NovelToon NovelToon
Wifi Couple

Wifi Couple

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Enemy to Lovers / Idola sekolah
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Auraliv

Albar tak bisa terpisahkan dengan Icha. Karena baginya, gadis itu adalah sumber wifinya.

"Di zaman modern ini, nggak ada manusia yang bisa hidup tanpa wifi. Jadi begitulah hubungan kita!" Albar.

"Gila ya lo! Pergi sana!" Icha.

Icha berusaha keras menghindar Albar yang tak pernah menyerah mengejar cintanya. Bagaimana kelanjutan cerita mereka?

*Update setiap hari.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Auraliv, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13 - Namanya Nayla

Esok harinya, sekolah terasa lebih ramai dari biasanya. Entah karena banyak murid sedang membicarakan lomba musik yang akan diadakan minggu depan, atau karena berita tentang Albar dan band barunya mulai menyebar ke seluruh penjuru kelas.

Icha tidak bisa fokus. Ia menatap papan tulis, tapi pikirannya terus memutar ulang momen semalam—Albar yang tertawa, cewek berjaket hitam yang menepuk bahunya, dan dirinya yang berdiri di balik kaca seperti orang asing yang tak diundang dalam dunia itu.

“Lo yakin gak mau ngomong langsung ke dia?” tanya Dinda pelan, duduk di sebelah Icha saat istirahat.

Icha hanya menggeleng. “Ngomong apa? Gue gak punya hak juga.”

Belum sempat Dinda menjawab, langkah sepatu berderap ringan di koridor, dan muncullah sosok Reina—lengkap dengan gaya rambut baru, blouse putih modis, dan ekspresi puas seperti biasanya. Tapi hari ini, ada yang berbeda. Ia membawa sebuah ponsel dalam genggaman, dan layar itu memperlihatkan sesuatu yang langsung mencuri perhatian Dinda.

“Lo ngapain, Rein?” tanya Dinda waspada.

Reina tersenyum, menoleh ke Icha. “Gue cuma mau ngasih kabar... ke mantan pusat perhatian Albar.”

Icha mengerutkan kening. “Ngomong yang jelas, deh.”

Dengan santai, Reina memperlihatkan video berdurasi pendek—mungkin cuma belasan detik. Tapi cukup untuk membuat perut Icha terasa seperti diikat tali.

Dalam video itu, Albar sedang duduk di sofa studio musik. Di sebelahnya, cewek berjaket hitam itu—sekarang Icha tahu namanya: Nayla—memainkan gitar sambil bersandar sedikit ke arah Albar. Mereka tertawa. Dekat. Akrab.

Reina menatap reaksi Icha dengan mata puas. “Cute banget ya mereka. Katanya sih, Nayla itu jago banget main gitar klasik, dan satu-satunya cewek di band Albar sekarang. Gak heran sih kalo mereka makin deket. Bahkan latihan di luar jadwal.”

Icha mengalihkan pandangan. “Terus kenapa? Itu urusan dia.”

“Urusan lo juga, kan? Lo dateng ke tempat latihan mereka diam-diam,” sindir Reina. “Gue dapet bocorannya dari temen Nayla. Katanya, Albar sempet lihat lo ngintip dari balik jendela. Tapi dia pura-pura gak lihat.”

Jantung Icha mencelos. Jadi... Albar tahu?

Dinda meraih tangan Icha, mencoba menenangkan. Tapi Reina belum selesai.

“Lo tahu, Cha... masalah lo itu bukan karena Albar-nya ilang. Tapi karena lo telat sadar. Dan sekarang posisi lo udah digantikan. Selesai.” Reina mengedip genit dan berbalik pergi.

Setelah Reina menjauh, Dinda menghela napas keras.

“Gue pengen jambak dia beneran!” geram Dinda. “Gak cukup puas dia bikin gosip soal lo dan Rayan, sekarang Albar juga dia masukin ke drama?”

Tapi Icha hanya diam. Suasana hatinya seperti laut yang dilanda badai. Bukan hanya karena omongan Reina, tapi karena sebagian kecil dari hatinya membenarkan.

Mungkin... dia memang terlambat sadar.

Sepulang sekolah, Icha tak langsung pulang. Ia pergi ke taman kecil dekat sekolah. Duduk di bangku batu, memandangi air mancur kecil yang mengalir tenang.

Ponselnya ia genggam erat. Sudah berkali-kali ia menulis pesan untuk Albar, lalu menghapusnya.

"Hai, Bar. Gimana kabar lo?"

Terhapus.

"Lo beneran udah lupa gue?"

Terhapus lagi.

"Cewek itu... Nayla, ya?"

Terhapus juga.

Akhirnya, ia hanya menatap layar kosong, lalu menguncinya dan memasukkan kembali ke tas.

Langit mulai memerah. Angin sore meniup helai rambutnya. Tapi yang paling terasa oleh Icha adalah betapa kosongnya tempat duduk di sebelahnya.

Dulu, Albar pernah duduk di situ. Dengan tawa konyol dan komentar ngawur. Dengan headset yang sering ia pakai satu sisi, dan satu sisi lagi disodorin ke Icha.

“Dengerin, ini lagu favorit gue minggu ini!” katanya waktu itu.

Icha tersenyum miris mengingatnya. Kenangan yang dulu menyebalkan, kini terasa berharga.

Lalu kenapa ia dulu begitu ingin Albar pergi?

Di lain tempat, Reina tersenyum puas melihat video Nayla dan Albar yang makin banyak dikomentari di akun komunitas sekolah. Ia mengirimkan screenshot ke grup pertemanannya sambil menambahkan caption:

“Patah hati? Kebanyakan nolak, sih.”

Lalu ia membuka chat pribadi dengan Nayla. Mengetik cepat:

Reina: “Dia (Icha) udah mulai panik. Lanjutkan rencanamu. Bikin Albar makin nyaman sama lo.”

Nayla: “Santai. Gue juga udah mulai suka sama dia beneran, tau.”

Reina mengetik pelan, lalu menghapus balasan yang semula ingin ia kirim. Akhirnya, ia hanya menutup ponsel dengan senyum tipis.

Drama ini baru dimulai.

Dan ia berada di tengahnya, menarik benang dari segala arah.

1
Sari Kumala
bucin ini
Kristina Sinambela
keren
Kristina Sinambela
keren ceritanya
Kristina Sinambela
bagus seru
Kristina Sinambela
keren
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!