa di ruang tamu tengah menggunakan kemeja dan jas yang rapih, dia merasa tidak mau kalah keren darinya. Apalagi di rumahnya sendiri. Tapi... Sudahlah, memakai pakaian apapun tetap kegantengan gak bisa di sembunyikan. Kalau sudah bawaannya ganteng, mau dibandingkan sama yang berjas juga, gak bakalan kalah bersaing, desis Laki, membanggakan dirinya sendiri.
Selang lima menit, Laki sudah melangkah cepat menuruni tangga. Terlihat jelas dia tidak mau ketinggalan untuk menyaksikan adegan canggung Syafa, serta perbincangannya dengan Bara. Seberapa keras pun dia membantah, tampak raut wajahnya menunjukan rasa penasaran melebihi apapun.
Namun, serentak langkah Laki terhenti. Saat indera pendengarnya menangkap dengan jelas perkataan Bara pada Syafa. Dari pada mendekat, Lelaki itu memilih untuk berdiri dengan sedikit bersembunyi di balik dinding. Menguping.
"Lima tahun lalu, waktu kita bertemu di pelatihan presenter, asal kamu tau, saya sangat bahagia. Tapi, di hari terakhir pelatihan, kamu menghilang. Kenapa Ren? Kamu kemana saja?" tanya Bara.
Syafa tersenyum canggung. Laki melihat itu. "Aku ada, Kak Bara. Gak kemana-mana," jawabnya. Bagiku pelatihan hanya untuk menambah wawasan saja. Pekerjaanku lebih utama. Tidak bisa terlalu lama ijin. Makanya di hari terakhir aku menghilang, karena aku harus bekerja. Syafa melanjutkan bicara dalam hati. Tidak mungkin baginya berterus terang tentang hal itu pada Bara. Bara bukanlah Laki yang sudah tau tentang dia seutuhnya. Tau tentang segala kepedihan hidupnya.
"Sebelas tahun lalu, waktu SMA, kamu tiba-tiba menghilang. Lima tahun lalu, pas pelatihan, kamu juga tiba-tiba menghilang. Sudah dua kali kamu menghilang dari hidup saya, Ren. Dan itu cukup. Saya tidak mau kehilangan untuk yang ketiga kalinya," jelas Bara.
Deg.
Syafa diam terpaku. Mendengar kalimat yang di utarakan Bara serentak membuat jantungnya berdegup lebih cepat dari biasanya. Ya, dia tidak bisa berbohong mengenai itu.
Satu hal yang Syafa pahami dengan benar, dia tahu bahwa Bara bicara dengan tulus, tentang perasaan hati yang sesungguhnya untuk Syafa. Berbeda dengan Laki. Tentangnya hanya sebuah sandiwara. Kebaikannya akan berakhir menjadi sebuah cerita. Hidup dengannya hanya sebuah mimpi. Syafa tau benar, suatu saat dia harus terbangun dari mimpi itu. Mau tidak mau.
Laki mengeratkan kepalan kedua tangan. Geliginya mengeras. Dia merasa tersinggung. Bara membuat dirinya merasa tidak dihargai. Bara menyepelekan posisinya sebagai seorang suami. Gila si Bara! gak inget apa wanita yang lagi di ajak ngomong olehnya bini orang! gerundelnya dalam hati. Seneng banget tuh si Iroh! Sampai-sampai gak bisa berkutik kayak gitu! lanjutnya merutuk. Dengan cepat Laki mengetik dan mengirim pesan whatsapp pada Syafa. Lalu berjalan mendekat padanya yang tengah membaca pesan tersebut.
^^^From Laki.^^^
^^^Ingat, di depan tamu harus terlihat romantis!^^^
"Duh sorry nunggu lama," ucap Laki sambil menyanggakan kedua lengannya di atas punggung sopa dimana Syafa tengah duduk di sana. Kedua lengan Laki mengapit Syafa dari kiri dan kanan. Dia sengaja melakukannya.
