Hulya Millicent harus terjebak dalam obsesi cinta seorang bos mafia. Dia bahkan tidak tahu kalau dirinya telah dinikahi oleh sang mafia semenjak usianya baru 18 tahun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 39 : Lara
...•••Selamat Membaca•••...
Suasana taman sore ini begitu ramai pengunjung, terdapat beberapa orang dewasa, ada juga yang membawa anak-anak untuk bermain, menghabiskan waktu sendiri, bersantai dengan pasangan dan banyak lagi, begitu cerah serta ceria. Marchel baru saja kembali dari toko dessert dekat taman, membelikan apa yang diinginkan sang istri.
"Kamu liatin apa?" tanya Marchel pada Hulya, tatapannya terfokus pada satu keluarga kecil nan bahagia, penuh tawa dan keriangan.
"Itu, bahagia sekali mereka, tidak lama lagi kita juga akan merasakan hal begitu. Hanya tiga bulan lagi, tapi rasanya lamaaaaa." Marchel tersenyum lalu mengusap lembut kepala Hulya.
"Makan dulu, keluarga kita aka seseru itu nanti."
"Harus."
"Apa sesederhana itu impian kamu?" tanya Marchel.
"Maksudnya?"
"Apa impian kamu hanya ingin hidup bahagia?"
"Ya begitulah, tapi hal itu untukku tidak sederhana, menciptakan keluarga hangat dan bahagia sangatlah susah, Marchel."
"Selama kita mau dan berusaha untuk saling mengerti, yang susah itu akan jadi mudah."
"Apa kau mencintai aku?" tanya Hulya yang disambut senyum manis oleh Marchel.
"Tentu saja sayang, aku sangat mencintai kamu dari dulu sampai kapanpun." Hulya memeluk lengan Marchel dengan manja, selama ini Marchel sudah memberikan kebahagian bertubi-tubi padanya.
Mereka berdua menikmati keseruan di taman, Marchel bermain bola dengan anak-anak yang ada di sana dengan ceria, Hulya melihatnya dari jauh sambil tersenyum senang.
"Terima kasih Papa, pria pilihanmu memang sangat spesial dan mampu membuat aku begitu bahagia," gumam Hulya sambil terus mengusap perutnya.
Malam menyapa, mereka memutuskan untuk makan malam di luar. Sembari menunggu makanan datang, Marchel menerima telfon dari Justin yang memberitahu mengenai kondisi markas saat ini, Hulya melipat tangannya di meja lalu menatap Marchel dengan lekat.
Dia bahkan tersenyum bahagia melihat wajah suaminya itu, tidak ada hari yang lebih membahagiakan selain berada di samping Marchel.
Selesai telponan, Marchel menyimpan ponselnya lalu menatap Hulya, wanita itu masih menatap wajah tampannya. Marchel tersenyum lalu mencubit ujung hidung Hulya sehingga dia tersentak dan sadar dari keterpanaannya.
"Apa aku sangat tampan?" goda Marchel.
"Sangat, kan sudah sering aku katakan, kau pria paling tampan bagiku." Marchel dan Hulya terkekeh.
Saat makanan datang, Marchel memilih duduk di samping istrinya dan menikmati makanan itu dengan saling berbagi. Satu makanan mereka makan berdua, mereka saling tertawa melempar candaan.
Ini rumah tangga yang diinginkan oleh Hulya, penuh tawa, bukan penuh air mata, dia sangat berharap jika anak mereka lahir, semua akan menjadi kebahagiaan tiada tara, itulah harapan di hati Hulya saat ini.
Setelah makan malam yang indah itu, mereka lanjut pulang karena Hulya tampak begitu kelelahan, istri bos mafia itu bahkan sampai tertidur di atas mobil. Marchel yang sedang mengemudi, menoleh ke arah Hulya lalu mengusap lembut perut istrinya yang sudah tegang karena kekenyangan.
