NovelToon NovelToon
Kau Rebut Ibuku Ku Rebut Calon Suamimu

Kau Rebut Ibuku Ku Rebut Calon Suamimu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Balas Dendam / Obsesi / Cinta pada Pandangan Pertama / Ibu Tiri / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:75.7k
Nilai: 5
Nama Author: Almaira

Dia adalah darah dagingnya. Tapi sejak kecil, kasih ibu tak pernah benar-benar untuknya. Sang ibu lebih memilih memperjuangkan anak tiri—anak dari suami barunya—dan mengorbankan putrinya sendiri.

Tumbuh dengan luka dan kecewa, wanita muda itu membangun dirinya menjadi sosok yang kuat, cantik, dan penuh percaya diri. Namun luka masa lalu tetap membara. Hingga takdir mempertemukannya dengan pria yang hampir saja menjadi bagian dari keluarga tirinya.

Sebuah permainan cinta dan dendam pun dimulai.
Bukan sekadar balas dendam biasa—ini adalah perjuangan mengembalikan harga diri yang direbut sejak lama.

Karena jika ibunya memilih orang lain sebagai anaknya…
…maka dia pun berhak merebut seseorang yang paling berharga bagi mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Almaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Saldo Kosong

Sri lalu mencoba meredakan keadaan yang semakin memanas. Dengan langkah pelan dan wajah penuh kepasrahan, ia mendekati Hana yang berdiri tegak di tengah ruang tamu.

“Apa kamu benar-benar akan mengusir kami, Hana?” suara Sri parau. “Rumah ini dibangun dari kerja keras ayah tirimu. Dari keringat suamiku. Kamu tidak punya hak untuk mengambilnya begitu saja.”

“Walaupun suami ibu bekerja sangat keras, tapi kalau tidak ada uang modal, apa bisa menjadi seperti ini?”

“Kalau tidak ada uang dari hasil menjual tanah nenekku dengan dalih meminjam, namun nyatanya tak dibayar sepeserpun sampai detik ini juga, apa bisa kalian memiliki semua harta kekayaan ini?”

Burhan yang sejak tadi diam, kini angkat bicara, berusaha menenangkan situasi dengan nada negosiasi. Ia menatap Hana dengan wajah menahan amarah.

“Baiklak. Kalau itu soal modal. Aku akan kembalikan uangnya. Seratus juta, lunas. Tapi tolong kembalikan lagi semua milik kami.”

Rosma dan Malika kompak mengangguk menyetujui ide Burhan.

Mendengar itu, Hana mendengus tertawa.

Tawa sinis dan getir yang menyayat.

“Seratus juta?” katanya sambil melipat tangan di dada. “Kenapa aku harus mau menerima uang seratus juta jika kini aku punya puluhan kali lipat dari itu?”

Hana menatap Burhan dengan sorot dingin.

“Sekarang kan aku pemilik rumah ini. Pemilik toko-toko itu. Nilainya? Miliaran. Dan kalian tawarkan aku SERATUS JUTA?”

Rosma mengepalkan tangan, Malika hanya bisa menunduk kesal, sedang Sri mulai menangis pelan.

“Aku tidak butuh uang kalian lagi. Aku hanya butuh kalian angkat kaki dari rumah ini. Rumah yang kalian bangun dari pengkhianatan dan keserakahan.”

Hana lalu memandang mereka satu per satu Rosma, Sri, Malika, lalu terakhir Burhan seolah mengukuhkan posisi dirinya sebagai pemenang dari semua luka masa lalu.

“Kamu pikir bisa seenaknya saja mengambil semua ini, hah?! Kami akan melaporkanmu, Hana! Kamu telah menipu, memalsukan dokumen, mengambil properti kami secara tidak sah!” Ancaman itu dilontarkan Burhan dengan suara lantang, mencoba menegakkan wibawa yang sebenarnya sudah runtuh. Ia berdiri dari kursinya, wajahnya merah padam karena amarah dan rasa malu yang bercampur jadi satu.

Sri mengangguk cepat, suaranya ikut menyambar tajam meski matanya berkaca-kaca.

“Benar! Kau pikir kami akan diam saja diperlakukan seperti ini? Hukum masih ada! Kami akan menuntutmu balik!”

Hana tak bereaksi dengan ketakutan seperti yang mereka harapkan. Sebaliknya, ia justru menyandarkan tubuh ke dinding dengan santai, menatap Burhan dan Sri dengan senyum tipis yang membuat suasana semakin mencekam.

“Bagus. Lapor saja,” katanya tenang.

“Bagaimana kalau kita lapor bersama-sama? Aku juga mau melaporkan kasus penculikan terhadap nenekku dan kasus penjualan manusia. Tadi siang kan aku hampir dijual pada duda kaya raya.”

