NovelToon NovelToon
Lily Of Valley: Ratu Mafia Yang Tersembunyi

Lily Of Valley: Ratu Mafia Yang Tersembunyi

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Balas Dendam / Identitas Tersembunyi
Popularitas:41.6k
Nilai: 5
Nama Author: chery red

Dilahirkan dalam keluarga kaya, Alea Lily Armstrong tumbuh dalam penolakan. Dianggap pembawa sial, ia dikucilkan dan dibenci. Luka hati mengubahnya menjadi wanita dingin. Pertemuannya dengan Alexander, ketua mafia terluka, membawanya ke dunia gelap.
Lea menjadi "Ratu Mafia Tersembunyi," menyembunyikan identitasnya. Dendam membara, menuntut pembalasan atas luka lama. Di tengah intrik mafia, Lea mencari keadilan. Akankah ia temukan kebahagiaan, ataukah dendam menghancurkannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon chery red, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

34. Deklarasi Ratu dan Badai Amarah

Malam perayaan ulang tahun Alea yang ke-15 di grand ballroom hotel milik keluarga Jeremy berakhir dengan gemuruh yang tak hanya menggema di aula, tetapi juga di seluruh kota. Pengumuman resmi bahwa Alea kini adalah seorang Alea Callahan, ditambah dengan indikasi kekayaan dan perlindungan besar dari keluarga Dirgantara dan Callahan, menjadi berita utama di setiap media keesokan harinya. Ini adalah momentum krusial yang mengukir garis tegas dalam perjalanan hidup Alea, sekaligus menjadi neraka yang tak terlupakan bagi Richard Amstrong dan seluruh keluarganya.

Berita itu menyebar bak api di padang rumput kering. Tajuk-tajuk utama koran dan portal berita daring didominasi oleh wajah Alea, berdampingan dengan Axel, Harun Dirgantara, dan Arman.

“Alea Amstrong Resmi Ganti Nama Jadi Alea Callahan: Indikasi Perpindahan Kekuasaan Bisnis?”

“Siapa Alea Callahan? Gadis Muda yang Didukung Konglomerat Dirgantara dan Klan Callahan!”

“Hubungan Rahasia Keluarga Amstrong dan Callahan Terungkap, Richard Amstrong Bungkam!”

Dunia bisnis dan sosial gempar. Richard Amstrong, yang terbangun keesokan paginya dan melihat berita itu, merasakan darahnya mendidih. Wajahnya memerah padam, tangannya gemetar meremas koran di tangannya. Ia melempar koran itu dengan keras ke meja.

"Sialan! Sialan Alea itu!" raungnya, suaranya menggelegar di seluruh ruangan makan. "Dia pikir dia siapa?! Beraninya dia mempermalukan aku seperti ini?!"

Belinda, istrinya, dan Tiara, yang sedang sarapan, langsung terkejut. Kevin, David, dan Devan pun menatap ayah mereka dengan cemas.

"Ada apa, Dad?" tanya Kevin hati-hati.

Richard menunjuk koran yang tergeletak di lantai. "Lihat ini! Lihat apa yang dilakukan anak sialan itu! Dia menjadi Callahan! Callahan! Lebih kaya dan berkuasa dari kita! Ini tidak mungkin! Aku sudah pastikan dia akan hidup menderita setelah dia memutuskan hubungan dengan kita!"

Tiara mengambil koran itu, matanya melebar saat membaca berita utama. Wajahnya yang sudah pucat semakin memucat. "Tidak! Ini pasti bohong! Alea itu tidak punya apa-apa! Dia anak pungut! Tidak mungkin dia seorang Callahan!" teriaknya histeris, air mata mulai menggenang. Rasa iri dan bencinya kini bercampur dengan ketakutan yang mencekam.

"Itu benar, Tiara," lirih David, suaranya serak. "Aku dengar dari teman-teman di sekolah, semalam setelah kita pulang, pestanya sangat besar dan meriah. Semua orang penting datang. Pejabat, jenderal, pengusaha besar..."

"Dan pesta ulang tahunmu dulu tidak ada apa-apanya dibanding itu," timpal Devan, sinis, tak bisa menyembunyikan kecemburuannya.

Tiara menatap tajam David dan Devan. "Kalian membela dia?! Setelah semua yang dia lakukan pada kita?!"

Richard bangkit dari duduknya, napasnya terengah-engah. "Ini penghinaan! Penghinaan terbesar yang pernah kualami! Aku tidak akan membiarkan ini! Aku akan pastikan dia kembali ke menderita dan mengemis meminta untuk kembali ke keluarga kita!"