"Maafkan aku ya sayang, tidak bisa membuat kamu bahagia, aku selalu membuat kamu menderita," gumam Marchel sambil terus mengusap lembut perut Hulya.
Baru sampai di mansion, Marchel menggendong Hulya karena tidak ingin mengganggu tidur wanita itu. Sangat terlihat kelelahan di wajah Hulya saat ini, apalagi selama hamil, Hulya mengalami bengkak di kakinya.
Marchel membaringkan tubuhnya di samping Hulya, mengusap lembut wajah itu lalu menciumnya. Entah kenapa, tetesan bening dari kelopak mata tajamnya menetes dan mengenai wajah Hulya.
"Aku sangat menyayangi kamu Hulya, kau hidupku dan aku tidak bisa membayangkan bagaimana aku akan menjalani kehidupan tanpa kamu nantinya, ada hal yang mungkin akan menyakitimu tapi sudah kumantapkan hati untuk menghadapinya," kata Marchel dengan suara lembut nyaris tak terdengar, air mata semakin menetes dengan deras.
"Apapun yang terjadi nanti dalam hidup kita, aku berharap kamu dan aku akan tetap bisa saling mencintai, aku tidak mau kehilangan kamu tapi...takdir mungkin akan membuat jurang di antara kita dan akan aku pastikan, kau tetap milikku." Marchel mencium kening Hulya lama sebelum dia memejamkan mata dan larut dalam mimpi bersama istrinya.
...***...
Pagi harinya Hulya bangun dengan wajah dan tubuh yang sangat segar, dia menyiapkan sarapan untuk Marchel dan membiarkan suaminya itu tidur dulu karena ini hari minggu.
Dengan lihainya tangan Hulya memainkan alat-alat masak serta bahan-bahan makanan agar tercipta sarapan enak dan lezat.
Beberapa menit di dapur, akhirnya sarapan selesai, dia akan membangunkan Marchel di dalam kamar, pria itu ternyata sudah bangun dan bersiap untuk turun.
"Aku pikir kamu masih tidur."
"Sudah bangun dari 10 menit yang lalu, aku memang sedang menunggu kamu untuk menjemputku." Hulya terkekeh, mereka bergandengan tangan menuju ruang makan, Hulya memberikan segelas air putih pada Marchel dan mereka sarapan.
...***...
Dexter kembali teringat kilas balik beberapa tahun silam, di mana dia sedang menjalani masa pendidikan di salah satu universitas ternama di New York. Saat itu usianya masih 20 tahun, dia harus mengalami hal buruk karena Amar, ayah Hulya.
Dexter mendengar kabar dari keluarganya di Italia, bahwa ibu Dexter dibunuh oleh Amar setelah mendapatkan pelecehan brutal, semua informasi itu diperkuat dengan bukti video cctv serta rekaman dari kamera tersembunyi yang memang ada di dalam kamar ibu Dexter.
Semua kamera di rumah orang tua Dexter sengaja dipasang banyak karena ayah Dexter adalah seorang mafia yang begitu berkuasa di Italia, tidak jarang orang-orang yang ada di dalam rumah itu berkhianat dan menyakiti tuan rumah.
Di dalam video tersebut, jelas terekam kalau Amar memperkosa ibunya setelah membunuh ayahnya, ibu Dexter bahkan sudah berontak sekuat tenaga namun Amar justru memerintahkan anak buahnya ikut melecehkan ibu Dexter. Jadilah wanita itu di perkosa secara bersamaan hingga dia mati.
Kala itu Dexter yang masih sangat belia langsung pulang ke Italia untuk melihat jenazah kedua orang tuanya. Begitu pilu hati Dexter saat melihat mayat ayahnya, begitu banyak bekas luka yang mengerikan serta kondisi wajah yang telah hancur karena di setrika oleh Amar.
Mayat ibunya juga mengenaskan, begitu banyak lebam serta luka akibat kekerasan di tubuhnya, Dexter benar-benar tak kuasa menahan semua itu.
