Elang Langit Perkasa, sifat yang dimiliki Elang sangat sesuai dengan namanya. Bebas, kuat dan juga pantang terkalahkan. Dan yang membuatnya semakin brutal karena terlahir di keluarga Mafia.
Dari sekian banyak wanita yang mendekatinya, hanya seseorang yang bisa mencuri hati Elang, Raysa Putri Ayu. Wanita yang dia temui di waktu yang salah, wanita yang menyelamatkan nyawanya. Tapi untuk mendapatkan Raysa tidak semudah membalikkan telapak tangan, butuh perjuangan ekstra dan juga air mata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MJ.Rrn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Melepas rindu
“Huft.” Elang menghela nafas mendudukan tubuhnya di kursi pesawat pribadi miliknya.
Setelah semua acara selesai dan Elang berhasil mendapatkan kalung itu, Elang pun memutuskan untuk segera pulang.
Elang menyandarkan tubuh dan memejamkan mata, sebuah senyuman tipis muncul dari sudut bibir, dia sangat bahagia karena berhasil mendapatkan kalung itu.
“Ini tuan.” Panggil Heru, Elang perlahan membuka mata dan melihat kearah asistennya itu.
Elang menganggukkan kepala menerima kotak yang diberikan Heru, Elang pun segera menegakkan tubuh dan membuka kotak itu. Elang kembali tersenyum dan mengeluarkan isinya.
“Apa kamu tahu Heru, kenapa kalung ini istimewa?” Tanya Elang, Heru menggelengkan kepala.
“Kalung ini didesain oleh seorang wanita yang menghabiskan masa hidupnya di rumah sakit. Dari semua desain yang dia hasilkan, hanya ini yang paling dia sukai. Dan setelah dia meninggal, semua karya wanita itu di jual untuk menutupi hutang selama pengobatan. Dan model seperti ini hanya boleh diproduksi satu saja, sesuai dengan permintaan wanita itu di dalam surat wasiatnya.” Ucap Elang menjelaskan, Heru menganggukkan kepala paham.
“Kenapa anda mengetahuinya tuan? Jangan-jangan anda memang sudah lama mengintainya?” Tanya Heru, Elang tertawa tipis.
“Saya mengenal pria yang mengukir permata ini. Jadi setelah saya menerima email dari pihak penyelenggara, saya segera mengirimkan foto ini kepadanya. Dia terkejut dan segera menghubungi saya, lalu menceritakannya.” Jawab Elang sembari menatap dan mengusap-usap kalung di tangannya.
“Karena alasan itu anda sangat menginginkannya tuan, padahal saya berpikir anda telah menyerah setelah penawaran terakhir dari si tua bangka itu.”
“Philips tidak menginginkannya, dia hanya memancing kita.” Balas Elang kembali menyimpan kalung itu kedalam kotak dan memasukkan kedalam tas tangan miliknya.
“Ya sudah sebaiknya anda istirahat tuan, nanti kalau sudah sampai saya akan bangunkan anda.” Ucap Heru, pria itu segera berdiri dan meninggalkan Elang.
Elang kembali memejamkan mata, wajah Raysa selalu membayanginya. Elang sangat merindukan kekasihnya itu, dia sudah tidak sabar untuk bertemu.
……
Raysa duduk bermenung di meja kerjanya didalam ruangan dokter Bastian, sudah 4 hari dia tidak melihat wajah Elang dan juga informasi tentang prianya itu. Perasaan Raysa kacau, dia sangat mencemaskannya.
“Ray, Elang belum kembali juga?” Tanya Bastian, Raysa mengangkat kepala menatap Bastian sembari menggelengkan kepala.
“Kamu tidak usah kuatir, dia pasti akan baik-baik saja.” Ucap Bastian, Raysa berusaha tersenyum menganggukkan kepala.
“Tebakan Lu benar Bas, gua pasti baik-baik saja.” Ucap Elang membuka pintu ruangan Bastian, pria itu tersenyum lebar menatap Raysa.
“Masuk Lang.” Ujar Bastian, Elang menganggukkan kepala dan masuk kedalam.
Elang tersenyum tipis mendekati Raysa, dia gemas melihat ekspresi kekasih nya itu, Raysa membalas tatapannya dengan wajah kesal tapi juga rindu.
“Kamu tidak merindukan aku sayang?” Tanya Elang menggoda, Raysa menggelengkan kepala pelan.
“Ya sudah aku pergi, ternyata aku salah datang kesini.” Ujar Elang membalikkan badan akan melangkah pergi, Raysa segera berdiri dan memeluknya dari belakang.
“Aku kangen.” Ucap Raysa pelan, Elang langsung tertawa membalikkan badan.
“Kalian ini sudah seperti bocah baru pacaran, muak juga saya melihatnya.” Umpat Bastian, dokter itu memilih untuk keluar dari ruangannya, membiarkan Raysa dan Elang saling melepas rindu.
“Kakak kemana saja? Aku takut.” Rengek Raysa, Elang tersenyum membawa kekasihnya itu untuk duduk. Elang mendudukan Raysa diatas pangkuannya.
“Kakak pulang semalam.” Jawab Elang membelai wajah Raysa.
“Kenapa tidak kerumah?”
“Kakak tidak mau mengejutkan kamu, nanti kamu malah teriak.” Jawab Elang tertawa.
“Alasan.” Ujar Raysa cemberut.
“Sore masih di jemput papa?” Tanya Elang, Raysa menganggukkan kepala.
“Sore ini bohong ya, kakak mau sama kamu.” Balas Elang, Raysa tersenyum kembali menganggukkan kepala.
“Oke..”
“Ya sudah kalau begitu kakak ke markas dulu, nanti kakak jemput.” Ucap Elang, Raysa menganggukkan kepalanya.