Di sisi lain kota, Alea bangun dengan perasaan yang campur aduk. Kebahagiaan semalam masih terasa nyata, namun ia juga tahu, langkah besar ini akan memicu reaksi keras dari Richard. Ia memeriksa ponselnya, melihat ribuan notifikasi dan berita tentang dirinya. Ia tersenyum tipis. Ini baru permulaan.

Axel datang menjemputnya pagi itu, tatapan matanya penuh perhatian. "Bagaimana perasaanmu, Boo? Siap menghadapi badai media?"

Alea mengangguk. "Tentu saja. Ini memang yang kuinginkan. Mereka harus tahu bahwa aku bukan lagi Alea yang dulu mereka injak-injak."

"Bagus," Axel tersenyum, mengusap puncak kepala Alea. "Aku akan selalu di sisimu. Dan ingat, kau punya kami. Seluruh keluarga Dirgantara dan Callahan ada di belakangmu."

Mereka berangkat ke sekolah. Sepanjang perjalanan, Alea merasakan tatapan mata dari setiap orang. Bisikan-bisikan mengikuti langkahnya. Beberapa siswa yang dulunya sering meremehkannya kini menunduk hormat, atau setidaknya menghindarinya.

Di koridor, mereka bertemu Tiara, Kevin, David, dan Devan. Wajah mereka menunjukkan ketidakrelaan dan ketidakpercayaan yang nyata, mata Tiara memerah karena tangis. Mereka terlihat lusuh, kontras dengan aura cerah Alea.

"Lihat siapa yang datang!" ejek Tiara, mencoba mengumpulkan sisa-sisa keberaniannya. "Si anak kampung yang tiba-tiba jadi putri semalam! Kau pikir kau siapa, hah?! Semua itu hanya tipuan! Kau tidak akan pernah menjadi bagian dari keluarga Callahan!"

Alea berhenti tepat di depan Tiara, tatapannya dingin dan menusuk. "Oh, Tiara. Kaget ya? Ku kira kau sudah terbiasa dengan keajaiban. Atau mungkin, kau hanya tidak terbiasa melihat orang yang dulu kau injak-injak kini terbang tinggi di atasmu?"

Kevin menatap Alea dengan ekspresi aneh. "Alea, kau... kau tidak perlu sejauh ini. Kita ini..."

"Kita apa, Kevin?" potong Alea, nadanya tanpa emosi. "Kita keluarga? Keluarga yang mana? Keluarga yang membuangku? Atau keluarga yang hanya tahu cara memanfaatkan dan menyingkirkan?" Ia melirik tajam ke David dan Devan. "Kalian berdua, kakak kembar yang katanya paling jenius seangkatan, tapi otak kalian masih di bawah rata-rata. Punya nama besar Amstrong, tapi mental pecundang."

Wajah David dan Devan memerah padam. Mereka ingin membalas, tapi setiap kata Alea menusuk tepat di ulu hati mereka.

"Kau pikir kau sudah menang, Alea?!" Tiara berteriak, amarahnya meledak. "Ini belum berakhir! Kau akan menyesal seumur hidupmu!"

Alea hanya tersenyum dingin. "Menyesal? Aku tidak punya kata 'menyesal' dalam kamusku, Tiara. Dan untuk ancamanmu... aku tidak sabar menunggunya. Pastikan kali ini kau tidak gagal lagi, ya."

Axel melangkah maju, memposisikan dirinya di depan Alea. "Jangan buang waktumu dengan sampah, Boo. Mereka tidak sebanding dengan udara yang kau hirup." Ia menatap tajam Tiara, Kevin, David, dan Devan. "Minggir. Kalian menghalangi jalan orang-orang yang punya tujuan."

Tiara dan yang lain terpaksa minggir, menahan amarah yang membuncah. Mereka melihat Alea berjalan pergi dengan kepala tegak, di samping Axel yang gagah, seolah-olah mereka tidak pernah ada. Kebencian mereka pada Alea kini bercampur dengan ketakutan. Mereka merasa impoten, tidak bisa berbuat apa-apa.

Kembali ke malam ulang tahun, setelah hiruk-pikuk konferensi pers sedikit mereda, suasana di ballroom beralih ke momen yang lebih intim dan hangat: pemotongan kue. Alea, masih dalam balutan gaun dusty pink-nya, berdiri di samping Axel di depan kue ulang tahun raksasa. Lampu spotlight kembali menyorot mereka, dan semua mata tertuju pada pasangan muda itu.

"Hadirin sekalian, sebelum kita memotong kue, izinkan saya mengucapkan sesuatu untuk wanita luar biasa yang berdiri di samping saya ini," kata Axel, suaranya lembut namun lantang, mengalun penuh perasaan melalui microphone yang ia pegang. Matanya terkunci pada Alea, memancarkan cinta yang dalam.