"Makan dulu yu, sayang," ucap Laki sambil mengelus pucuk ubun kepala Syafa. Serentak Syafa menoleh padanya. Menatap heran dan tidak percaya. Apa? Sayang?! Kedua bola mata Syafa mendelik, saat menemukan Laki malah tersenyum manis untuknya. Bener-bener gila ini orang! rutuknya. Sementara Bara, lelaki itu hanya bisa tersenyum melihat kelakuan Laki yang pamer dengan cara kekanak-kanakan. Pasalnya, Bara tau kondisi dari pernikahan mereka. Bara tau Laki hanya tengah bersandiwara di depannya. Tapi, saat itu Bara tidak angkat bicara. Dia hanya ingin tau mau sampai sejauh mana Laki dan Syafa menyembunyikan semuanya. Itu saja.
Selang beberapa menit, ketiganya sudah duduk melingkar di meja makan. Mereka terdiam kaku. Tidak ada satu orang pun angkat bicara. Canggung.
Dengan menggunakan tangan kanan, Laki menyodorkan piring miliknya pada Syafa. Sementara tangan kirinya memangku dagu. "Suaminya mau makan loh ini, tolong sayang," ucap Laki dengan menebalkan kata terakhirnya. Dia mengatakan itu sambil menatap Syafa lamat-lamat. Syafa menelan saliva. Hatinya gak karuan menghadapi kelakuan Laki. Hari itu sepertinya Laki kesambet, pikirnya. Selain itu, Syafa merasa sedikit gak enak hati pada Bara yang beberapa menit lalu telah berterus terang mengenai perasaannya. Ah..., entahlah.
Syafa hanya bisa pasrah. Wanita itu mengambil piring milik Laki dan menambahkan dua centong nasi serta lauk pauknya diatas piring tersebut.
"Makasih ya..." kata Laki sambil menerima piring miliknya dari Syafa. Wajahnya berseri-seri. Tepatnya tersenyum puas dan bangga karena berhasil memamerkan status dirinya dengan Syafa pada Bara. Tidak penting sebenarnya, tapi ungkapan Bara pada Syafa membuat diluar sadar Laki melakukanya.
"Tamu itu harus di mulyakan. Ada hadisnya. Jadi, bisa bantu saya juga?"
Jeng jeng...
Ekspresi Laki serentak berubah setelah mendengar Bara bicara begitu, sambil menyodorkan piring pada Syafa.
Wah parah nih Kak... Gak ada! Gak ada panggilan Kak! Kak Lagi! Apaan! Keterlaluan si Bara! Gak tau posisi banget! Dalam Hati, Laki benar-benar mengumpat habis-habisan. Apalagi setelah dia melihat Syafa dengan ragu mengabulkan permintaan Bara, Laki semakin gerah. Tidak peduli Syafa sempat sekilas menatap dirinya untuk sekedar meminta ijin dan pengertian, Laki tetap tidak menyukainya. Satu sisi Laki mengerti, kondisi Syafa dalam mode tidak enak dan tidak bisa menolak. Tapi tetap saja rasanya... Ah!
Okke! Terserah sebenarnya! Lagi pula saya tidak punya rasa sama si Iroh! Tapi! Hal itu tidak menjadikan si Bara buat bersikap seenaknya ya di depan saya! Status saya dan... Ah! Parah! sewot Laki dalam hati. Lelaki itu tampak menyuap nasi sambil kerja keras menahan emosi.
"Kamu pinter masak Ren, Enak masakannya. Beruntung banget Ki, kamu jadi suaminya." Ucapan Bara membuat Syafa serentak merasa sulit menelan makanan di mulut. Wanita itu tampak siap-siap menerima ejekan dari Laki yang sejak tadi menunduk fokus pada sepiring makanan miliknya.
Akhirnya Syafa memilih untuk mengatakan yang sebenarnya. Mengatakan bahwa bukan dirinya yang masak, tapi Laki. "Aku tidak bisa masak, Kak. Ini..."