Setelah menggali informasi, ternyata Amar pernah menjalin hubungan dengan ibunya, semasa kuliah, mereka sempat menjalin hubungan lalu putus karena orang tua dari ibu Dexter tidak merestui dan malah menjodohkan ibu Dexter dengan ayahnya.
Yang lebih membuat Amar kesal adalah kebahagiaan rumah tangga mereka, sehingga Amar menyusun rencana untuk menghabisi ayah Dexter dan memperkosa ibu Dexter dengan brutal sampai meregang nyawa.
Dexter tidak menyerang Amar seketika itu, dia tidak ingin gegabah, dia mencari tahu semua mengenai Amar dan ternyata, Amar adalah orang kepercayaan Washi, ayah Marchel. Mafia kelas kakap yang juga memiliki kuasa di beberapa negara.
Keamanan Washi selama ini selalu diutamakan oleh Amar sehingga Amar menjadi orang kepercayaan, Amar sangat hebat dan cerdas.
Dexter terus memantau Amar seorang diri, karena kesibukan kuliahnya, dia meminta orang kepercayaannya untuk memantau dan memberikan informasi. Selepas lulus kuliah, barulah Dexter mengambil alih semua bisnis dan kekuasaan ayahnya serta menjadikan dirinya seorang mafia yang begitu ditakuti, posisinya jauh lebih tinggi dibandingkan Marchel, anak buahnya beranggotakan puluhan juta orang yang tersebar di puluhan negara.
Dexter bahkan memiliki sebuah pulau yang mana dia gunakan untuk melatih beberapa pria dan wanita, lalu menjadikan mereka anak buah yang sangat tangguh. Pulau itu dia jadikan tempat penyiksaan terberat untuk musuh yang berat pula dan tidak ada yang bisa melacak keberadaan pulau tersebut.
Dexter mulai memantau Amar setelah menguasai semuanya, dia bahkan sangat tahu bagian terkecil dari Amar. Amar begitu menyayangi Hulya, anak emas yang selalu dia banggakan serta dia sayangi melebihi apapun.
Ketika Hulya berada di New York, Dexter yang memang sudah menyiapkan semuanya dengan matang, langsung menyerang Amar sampai pria itu tidak bisa lagi mengelak.
Namun sayangnya, Amar justru diselamatkan oleh anggota lain dan sampai detik ini, dia tidak bisa menyentuh Amar sama sekali.
Ddrrrtt!! Ddrrrttt!! Ddrrttt!!
Dexter kembali tersadar dari kilas baliknya, dia membuka mata dan melihat panggilan yang masuk dari orang kepercayaannya.
Dexter mengangkat panggilan tersebut lalu menempelkan benda pipih itu di telinganya.
"Aku sudah mengetahui keberadaanya, dia aman dan kita bisa melakukan eksekusi kapan pun kau mau tapi kau harus menghadapi Marchel terlebih dahulu sebelum menyentuhnya." suara di seberang sana membuat Dexter tersenyum.
"Bagus, aku akan menyiapkan semuanya, terus pantau dia, jangan sampai lengah sedikitpun. Untuk Marchel, aku bisa mengurusnya."
"Baik."
Dexter tersenyum lalu membuka galeri, dia memperbesar foto Hulya yang tengah tersenyum manis. Dexter tersenyum, terlihat jelas bagaimana rasa sakit yang mendalam di senyuman Dexter saat ini.
"Aku mencintaimu, aku bebas jika ingin memiliki apapun yang aku mau, termasuk dirimu, Hulya. Tapi sangat disayangkan, wanita baik sepertimu harus lahir dari keturunan brengsek seperti Amar," tegas Dexter, menahan lara di hatinya.
...•••BERSAMBUNG•••...
Cepat kak lanjut lagi ke series 2 pliiisss gak sabar aku nungguinnya