Axel mengambil jeda, tatapannya semakin intens. "Kau telah mengajarku banyak hal, tentang keberanian, tentang ketulusan, dan tentang cinta yang tak terbatas. Setiap rintangan yang kau hadapi, setiap air mata yang kau tumpahkan, hanya membuatmu bersinar lebih terang. Aku bersumpah, mulai detik ini dan seterusnya, aku akan menjadi perisaimu, pelindungmu, dan akan selalu ada di sisimu. Aku akan memastikan tidak ada lagi kesedihan di matamu. Selamat ulang tahun, wanita tangguh ku."

Kata-kata Axel yang begitu tulus membuat seluruh ruangan hening, terpukau. Beberapa tamu wanita mengusap air mata haru. Alea sendiri, dengan mata berkaca-kaca, merasakan hatinya membengkak penuh kebahagiaan. Ia tidak pernah membayangkan akan mendengar kata-kata penuh dukungan seperti itu, apalagi di depan umum. Sebuah senyum tipis, murni, dan penuh kebahagiaan terukir di wajahnya. Ini adalah ulang tahun pertamanya yang dirayakan dengan megah, dengan orang-orang yang peduli padanya. Ini adalah mimpi yang tak pernah ia berani impikan.

Para tamu bertepuk tangan meriah, beberapa di antaranya tersenyum gemas melihat kedekatan mereka. Tiara, yang berada di sudut ruangan, mendengus sinis, wajahnya membiru karena iri yang membakar. Ia mengepalkan tangan, kuku-kukunya menusuk telapak tangannya sendiri. Ryan, yang datang bersama kedua orang tuanya mewakili perusahaan keluarga mereka, juga menatap Alea dengan tatapan yang sulit diartikan; ada kekaguman yang bercampur dengan penyesalan, namun juga sedikit rasa tidak terima melihat Alea begitu dekat dengan Axel, pangeran sekolah sekaligus pewaris Dirgantara.

"Lihat betapa beruntungnya si anak pungut itu!" bisik Ibu Ryan pada suaminya, nadanya penuh kecemburuan. "Bagaimana bisa dia mendapatkan semua ini? Anak dari Richard Amstrong yang sekarang sedang di ujung tanduk! Sedangkan anak kita, Ryan, yang sudah jelas keluarga terpandang... ini tidak adil!"

Ayah Ryan hanya menghela napas. Mereka tahu betul betapa jauhnya gap antara keluarga mereka yang 'terpandang' dengan keluarga-keluarga elit seperti Dirgantara dan Callahan yang hadir malam itu. Kehadiran mereka di pesta itu saja sudah merupakan sebuah kehormatan.

"Baiklah, saatnya pemotongan kue!" seru Harun Dirgantara, meredakan suasana haru.

Axel membimbing tangan Alea untuk memegang pisau kue yang elegan. Bersama-sama, mereka memotong irisan pertama dari kue megah itu. Tepuk tangan meriah kembali memenuhi ruangan.

Setelah pemotongan kue, Axel menuntun Alea sedikit menjauh, sementara para pelayan membagikan kue kepada tamu. Axel tersenyum misterius. "Ada satu lagi hadiah untukmu, Boo."

Ia mengeluarkan sebuah kotak beludru kecil berwarna biru tua dari saku jasnya. Alea menatapnya penasaran. Saat kotak itu terbuka, mata Alea terbelalak. Di dalamnya, terbaring sebuah kalung rantai emas putih berkualitas tinggi dengan liontin berlian biru yang berkilauan indah, memancarkan cahaya yang memukau. Berlian itu tampak seperti tetesan air mata beku, namun memancarkan kehangatan dan keanggunan. Kilauannya menyaingi lampu kristal di langit-langit.

"Ini... ini berlian biru langka?" bisik Alea, takjub. "Axel, ini terlalu..."

"Tidak ada yang terlalu untukmu, Sayang," potong Axel lembut, mengambil kalung itu. "Berlian biru ini melambangkan ketenangan, kesetiaan, dan kepercayaan. Aku ingin kau tahu, bahwa di tengah badai apa pun, aku akan selalu menjadi tempatmu bersandar, tempatmu menemukan ketenangan. Seperti berlian ini, kau mungkin melewati tekanan luar biasa, tapi kau tetap bersinar paling terang." Ia kemudian menyibak rambut Alea dan memakaikan kalung itu di leher jenjang Alea dengan hati-hati. Sentuhan jari Axel di kulitnya mengirimkan gelombang hangat di tubuh Alea.