Sebelum menurunkan Raysa dan pergi, Elang lebih dulu menyatukan bibir mereka. Melumat dengan sangat mesra melampiaskan kerinduan mereka berdua.
……
Elang melangkahkan kakinya keluar dari rumah sakit, Elang akan kembali ke markas untuk bekerja.
“Sudah mau pulang saja?” Tanya Bastian, mereka berpapasan di dekat pintu keluar, Vanya yang bersama Bastian menatap penuh rindu kearah Elang.
“Iya, gue masih banyak kerjaan.” Jawab Elang.
“Lang.” Sapa Vanya, Elang menganggukkan kepala tanpa tersenyum dan melanjutkan langkahnya pergi.
“Bas, Elang sudah berubah.” Ucap Vanya, mereka melanjutkan langkah masuk kedalam
“Perasaan kamu saja.” Balas Bastian.
“Tidak Bas, Elang memang berubah.” Ujar Vanya, dia bahkan menarik tangan Bastian dan menghentikan langkahnya.
“Saya tidak merasakannya Van, Elang masih seperti biasa. Bukannya sikap Elang memang seperti itu, dingin.”
“Tapi aku merasa dia berubah Bas, dia tidak lagi hangat kepadaku, bahkan menyapa pun tidak.” Ucap Vanya sedih.
“Sudahlah itu hanya perasaanmu saja, daripada kamu terus memikirkan Elang, sebaiknya kamu mendatangi pasien kamu.” Balas Bastian, pria itu melangkah pergi meninggalkan Vanya sendirian.
“Aku tidak salah Bas, sekarang Elang memang tidak lagi menganggapku.” Gumam Vanya didalam hati, mata wanita itu langsung berkaca-kaca.
…..
“Pa, malam ini Raysa lembur.”
Setelah kepergian Elang, Raysa segera mengirim pesan kepada sang papa, biar papanya tidak perlu datang ke rumah sakit.
“Kamu tidak bohong?” Balas Fajar.
“Tidak pa, kalau papa tidak percaya silahkan tanya sama dokter Bastian.” Ketik Raysa membalas pesan sang papa.
“Baiklah, jadi kamu pulang jam berapa nak?”
“Belum tahu pa, nanti biar diantar dokter Bastian saja.”
“Baiklah kalau begitu papa langsung pulang, papa juga ada janji sama mama.”
“Oke pa, hati-hati ya pa.”
“Iya sayang.”
Fajar segera meletakkan ponselnya, walau tidak percaya sepenuhnya tapi Fajar berusaha untuk percaya. Lagian sudah beberapa minggu ini dia memang tidak lagi melihat gelagat yang aneh pada Raysa, Raysa juga tidak pernah lagi pulang telat dan kabur dari rumah.
….
Sore menjelang, Raysa segera bersiap dan membereskan semua pekerjaannya. Dia tidak sabar untuk kembali bertemu dengan Elang, dia yakin kekasihnya itu telah menunggu di parkiran.
“Papa kamu sudah sampai Ray?” Tanya Bastian juga bersiap untuk pulang.
“Dok sebenarnya saya janjian sama Elang, tapi saya bohong sama papa. Saya mengatakan kalau lembur malam ini.” Jawab Raysa malu.
“Oke baiklah Ray, nanti kalau papa kamu bertanya atau kami tidak sengaja bertemu saya akan memberikan alasan yang sama.”
“Terima kasih ya dok.”
“Iya.” Jawab Bastian, Raysa tersenyum dan segera melangkahkan kaki keluar dari ruangan Bastian, Bastian juga melakukan hal yang sama.
Raysa terlihat sangat antusias dan bersemangat menuju parkiran, tapi begitu dia melihat Elang dan Vanya, Raysa menghentikan langkahnya.
“Ada apa Ray?” Tanya Bastian penasaran.
“Saya tidak mau mengganggu mereka dok.” Jawab Raysa, Bastian pun segera melihat kearah mobil Elang.
“Elang akan marah kalau kamu seperti ini.” Ucap Bastian, Raysa akhirnya menganggukkan kepala dan segera berjalan ke arah Elang.
“Kamu berubah Elang, kamu melupakan aku dan itu semua karena dia. Atau jangan-jangan dia sengaja ya mengintimidasi kamu.” Ucap Vanya dengan tatapan sendu, dia memegang lengan baju Elang.
“Kamu pikir ada yang berani mengintimidasi aku, seorang Elang?” Tanya Elang menatap dingin kepada Vanya.
“Tapi salah aku apa? Kenapa kamu menjauh?” Balas Vanya meninggikan suara dengan mata berkaca-kaca.
“Kamu semakin lama semakin melonjak Vanya, dari awal aku sudah tegaskan kalau hubungan kita tidak lebih dari sebatas teman. Jangan melampaui batas, jangan buat aku muak.” Balas Elang tegas, Elang segera pergi ke arah Raysa yang mendatanginya dan menggenggam tangan Raysa.
“Bas, gue jalan dulu.” Ucap Elang pamit, wajahnya terlihat marah. Makanya Raysa pun tidak bertanya dan memilih untuk diam mengikuti Elang masuk kedalam mobil.
“Jangan cari masalah terus sama Elang.” Ucap Bastian mengingatkan Vanya, pria itu mengusap-usap pundak Vanya.
“Tapi sikapnya menyakiti aku Bas.” Balas Vanya meneteskan air mata.
“Kamu yang tidak pernah sadar Van, Elang sudah lama menyakiti kamu. Tapi kamu berpura-pura kuat. Van, sudah saatnya kamu sadar kalau bukan Elang pria yang mencintai kamu, kamu hanya mencintai sendirian.” Ucap Bastian meraih tubuh Vanya dan memeluknya, Vanya semakin terisak.
Bersambung...