Dominic, sang maestro kejahatan, telah menawarinya surga dunia untuk menutup mata atas bukti-bukti yang akan menghancurkan kerajaannya.
Yumi, jaksa muda bercadar itu, telah menolak. Keputusan yang kini berbuah petaka. Rumahnya, hancur lebur. Keluarga kecilnya—ibu, Kenzi, dan Kenzo, anak kembarnya—telah menjadi korban dalam kebakaran yang disengaja, sebuah rencana jahat Dominic.
Yumi menatap foto keluarga kecilnya yang hangus terbakar, air mata membasahi cadarnya. Keadilan? Apakah keadilan masih ada artinya ketika nyawa ibu dan anak-anaknya telah direnggut paksa? Dominic telah meremehkan Yumi. Dia mengira uang dapat membeli segalanya. Dia salah.
Yumi bukan sekadar jaksa; dia seorang ibu, seorang putri, seorang pejuang keadilan yang tak kenal takut, yang kini didorong oleh api dendam yang membara.
Apakah Yumi akan memenjarakan Dominic hingga membusuk di penjara? Atau, nyawa dibayar nyawa?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Salsabilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kecurigaan para jaksa
"Yumi, bagaimana denganmu, Yumi?" tanya Miranda, sahabat baik Yumi, yang baru saja mendapat kabar tentang musibah yang menimpa temannya. Suaranya dipenuhi kekhawatiran dan simpati. Ia melihat Yumi yang terduduk lesu, air mata membasahi pipinya tanpa henti. Yumi hanya mampu terisak, tak mampu menjawab pertanyaan Miranda. Tangisnya menjadi satu-satunya jawaban, mengungkapkan kesedihan mendalam yang tengah ia rasakan.
"Maafkan aku yang baru datang, aku tidak tahu kalau kau sedang tertimpa musibah," Miranda berusaha menenangkan Yumi, mengambil tempat duduk di sampingnya. Ia memeluk sahabatnya itu, memberikan sedikit ketenangan di tengah kepiluan yang mendalam.
Meskipun ia tahu, kata-kata tak akan mampu meringankan beban yang tengah dipikul Yumi. Kenyataan pahit ini terlalu berat untuk ditanggung seorang diri. Miranda hanya bisa memberikan dukungan dan kekuatan, menemani Yumi melewati masa-masa sulit ini.
**
Kantor Kejaksaan.
Di kantor Kejaksaan, tempat Yumi bekerja, suasana ramai dan penuh dengan bisikan. Beberapa rekan kerja Yumi berkumpul, membicarakan musibah yang menimpa sahabat mereka semalam. Wajah-wajah mereka dipenuhi kekhawatiran dan kesedihan.
"Bagaimana dengan kabar Yumi? Apa di antara kalian ada yang menjenguknya?" tanya salah seorang rekan kerja Yumi, suaranya terdengar penuh rasa prihatin.
"Bagaimana menjenguk, aku saja baru mendapat tahu kabar itu," jawab salah satu, rekan kerja Yumi yang lain. Ia terlihat gelisah, menunjukkan rasa khawatir yang mendalam.
"Apa kalian juga mencurigai sesuatu atas musibah yang menimpa Yumi?" seseorang bertanya, suaranya sedikit berbisik. Pertanyaan itu langsung disambut dengan anggukan dari beberapa rekan kerja Yumi yang lain.
"Apa ada kaitannya dengan kasus yang sedang diselidiki Yumi?" Pertanyaan lain muncul, menciptakan suasana tegang di antara mereka.
Semua mata saling beradu pandang, curiga dan kekhawatiran terpancar jelas dari raut wajah mereka. Nama Dominic terlintas dalam benak mereka—pria yang kasusnya sedang ditangani Yumi.
Mereka semua tahu, Dominic adalah sosok yang berpengaruh dan berbahaya. Kemungkinan keterlibatan Dominic dalam musibah yang menimpa Yumi menjadi kecurigaan utama mereka. Suasana menjadi semakin tegang, membuat mereka semakin yakin bahwa ada sesuatu yang disembunyikan di balik musibah ini.
Insting para jaksa itu bekerja cepat. Mereka, yang terbiasa mencium aroma konspirasi dan kejahatan, yakin bahwa kebakaran yang menghanguskan rumah Yumi bukanlah kecelakaan biasa. Ledakan gas? Korsleting listrik? Semua penjelasan itu terdengar terlalu sederhana, terlalu mudah untuk diterima akal sehat mereka. Ada sesuatu yang janggal, sesuatu yang disembunyikan di balik peristiwa tragis tersebut. Mereka yakin, pasti ada udang di balik batu.
"Bagaimana dengan semua bukti-bukti yang ada pada Yumi?" Pertanyaan itu menggantung di udara, menciptakan keheningan sesaat. Beberapa dari mereka baru tersadar.
Bukti-bukti kejahatan Dominic yang selama ini dikumpulkan Yumi… apakah ikut hangus terbakar? Kecemasan dan kepanikan mulai menjalar. Jika semua bukti itu hilang, kasus Dominic akan sulit untuk dituntaskan. Konsekuensinya bisa sangat fatal.
Suara sepatu terdengar dari koridor, menarik perhatian para jaksa yang sedang berkumpul. Mereka menoleh dan melihat Kepala Kejaksaan Agung, Pak Yoga, masuk ruangan.
"Selamat pagi, Pak Yoga," sapa mereka serempak.
"Pagi. Apa kalian sudah mendengar tentang Yumi?" tanya Pak Yoga, suaranya serius.
"Iya, Pak," jawab mereka.
"Apa Bapak sudah menjenguk Yumi?" salah seorang bertanya, penasaran dengan kondisi Yumi.
"Saya baru pulang dari sana," jawab Pak Yoga. "Dia baik-baik saja. Tapi… sepertinya, kasus Tuan Dominic terpaksa ditunda." Kalimat itu membuat suasana menjadi hening.
"Kenapa, Pak?" salah seorang bertanya dengan nada cemas.
"Karena semua bukti-bukti kasus itu terbakar bersama rumah Yumi," ujar Pak Yoga, suaranya berat. Informasi itu langsung disambut dengan seruan kaget dari para jaksa.
"Apa!" Mereka sontak heboh kembali, membicarakan implikasi dari hilangnya bukti-bukti tersebut. Kasus Dominic yang sudah hampir terungkap kini terancam kandas. Suasana di ruangan itu dipenuhi dengan kekesalan dan kecemasan.
"Kalian semua harus berhati-hati. Tidak menutup kemungkinan, kasus Tuan Dominic akan memakan korban lagi," peringatan Pak Yoga menggema di ruangan, menciptakan suasana tegang. Kata-katanya menyiratkan ancaman serius yang mengintai mereka.
Para jaksa itu menyadari bahaya yang mengintai, bahwa mereka mungkin menjadi target selanjutnya. Mereka harus lebih waspada dan berhati-hati dalam menjalankan tugas, menjaga diri dari ancaman yang mungkin datang kapan saja. Peringatan Pak Yoga menjadi pengingat akan resiko pekerjaan mereka, dan betapa pentingnya kewaspadaan dalam menghadapi kasus yang melibatkan sosok berbahaya seperti Dominic.
**
Dor!
Dan salam kenal para reader ☺️☺️😘😘