Aira Maulida Bahira, gadis dua puluh satu tahun yang terlihat kalem dan memiliki wajah yang bisa di katakan kurang menarik apalagi cantik. kulit wajahnya sawo matang, ada tahi lalat kecil di pipi kanannya membuat penampilan wajahnya semakin tidak menarik di mata lelaki terlebih lelaki seperti Yusuf Ibrahim seorang CEO kaya raya yang terpaksa harus menikahi gadis yang menurutnya buruk rupa seperti Aira.
Yusuf merahasiakan status pernikahannya dengan Aira karena ia malu memiliki istri yang tidak cantik.
Di tengah masalah pelik rumah tangganya, seseorang dari masalalu muncul di hadapan Aira.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nur danovar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps. 34 Pulang Ke Rumah Abi
"Maaf Aira, aku minta maaf tolong jangan takut padaku. aku adalah suamimu" kata Yusuf.
kali ini Yusuf memang menyesal ia melihat Aira mengemasi pakaiannya kedalam koper. Aira tidak menoleh ke arah Yusuf sama sekali. ia menahan air matanya, sebenarnya berat bagi Aira untuk meminta berpisah dari Yusuf. sejahat apapun Yusuf padanya tapi pria itu tidak melukai fisiknya, Yusuf juga menafkahi Aira secara lahir bahkan memberi uang berlebih untuk kebutuhan Aira. hanya saja masalahnya tidak ada cinta di hati Yusuf untuk Aira.
"Mas biarkan aku pulang ke rumah Abi beberapa waktu, aku perlu berpikir" kata Aira yang sudah selesai mengemasi baju-bajunya kedalam koper.
"Baiklah, hanya beberapa hari bukan? kau akan kembali kemari?" tanya Yusuf memelas.
Aira mengangguk, ia perlu menenangkan dirinya ke rumah orang tuanya.
"Baiklah Aira, aku akan mengantar mu nanti jika kau akan kembali ke rumah ini kabari aku, aku akan menjemput mu"
"Tidak perlu mas, jika aku akan kembali ke rumah ini aku bisa sendiri tidak perlu mas jemput"
Yusuf terdiam percuma saja semua usaha ia kerahkan untuk membujuk Aira. ia sudah gagal. mungkin Rifat akan memenangkan perusahaan papa.
Aira berjalan menuruni anak tangga sembari menarik kopernya. Yusuf menatap Aira yang pergi, ia berdiri di dekat jendela kamar mengamati Aira yang memasuki mobil taksi. wajah Yusuf datar seperti tidak ada ekspresi. entah kenapa hatinya merasa bergetar melihat Aira pergi meninggalkannya.
Tenang Yusuf dia pasti kembali, Aira pasti kembali padamu lagi.
Jia Aira pulang ke rumah kyai Umar dan menceritakan semua yang sudah Aira alami selama menikah dengan Yusuf maka habislah Yusuf. pasti Kyai Umar dan papa Ibrahim akan marah besar padanya.
Aku sudah gagal mendapat perusahaan papa terlebih aku gagal jadi suami.
Yusuf menjadi pesimis, ia sudah pasrah jika Aira tidak akan kembali padanya ia harus bisa menerima.
Yusuf mengamati kamarnya yang hening dan sepi. sekarang ia sendirian di rumah itu. barang-barang Aira telah di bawa semua. Yusuf berjalan didepan cermin rias ia mengamati dirinya yang menyedihkan.
****
Aira tiba di rumah Abinya, ia di sambut Abi dan umi yang berdiri di depan pagar rumah. kedua kakaknya juga ikut menyambut kedatangan Aira.
Aira langsung mencium tangan Abi dan umi lalu memeluk uminya sembari menangis. semua hanya terdiam, Abi dan umi sudah tahu kondisi pernikahan Aira dengan Yusuf dari kedua kakak Aira.
Abi hanya bisa menghela napas. ia tidak menyangka Yusuf bisa menyakiti Aira dan Ibrahim membiarkannya saja.
"Abi akan bicara pada keluarga Ibrahim" kata Kyai Umar.
Meski marah dan kesal namun wajah kyai Umar tetap terlihat tenang dan masih tersenyum.
"Ini adalah ujian pendewasaan untuk mu nak, jika kau mau melanjutkan pernikahan mu dengan Yusuf Abi tidak bisa menentang jika kau akan berpisah dari Yusuf dan merasa itu adalah yang terbaik bagi kalian, Abi juga tidak bisa apa-apa"
Aira terdiam duduk di depan Abi dan uminya. Aira menunduk menahan kesedihan.
"Apa kau sama sekali tidak mencintai Yusuf?" tanya Abi.
Aira menatap wajah Abinya, ia tidak menjawab hanya menggeleng samar.
Abi tersenyum, ia sudah tahu dengan jawaban Aira.
"Istirahatlah dulu, besok saja kita bicara lagi. Umi siapkan makan malam, siapkan juga makanan kesukaan Aira" kata Abi.
"Iya bi" Umi berdiri dari duduknya, menyentuh lembut bahu Aira memberi kekuatan untuk putrinya bisa mengambil keputusan terbaik.
Aira pergi ke kamarnya, ia duduk di pinggiran ranjang. tubuhnya memang berada di rumah orang tuanya tapi pikiran dan hatinya seperti tertinggal di rumah Yusuf.
Aira tidak bisa berhenti memikirkan Yusuf. seharusnya ia bisa lega karena sudah kembali pada keluarganya. Yusuf tidak akan berani lagi menyakitinya. tapi justru Yusuf memenuhi pikiran Aira sejak tadi. sejak ia tiba di rumah Abi hingga detik ini.