Burhan dan Sri langsung terdiam. Wajah mereka tegang. Bahkan Rosma pun mundur setapak, menyadari arah pembicaraan sudah berubah menjadi medan berbahaya.

“Aku punya banyak saksi. Ada pengurus KUA. Ada wali hakim. Ada Jasman dan keluarganya. Dan yang paling penting,” Hana melanjutkan dengan suara dingin, “Ada Pradipta dan anak buahnya, suamiku seorang polisi yang bisa mengumpulkan semua bukti itu dalam waktu sehari.”

Hana berjalan mendekat, lalu menunduk sedikit menatap Burhan dari atas.

“Jadi? Kita ke kantor polisi sekarang?”

Burhan mencengkeram tangan kursinya dengan kuat. Sri tak lagi berkata apa-apa.

Keduanya tahu, jika permainan hukum dimulai, posisi mereka jauh lebih lemah dari Hana yang kini punya suami seorang aparat penegak hukum.

Hana melirik jam dinding.

“Masih jam delapan malam. Kantor polisi belum tutup.”

Tak ada jawaban. Yang terdengar hanya napas tertahan dari Malika yang ketakutan di sudut ruangan.

Hana tersenyum dingin lalu berkata pelan,

“Baiklah. Aku akan sedikit bermurah hati, aku beri kalian waktu hingga esok hari untuk meninggalkan rumah ini.”

Tak ada perlawanan. Semuanya terdiam.

Kemenangan Hana malam itu sempurna. Kali ini, tak hanya harta yang berpindah tangan, tapi kuasa, martabat, dan seluruh kendali keluarga Burhan kini ada padanya.

Ningsih yang sedari tadi terdiam memperhatikan dengan sesekali mengangguk lemah, memandangi wajah cucunya dengan penuh kebanggaan dan sedikit rasa ngeri, melihat betapa kerasnya luka masa lalu telah membentuk cucunya menjadi sosok yang begitu kuat dan berani.

Hana lalu menggandeng neneknya menuju kamar tamu kamar yang dulu hanya bisa ia pandangi dari kejauhan, tempat para tamu istimewa menginap. Kini, kamar itu menjadi pilihan untuk neneknya beristirahat.

***

Sementara malam merambat pelan, di kediaman ibunya, Pradipta duduk sendirian di teras belakang rumah. Tatapannya kosong, memandang gelapnya langit malam tanpa bintang. Sekembalinya ia dari pergi menenangkan diri setelah perselisihannya dengan Hana ibunya memberi tahu bahwa Hana sudah kembali ke rumah Burhan bersama neneknya.

Dalam hatinya, Pradipta merasa kecewa, marah, tapi juga khawatir. Hana benar-benar serius dengan tekadnya. Ia bukan saja mengubur sementara pernikahan mereka, tapi juga tak menunjukkan niat untuk memperjuangkannya. Seolah dendamnya lebih penting daripada kehidupan rumah tangga yang baru mereka mulai.

“Apa memang semua ini adalah rencananya? Menikah lalu bercerai?” gumam Pradipta tak habis pikir.

Ratna keluar, membawa secangkir teh hangat. Ia menaruhnya di meja tanpa berkata-kata, duduk di samping putranya.

Ratna paham betul akan apa yang sebenarnya terjadi dan ia ingin agar putranya itu memahami luka seseorang yang telah lama tertindas. Luka Hana, istrinya.

“Hana itu bukan sedang membalas dendam Nak. Dia hanya sedang bertahan.”

“Jika itu tak dia lakukan maka keluarga itu yang akan semakin semena-mena padanya. Hana hanya sedang memberikan mereka pelajaran.”

Pradipta mengangguk pelan, hening sejenak.

“Aku mencintainya, Bu," ujarnya kemudian dengan lirih.

Ratna lalu menatap putranya dengan penuh kasih. “Dia sedang terluka, Nak. Dan luka seperti itu tidak sembuh hanya karena dia dicintai. Sakitnya terlalu dalam hingga dia tak mempercayai siapapun untuk menyembuhkannya selain dirinya sendiri.”

Pradipta terdiam. Ucapan ibunya menyentak batinnya. Ia sadar, mungkin Hana belum mampu merasa aman sepenuhnya bersamanya. Karena luka masa lalu Hana terlalu dalam, dan dendam itu satu-satunya yang membuatnya bertahan hidup selama ini.

“Kalau dia pergi karena dendam, percayalah nak, dia akan kembali karena cinta.”

Malam itu, Pradipta tidak tidur. Ia berjaga dalam sepi, mencoba memahami dan menerima kenyataan bahwa beginilah jalan cerita cinta mereka, dipertemukan oleh dendam dan akhirnya akan tetap bertahan oleh cinta mereka.