"Istri saya gak pinter masak, tapi dia punya semangat buat belajar. Makanya masakan pertamanya pun sudah enak. Tapi, saya tidak mempermasalahkan mengenai itu. Gak bisa masak juga gak masalah." Laki bicara begitu dengan ketus. Membuat suasana menjadi lebih horor dari sebelumnya.
Kenapa dia? Sensi banget perasaan, rutuk Syafa dalam hati.
...🍃🍃🍃...
Sekitar jam sepuluh siang, Bara pamit. Ada seseorang yang menghubunginya lewat telephone. Katanya, Bara harus segera berangkat ke kantor. Jadwal meeting setengah jam dipercepat dari waktu sebelumnya.
Terlihat Laki dan Syafa mengantar kepergian Bara sampai depan pintu. Lalu beberapa detik sebelum Bara benar-benar pergi, dia berkata," Lain waktu saya akan mengundang kalian berkunjung ke apart 1.507. Tidak boleh menolak. Kita harus menjalin silaturahim yang baik sesama tetangga. Saya pamit, Assalamualaikum," pungkasnya.
"Waalaikum salam," balas Syafa dan Laki bersamaan. Tunggu, 1.507? Apa ini? Dia sengaja pindah kesini? Biar berdekatan sama...
"Kamu tau dia tetanggaan sama kita?" tanya Laki sambil menatap sengit pada Syafa.
Diperlakukan seperti itu, Syafa hanya bisa mengangguk ragu dengan hati sedikit menciut. Ini orang bener-bener yah. Tadi so romantis pake panggil sayang-sayangan segala. Lalu sekarang berubah drastis menjadi senil. Mood nya mudah banget naik turun, kayak roller coaster.
"Tadi pas kamu ganti baju, dia kasih tau ak..."
"Siapa yang nanya!" potong Laki sambil berjalan menuju arah tangga. Meninggalkan Syafa yang keheranan sendiri melihat sikapnya.
Sabar Syafa... tenang...
Syafa membuntuti Laki. Meski betapa menyebalkannya pun sikap Laki, wanita itu merasa tetap harus berterimakasih padanya. Tadi ketika makan, Laki sudah menyelamatkan harga dirinya. Laki bahkan cenderung membela dirinya ketika Bara mengomentari tentang masakan. Ya, Syafa merasa berhutang budi. Dan setidaknya dia harus berterimakasih pada Laki.
Tepat di depan pintu kamar Laki, akhirnya Syafa angkat bicara, "Laki," panggilnya.
Dan...
Bruuug!!!
Laki yang terlanjur membuka pintu kamar tidak mendengar panggilan Syafa, dia malah membanting pintu kamar dengan sangat keras. Membuat jantung Syafa seolah copot seketika. Wanita itu mengelus dada dengan otak dipenuhi sejuta tanya. Kenapa sih?!!
Sementara di dalam kamar, Laki mengibas-ngibaskan hoodie yang dia kenakan. Dia merasa siang itu lebih panas dan gerah dari hari-hari sebelumnya.
Tidak berhasil mengusir panas di sekujur tubuhnya, Laki melepas hoodie dan melempar sembarang disertai sisa emosi yang dia sendiri tidak mengerti dari mana asal mula datangnya.
"Hahh! Lihat saja! Saya juga bisa selingkuh dengan banyak wanita lain!" teriaknya.
"Wanita mana yang tidak menginginkan lelaki seperti saya?!" lanjutnya sambil menatap pantulan dirinya beserta dada sembada dan perut six pack-nya di cermin.
Lalu beberapa detik kemudian,
"Astagfirullah... istigfar Laki! Lu bener-bener Gila!" desisnya sambil kembali mengambil hoodie yang tadi di lempar.
...🍃🍃🍃...
To be continued.
Tolooong.... Laki kenapa ya?
😄😄😄
Like dan komennya, jangan lupa ya 🥰🥰🥰
yang handsome pangeran kah?