Aruna gadis sederhana dari keluarga biasa mendadak harus menikah dengan pria yang tak pernah ia kenal.
Karena kesalahan informasi dari temannya ia harus bertemu dengan Raka yang akan melangsungkan pernikahannya dengan sang kekasih tetapi karena kekasih Raka yang ditunggu tak kunjung datang keluarga Raka mendesak Aruna untuk menjadi pengganti pengantin wanitanya. Aruna tak bisa untuk menolak dan kabur dari tempat tersebut karena kedua orang tuanya pun merestui pernikahan mereka berdua. Aruna tak menyangka ia bisa menjadi istri seorang Raka yang ternyata seorang Ceo sebuah perusahaan besar dan ternama.
Bagaimana kehidupan mereka berdua setelah menjalani pernikahan mendadak ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noor.H.y, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27 Oma Baik
Oma Sita Menelisik Aruna dari atas sampai bawah. Saat Agung menyebutkan nama istri dari cucu kesayangannya saja sudah menarik perhatiannya. Ternyata saat Aruna tepat berada di depannya, Oma Sita melihat gadis di depannya cantik dan manis natural tanpa make up. Jauh berbeda dengan calon istri cucu nya yang dulu.
"Raka, Aruna. Kalian duduk dulu, kita makan malam. Papa sudah lapar." Seru Agung memecah suasana yang tampak hening. Tidak tahu apa yang sedang dipikirkan oleh Ibunya ini. Tadi saja Beliau sangat antusias saat Agung menceritakan Aruna, kenapa saat orangnya tiba mendadak Ibunya tak berkomentar apapun.
Raka dan Aruna pun duduk. Kemudian mereka berempat memulai makan malam bersama.
"Apa kalian sudah saling mencintai?." tanya Oma Sita, membuat Raka dan Aruna saling memandang dalam diam.
"Huh.. Kurasa kalian belum memulainya." Ujar Oma Sita selanjutnya.
"Apa maksud Oma?." Tanya Raka
"Raka. Walaupun Oma memang baru bertemu Aruna, juga belum mengenalnya lebih dalam. Tetapi Oma rasa Aruna ini lebih cocok denganmu dari pada wanita itu."
Mendengar Oma Sita berkata seperti itu membuat wajah Aruna bersemu merah dan gugup. Ia kira Oma Sita ini akan menentang hubungannya dengan Raka, atau lebih parah menyuruh mereka segera berpisah. Tapi apa katanya tadi, Beliau malah berkata kalau dirinya lebih cocok mendampingi cucunya. Oh Aruna menjadi deg-degan.
"Raka sudah berusaha untuk menerimanya. Raka juga belajar agar bisa mencintai Aruna. Kuharap Aruna juga sama." Ucap Raka, ia sadar saat mengatakannya. Jujur saja Ia sudah mulai tertarik dengan Aruna. Walaupun belum sepenuhnya yakin akan perasaannya itu, apakah ia sudah mulai mencintai Aruna atau belum. Tetapi untuk saat ini ia mulai nyaman saat berada di dekat Aruna.
Raka beralih menatap Aruna yang duduk di samping. Tak hanya Raka, Pak Agung dan Oma Sita juga menatap Aruna seakan sangat menantikan jawaban saat ini. Menyadari itu Aruna merasa gugup, bingung harus menjawab apa.
"Em.. Saya juga akan berusaha menerima seperti Mas Raka."
Oma Sita dan Pak Agung tersenyum saat mendengar ucapan putra dan menantu nya.
"Makasih Aruna. Kamu sudah mau menerima cucu Oma ini. Oma tahu tidak mudah menghadapi cucu Oma yang dingin ini. Tapi Oma lihat sekarang gunung es Raka sudah mulai mencair." Ujar Oma Sita menatap keduanya
Raka hanya memutar bola mata nya malas. Sedangkan Aruna hanya tersenyum canggung, bingung mau menanggapi bagaimana. Mereka pun menyelesaikan makan malam bersama.
"Oma mau istirahat dulu. Aruna kamu bisa mengantarku ke kamar." Aruna mengangguk, lalu menuntun Oma Sita berjalan ke arah kamarnya.
Raka menatap mereka berdua sesaat, lalu berjalan duduk di sofa di samping ayahnya. "Aneh, kenapa Oma bisa secepat itu akrab dengan Aruna. Ku kira Oma akan mengomel dan mencecar banyak pertanyaan pada Aruna seperti saat Raka membawa Mesya ke hadapan Oma."
"Pesona Aruna memang luar biasa. Saat pertama Papa melihatnya juga entah kenapa Papa langsung menyukainya. Nggak heran juga kalau Oma mu langsung akrab dengannya."
"Apa Papa sudah menceritakan kisahku dengan Aruna pada Oma?." Tanya Raka, yang di balas anggukan Pak Agung.
