Aira Maulida Bahira, gadis dua puluh satu tahun yang terlihat kalem dan memiliki wajah yang bisa di katakan kurang menarik apalagi cantik. kulit wajahnya sawo matang, ada tahi lalat kecil di pipi kanannya membuat penampilan wajahnya semakin tidak menarik di mata lelaki terlebih lelaki seperti Yusuf Ibrahim seorang CEO kaya raya yang terpaksa harus menikahi gadis yang menurutnya buruk rupa seperti Aira.
Yusuf merahasiakan status pernikahannya dengan Aira karena ia malu memiliki istri yang tidak cantik.
Di tengah masalah pelik rumah tangganya, seseorang dari masalalu muncul di hadapan Aira.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nur danovar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps. 3 Pernikahan Itu Tiba
Keluarga Ibrahim kembali datang ke rumah kyai Umar. kali ini mereka membawa seserahan lengkap untuk lamaran Yusuf dan Aira.
Yusuf terlihat tampan dengan stelan baju batik berdiri di tengah di apit oleh papa dan mamanya. sementara Aira ia masih berada di kamarnya. Aira mengenakan gamis berbahan brokat berwarna hijau muda dengan hijab berwarna senada. wajahnya terlihat di hiasi makeup natural saja. sederhana dan tidak glamor itulah kesan yang di munculkan oleh putri bungsu kyai Umar.
"Aira ayo keluar nak, acara akan di mulai" kata umi Sara memanggil putrinya di bilik.
Kata Aira nampak tidak berbinar seperti biasanya. ia terlihat murung dan lebih pendiam. di letakkannya selembar surat lusuh yang terlihat begitu berarti untuknya. entah apa isi surat itu hingg Aira menganggapnya begitu berharga.
Aira berjalan keluar dari kamar di apit oleh kedua kakaknya Naira dan Nazila. saat Aira tiba di tengah keluarga Ibrahim dan juga keluarganya sendiri, nampak raut tidak senang menghiasi wajah Yusuf. pria itu terkesan dingin dan tidak berminat pada lamaran itu. bahkan Yusuf memasangkan cincin di jari manis Aira tanpa memandang wajah Aira.
"Oh ya acara pernikahan akan di adakan Minggu depan, kalian sudah setuju bukan? aku harap tidak ada perubahan lagi" kata Ibrahim.
"Kami ingin acara yang sangat sederhana saja, kau ingat itu bukaan?" kata Kyai Umar.
Ibrahim mengangguk sembari memeluk sahabatnya pertanda lamaran itu sukses dan Acra pernikahan akan segera diadakan.
Sepanjang pertemuan dua keluarga itu, Aira hanya menunduk duduk diam di kursinya di samping uminya. sementara Yusuf juga hanya diam tidak berminat menimpali obrolan antara Kyai Umar dan ayahnya tuan Ibrahim.
"Calon suami mu ganteng tapi sepertinya angkuh, kau harus berhati-hati padanya Aira" kata Nazila.
Aira tidak menggubris ucapan kakaknya, ia hanya ingin segera kembali ke kamarnya dan acara lamaran itu segera selesai.
Setelah acara selesai, keluarga Ibrahim berpamitan. sekali lagi Yusuf tidak memandang wajah Aira begitu pula sebaliknya. Aira juga tidak memandang Yusuf pria yang akan menjadi calon suaminya.
Aira segera berlari ke kamarnya setelah semua tamu pulang. ia mengunci pintu kamar lalu menangis sejadinya tanpa suara.
***
Hari pernikahan tiba, akad nikah diadakan di rumah pribadi kyai Umar disaksikan kerabat dekat dan juga keluarga Ibrahim. Yusuf duduk di hadapan penghulu sementara Aira ada di kamarnya sudah siap dengan baju pengantin. gamis panjang besar berwarna putih tulang dan hijab putih di hiasi rangkaian bunga melati.
Penampilan Aira seperti biasa masih memancarkan aura kesederhanaan tidak glamor seperti gadis kebanyakan. ia hanya terdiam seribu bahasa. tidak ada seulas senyum di bibirnya. Dengan hati berdebar, cemas, takut dan sedih ia menyimak ijab qobul yang sedang di laksanakan di ruang tengah yang sudah di sulap menjadi pelaminan dengan dekorasi cukup meriah dengan hiasan bunga segar dan juga pita.
"Saya terima nikah dan kawinnya Aira Maulida Bahira binti Umar ......"
Air mata Aira jatuh menetes membasahi pipinya. ia tidak tahu harus merasa lega, bahagia atau sedih karena telah sah menjadi istri Yusuf. pria yang tidak di kenalnya dan juga nampak tidak tertarik pada Aira. pernikahan ini hanya mengikat persahabatan lama menjadi sebuah keluarga. sementara Aira ia harus mengorbankan perasaannya.
Wanita tidak berhak menjatuhkan pilihan Aira, begitu ucapan yang terngiang dari kakaknya Nazila yang juga menikah karena di jodohkan.
"Aira, ayo keluar nak" Umi memanggil Air yang masih duduk di depan cermin rias seorang diri. hanya terdiam dan nampak lesu.
"Dia suami mu sekarang, ayo temui dulu" kata Nazila yang mengerti kegelisahan adiknya.
Aira berdiri perlahan dari tempatnya duduk lalu berjalan keluar dari kamar di temani umi dan kedua kakaknya Nazila dan Namira.
Untuk pertama kalinya Yusuf memandang ke arah Aira setelah beberapa kali pertemuan pria itu tidak menganggap Aira. kini pandangan Yusuf seperti sedang menjelajahi wajah Aira seolah memberi penilaian terhadap gadis itu.
Aira menundukkan pandangannya di saat Yusuf meletakkan telapak tangannya di ubun-ubun Aira dan membacakan doa. Aira memejamkan matanya sebulir air mata kembali menetes dari sudut matanya. ia meraih tangan Yusuf perlahan lalu mengecupnya.
jangan kalah ma Malika ,,itu wanita hitam legam kaye kedele item makanya di panggil Malika ehh CEO jatuh cintrong