Kairos Lim, aktor papan atas yang terpaksa menghadapi badai terbesar dalam hidupnya ketika kabar kehamilan mantan kekasihnya bocor ke media sosial. Reputasinya runtuh dalam semalam. Kontrak iklan dibatalkan, dan publik menjatuhkan tanpa ampun. Terjebak antara membela diri atau menerima tanggung jawab yang belum tentu miliknya. Ia harus memilih menyelamatkan karirnya atau memperbaiki hidup seseorang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Susanti 31, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ledakan
Di balik kaca mobil yang sedang melaju dengan kecepan sedang, tampak pria mengernyitkan keningnya mengenali mobil mewah berwarna merah melaju di atas kecepatan rata-rata. Bahkan saat di perempatan laju mobil itu tidak kunjung turun.
Kepalanya refleks menunduk, kakinya dengan cepat menekan pedal rem agar mobilnya berhenti tepat sasaran. Suara klakson dari berbagai arah terdengar silih berganti ketika mobil mewah berwarna merah yang ia saksikan tadi, terhempas ke sisi jalan akibat dorongan mobil besar dari kanan. Serpihan kaca dan puing-puing mobil itu berterbangan ke udara sebelum akhirnya jatuh ke tanah.
Tubuh pria itu membeku, jantungnya seolah berhenti menyaksikan kecelakaan maut tidak terduga di depan mata.
"Ha-Hanna." Dengan sisa tenaganya, Park Minho turun dari mobilnya. Berlari menghampiri mobil yang mulai mengeluarkan asap.
Langkahnya tertahan saat beberapa orang menahan dirinya agar tidak mendekat. Namun, dia terus meronta demi menyelamatkan sahabat serta wanita yang dicintainya.
"Jangan halangi saya!"
"Tapi mobilnya akan segera meledak," cegah orang-orang sekitar.
"Persetan dengan nyawa!"
Park Minho mengelilingi mobil setelah terlepas dari beberapa kerumunan yang cukup jauh. Berusaha membuka pintu mobil. Ia tersentak, jantungnya lagi-lagi melemah melihat kondisi Shin Hanna tidak memungkinkan untuk hidup. Meski begitu ia masuk ke mobil tersebut, berusaha mengeluarkan Shin Hanna.
Semakin lama, percikan api kecil mulai terlihat di area mobil. Dan akhirnya ledakan terjadi sebelum Park Minho benar-benar jauh dari lokasi ledakan.
***
Para tenaga medis mulai berlarian untuk menjemput pasien kecelakaan setelah mobil ambulance berhenti di depan UGD. Rumah sakit besar itu benar-benar sibuk dan dipenuhi wartawan sebab pasien yang baru tiba adalah publik figure yang namanya sedang naik daun.
Pasien itu tidak lain adalah Shin Hanna dan Park Minho. Berita kecelakaan mereka begitu cepat menyebar. Selain nama mereka sedang naik-naiknya, pertunangan pun tinggal menghitung hari namun keduanya malah mendarat di rumah sakit dengan luka cukup marah.
Kedatangan Kairos Lim di rumah sakit itu semakin menambah hebohnya para pencari berita. Dia dihadang oleh berbagai pertanyaan, tetapi melewatinya begitu saja. Beruntung para wartawan tidak bisa masuk ke kawasan rumah sakit.
Langkah Kairos semakin cepat melihat Brangkar Hanna keluar dari UGD. Dia ikut mendorong brangkar itu menuju ruang operasi. Dari kabar yang dia dengar tulang rusuk Hanna patah dan sepertinya melukai organ vital. Belum lagi pendarahan terjadi.
"Maaf, tapi anda tidak boleh masuk." Tenaga medis menahan Kairos yang hendak masuk ke ruang operasi.
Kairos mengangguk pelan, memandangi pintu operasi tertutup perlahan. Dia menyugar rambutnya kasar. Air matanya terjatuh tanpa diminta. Rasa sesal bersemayang di hatinya.
Seharusnya dia terus menganggu Hanna, tidak membiarkannya sendiri dan tidak menuruti keinginan perempuan itu untuk jalan masing-masing.
Kairos berjongkok di depan ruang operasi, tanpa peduli pada sekitarnya. Dia benar-benar hancur mengetahui Hanna kecelakaan. Dia bahkan meninggalkan hal yang sangat penting di perusahaan.
"Kai." Manajer Park menghampiri dan memberikan air minum, tetapi Kairos tidak menerimanya. "Nona Hanna pasti baik-baik saja."
"Bagaimana jika tidak? Aku bahkan tidak pernah menemuinya, aku belum sempat meminta maaf padanya," balas Kairos tanpa menatap manajer Park, tatapannya terus tertuju pada ruangan yang entah kapan lampunya akan mati.
"Park Minho baru saja sadar. Dia ...."
"Kai." Suara lemah Park Minho terdengar.
Kairos menoleh dan mendapati sahabatnya duduk di kursi roda dengan selang infus di tangan. Beberapa perban membalut tubuh pria itu akibat percikan api dan benda mobil yang berterbangan karena ledakan.
"Kamu baik-baik saja?"
"Hm, aku baik-baik saja seperti yang kamu lihat." Park Minho mengangguk.
"Apa yang sebenarnya terjadi?"
"Sesuatu yang sangat besar terjadi di rumah Hanna dan sepertinya aku dan dia memiliki pemikiran yang sama." Park Minho tersenyum tipis. "Awalnya aku hendak melukai diri sendiri untuk menjadikannya alibi agar pertunangan tidak terjadi tanpa merusak namaku dan nama Hanna. Tapi siapa yang mengira Hanna melakukannya lebih dulu."
Jelas mobil Hanna tidak memiliki kendala saat kecelakaan, remnya normal begitupun yang lainnya. Di lihat dari cctv sekitar, Hanna sengaja melintas saat mobil truk hendak menyeberang sebab memang jalurnya.
"Apa kalian gila? Kalian hampir membuat jantungku berhenti!" bentak Kairos.
"Dan akan lebih gila jika pertunangan terjadi." Park Minho lagi-lagi tersenyum, terlebih dia mendengar semua percakapan Hanna, tuan Shin Jun-Ha dan orang kepercayaannya. Sebab Hanna menjatuhkan ponselnya di ruang bawah tanah itu tanpa mematikan panggilan.
"Identitas apa yang berusaha kamu sembunyikan Kai?"
"Identitas?" Kairos mengerutkan keningnya. "Aku tidak sedang menyembunyikan identitas apapun. Bukannya kamu sudah tahu bahwa aku hanya anak angkat ...."
"Hm, tapi sepertinya Hanna mengetahui hal yang tidak kamu ketahui."
Pembicaraan keduanya berhenti ketika keluarga Shin Hanna datang. Park Minho dan Kairos memilih untuk membicarakan hal lain.
Beberapa jam menunggu akhirnya operasi Hanna selesai dan dokter mengatakan tidak ada yang perlu di khawatirkan. Tulang rusuknya tidak merusak organ vital sehingga bisa sadar setelah obat bius hilang.
Kini Shin Hanna berada di ruang perawatannya, di temeni oleh ipar dan kakaknya. Sedangkan orang tuanya pulang ke rumah mengurus sesuatu.
"Sepertinya kalian membutuhkan waktu berdua," ujar kakak ipar Hanna ketika melihat Kairos datang.
Wanita cantik itu mengajak suaminya pergi. Dia tahu hubungan Hanna dan Kairos tidak baik-baik saja, sebab dia adalah tempat curhat Hanna.