"Tadinya Papa jugaa merasa khawatir saat mau mengatakannya. Takut Oma mu marah karena Papa buru-buru memutuskan pernikahanmu dengan gadis lain yang bahkan kita belum mengenalnya. Tapi apa kamu tahu, reaksinya malah di luar prediksi Papa. Ternyata beliau malah senang kau tidak jadi menikah dengan Mesya." Ujar Pak Agung
"Jadi Papa harap kamu tidak usah lagi mencari keberadaan Mesya. Papa tidak mau kamu tetap berada di masa lalu. Masa depan mu itu bersama Aruna." lanjutnya
Raka menatap ayahnya tajam, seakan bertanya dalam hati. Apakah ayahnya tahu kalau selama ini orangnya masih berusaha mencari keberadaan Mesya?.
"Nggak usah kamu menatap Papa seperti itu. Selama ini Papa tahu semua yang kamu lakukan. Tak terkecuali kamu yang menyuruh orang kepercayaanmu untuk mencari Mesya. Lupakan dia Raka! Jangan sampai kamu mengecewakan Aruna yang sekarang sudah menjadi istrimu." Tegas Pak Agung pada putra semata wayangnya itu.
Raka menghela nafasnya. "Raka cuma ingin memastikan saja, kenapa Mesya meninggalkan Raka seperti ini. Setelah semua yang Raka lalukan untuknya Pa. Itu saja."
"Tapi apa sekarang kamu sudah menemukannya sampai sekarang?." Tanya Pak Agung, dibalas gelengan oleh Raka.
Pak Agung menepuk pundak Raka lalu mengangguk. Pak Agung tahu jelas Raka sedang merasa bimbang saat ini. "Baik, lupakan tentang wanita itu. Sekarang bagaimana keadaan ayah Aruna ? Maaf Papa belum sempat lagi menjenguknya.".
"Pak Rahmat sudah membaik, sudah jauh lebih sehat Pa."
"Lalu bagaimana tentang orang yang menabraknya? Apa sudah ketemu?."
"Raka masih berusaha mencari orang yang menabrak lari Bapak, tapi lokasi kejadian saat itu di titik yang sulit untuk mencari bukti. Karena lokasi sekitar situ tidak ada cctv. Bahkan cukup sepi dari lalu lalang orang Pa."
Pak Agung mengangguk mengerti "Papa akan bantu kamu cari orang itu. Mudah-mudah ada titik terang, yang penting sekarang ayah Aruna sudah sehat."
"Iya Pa.. Mudah-mudahan."
Disisi lain, Oma Sita sudah duduk di ranjang dengan bersandar di kepala ranjang.
"Duduk sini, sayang." Oma Sita menarik tangan Aruna supaya duduk di tepi ranjang dekat dengan dirinya.
Melihat Aruna yang sejak tadi diam dan menunduk, Oma Sita tersenyum "Nggak usah takut sama Oma, saya nggak akan memakan kamu. Lihat Oma sayang." Ucap Oma, membuat Aruna mendongak lalu menatap Oma Sita yang tersenyum kearahnya.
"Maaf Oma. Kalau Aruna sudah membuat Oma tersinggung." Lirih Aruna
"Nggak kok. Oh iya, bagaimana cucu Oma selama ini. Apa selalu menyusahkanmu?." Aruna menggeleng
"Raka baik kok Oma. Cuma yah kadang sikapnya suka seenaknya sendiri. Tapi Aruna tahu hati Raka itu baik. Buktinya saat Bapak kecelakaan kemarin dia yang bantu urus semuanya, sampai menemani Aruna menjaga Bapak beberapa haru di rumah sakit.". Ujar Aruna
"Oh ya. Apa kamu sudah mulai menyukai cucuku sayang?."
Aruna menatap Oma Sita, "Nggak tahu Oma. Lagian Aruna juga belum yakin kalau Raka sudah bisa menerimaku atau belum, Aruna tahu perasaan Raka masih milik Mesya."
Oma Sita menatap sendu saat Aruna mengatakan semuanya. Memang tidak dipungkiri Raka dulu memang sangat mencintai Mesya, tetapi Oma Sita juga melihat Raka sudah mulai menaruh hati untuk Aruna. Bisa beliau lihat dari tatapan Raka saat menatap Aruna tadi diluar.
"Oma rasa Raka sudah memulai melupakan Mesya, Oma tahu saat Raka menatapmu. Mungkin dia aja belum menyadarinya, tapi Oma yakin Raka sudah mulai menaruh hati padamu sayang." Ucap Oma Sita sembari menepuk tangan Aruna di genggamannya
"Oma harap kamu bisa menerima cucu kesayangku itu, begitu pun sebaliknya. Oma cuma mau Raka mendapatkan kembali kebahagian dan mengembalikan kehangatan pada dirinya seperti sebelum mama nya pergi meninggalkannya." lanjut Oma, wajah nya pun mendadak sedih saat mengucapkannya.
"Apa Oma baik-baik saja? Lebih baik Oma istirahat sekarang. Oma pasti lelah sejak dari pesawat belum juga istirahat." lirih Aruna, lalu membantu Oma Sita untuk berbaring di ranjang dan menyelimutinya.
"Selamat malam Oma, selamat istirahat." Ucap Aruna lalu melangkah keluar dari kamar.
Saat Aruna menutup pintu kamar, ia berbalik lalu mendapati seseorang yang berdiri menatap kearahnya.
"Aaaaakh..".
* * *