***

Pagi itu, aroma sarapan menyeruak dari dapur. Sri terlihat sibuk memasak sendiri tanpa bantuan siapapun. Hanya suara spatula beradu dengan wajan dan langkah kaki yang berat.

Di meja makan, Hana sudah duduk terlebih dahulu dengan segelas teh hangat di tangannya. Wajahnya tenang, senyumnya tipis menyiratkan kemenangan yang tak perlu banyak kata.

Satu per satu mereka mulai berdatangan. Rosma datang dengan muka kusut, duduk tanpa suara. Tak lama, Malika muncul, matanya bengkak dan wajahnya lusuh. Ia duduk paling ujung, menunduk tanpa daya.

Dan akhirnya, Burhan pun muncul. Dengan langkah tegap, seperti semalam tak terjadi apa-apa, ia menarik kursi dan duduk di kepala meja. Memperhatikan Hana yang duduk dengan santainya.

Sri menyajikan makanan dengan cepat, sementara suasana mencekam melingkupi meja makan.

Setelah beberapa menit yang dipenuhi suara sendok dan piring, setelah selesai makan Burhan akhirnya bicara. Suaranya tenang, namun jelas mengandung kekalahan yang ia coba sembunyikan.

“Bereskan barang kalian. Kita pindah ke hotel untuk sementara waktu.”

Sri menoleh dengan kaget. Sementara Malika tersenyum senang.

“Hotel?”

“Iya,” jawab Burhan datar. “Selagi aku mencari cara untuk mendapatkan kembali semua yang jadi milik kita.” Burhan menatap Hana sinis.

Hana mengangkat alis, menahan tawa yang hampir meledak. Ia tidak berkata apa-apa, hanya menyesap tehnya sekali lagi, memperhatikan Burhan dengan tatapan penuh ironi.

“Oh iya. Aku hampir lupa jika anda pasti masih punya banyak uang.” Hana menepuk keningnya.

Burhan terkekeh bangga. “Kamu pikir aku akan langsung miskin hanya karena kamu ambil semua asetku, Hah?!”

“Apa sebaiknya anda cek dulu sisa saldo di ATM anda? Aku lihat kemarin Malika memberikan sebuah kartu ATM pada Rendy.”

1
moominRJ
Lanjutt kaaa🥰
Tuti Tyastuti
dewinta kamu belum tau ajj burhan jatuh kismin🤣🤣
Yusra Azizah
karya kak almaira selalu ditunggu, ide ceritanya selalu bagus, selalu keren dalam merangkai kata2
Hasanah Purwokerto
Dewinta bs bicara begitu krn blm tau aja, karma nya msh menunggu di dpn pintu... blm masuk...🤭🤭🤭🤭
🎀𝔸ᥣᥙᥒᥲ🎀
maling teriak maling, tunggu waktunya saja kamu juga bakal mendapatkan kesengsaraan. btw ini dewiny walid bukan sih🤣🤣
🎀𝔸ᥣᥙᥒᥲ🎀
Dih ni orang gak tahu diri🤦‍♀️ sebentar lagi mokondo kayamu pasti dapat kurmanya juga.
Una_awa
pelakor mau kasih jurus jitu cara menggaet pria kaya, belum tau dia klo rumah itu sewaan 😒
Una_awa
kok Rosma nyelip disini 🤭
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Dasar buaya buntung 😤
hania
ibu mertua yang bijak. mampu meredakan amarah putranya. Sehingga tidak gegabah mengambil keputusan dan tindakan.
Puji Hastuti
Malika mau gak di ajari menggaet pria kaya sama suhunya? Dan korbannya ayahmu /Facepalm/
Baper kusut
undang Burhan sekeluarga di pesta Hana Pradipta whuuaahhh pasti seru😁😁
Sugiharti Rusli
laki" mokondo ko tetap mau dijadikan menantu dan suami demi menutupi aibnya
Sugiharti Rusli
padahal dia mencuri dari si Burhan begitu banyak, yah uang dan juga kehormatan putrinya sendiri
Sugiharti Rusli
udahan si Rendy yang pengangguran, miskin dan juga ga bertanggung jawab
Sugiharti Rusli
orang yah kalo sudah melakukan kecurangan dan kesalahan yang keji terhadap istri, ibu mertua dan anak sambungnya, akhirnya dibalas dengan lebih dahsyat yah
Sugiharti Rusli
dan bodohnya yah si Malika dan Burhan masih aja berharap sama si Rendy yang ga bisa dipercaya
Nureliya Yajid
lanjut thor
Nar Sih
lanjutt kak
Susilawati
first coment 🤭🤭🤭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!