Setelah kalung terpasang sempurna, Axel menangkup wajah Alea dengan kedua tangannya. Ia menatap mata Alea dalam-dalam, senyumnya melengkung lembut. Perlahan, ia mendekatkan wajahnya dan mencium kening Alea dengan lama dan penuh kasih sayang. Ciuman itu adalah janji, sebuah ikrar tanpa kata yang menenangkan jiwa Alea, membuatnya merasa sepenuhnya dicintai dan dilindungi.

Alea menyentuh liontin itu, matanya berkaca-kaca lagi. "Terima kasih, Yang. Ini... ini sangat indah." Ia berbalik dan memeluk Axel erat, menyandarkan kepalanya di dada bidang pemuda itu. Aroma maskulin Axel menenangkannya, dan ia merasa begitu aman dalam pelukannya. Ini adalah momen kebahagiaan murni yang jarang sekali ia rasakan, sebuah oasis di tengah badai yang akan datang.

Dari kejauhan, Tiara melihat adegan itu. Hatinya mencelos. Kalung berlian itu tampak jauh lebih indah dan mahal dari perhiasan apa pun yang pernah ia miliki. Rasa iri dan bencinya kini bercampur dengan keputusasaan yang mendalam. "keparrat! Dia tidak pantas! Kenapa harus dia?! Kenapa selalu dia?!" bisik Tiara, tangannya mengepal, kuku-kukunya menancap di telapak tangannya. Ia merasa seolah semua miliknya telah direbut oleh Alea, bahkan kebahagiaan yang tidak pernah ia rasakan.

Ryan yang berdiri di samping orang tuanya, juga melihat momen itu. Ada kerutan di dahinya, tatapannya terpaku pada kalung di leher Alea dan ciuman di kening Alea. Sebuah desahan keluar dari bibirnya. Ia tahu, gadis yang dulu ia abaikan, kini berada di level yang sangat jauh di atasnya.

Pesta berlanjut hingga larut malam, dengan Alea menjadi bintang utamanya. Ia menerima ucapan selamat dari para tamu elit, bertukar sapa dengan para petinggi negara, jenderal, pejabat, dan pengusaha yang selama ini hanya ia lihat di televisi. Semua orang tampak tertarik padanya, penasaran dengan sosok Alea Callahan yang baru muncul ini. Mereka mencoba menebak-nebak asal-usulnya, melihat bagaimana keluarga Dirgantara dan bahkan perwakilan Callahan begitu melindunginya.

Richard Amstrong, yang masih berada di lobi hotel, melihat semua itu. Ia melihat bagaimana Alea tersenyum, bagaimana dia berinteraksi dengan para petinggi negara, bagaimana Axel memperlakukannya seperti ratu, dan bagaimana Arman berdiri di sampingnya seperti pelindung yang tak tergoyahkan. Setiap pemandangan itu seperti pisau yang mengiris hatinya. Ia menyangka Alea akan sengsara, namun yang ia lihat adalah kejayaan. Ia tahu betul berapa nilai berlian biru langka itu, dan itu hanyalah sebagian kecil dari aset yang kemungkinan besar kini dimiliki Alea di bawah nama Callahan. Richard Amstrong, untuk pertama kalinya, merasakan ketakutan yang sesungguhnya. Ia telah menciptakan monster yang jauh lebih kuat darinya.

Alea, di tengah keramaian, sesekali melirik ke arah Richard yang masih berdiri membeku di lobi. Sebuah seringai tipis terukir di bibirnya. Ini hanyalah permulaan. Ia telah mendeklarasikan perang, dan kemenangan pertama ada di tangannya. Neraka untuk mereka baru saja dimulai.

1
T o R a 21
😭😭alea kuat..alea kuat hebat
YAM
Luar biasa
princi pesa
kira2 sp yh
princi pesa
crazy up pls
princi pesa
crazy up kakaaaa
T o R a 21
Gk jls ah...kan d awasi malah skrng balik lagi tuh si Tiara,pake ganti nama jd si Tamrin lg...hadeuh
Glastor Roy
up
Deni Susanti
aduhh thur belum2 toko utama udah k,o,,gak seruh thur,,,GI mana mau ngadepin perang besar Bru 3 curut itu udah tumbang,, membosankan,,
Lyana: betul bu... baru sikit dh tumbang
princi pesa: bct bu…
total 2 replies
Deni Susanti
ini Bru toko utama nya menarik,senggol bacok,lanjut kn alea bls dendam nya,bikin lebih sadis dr itu,
Deni Susanti
tur karakter aleya ini apasi lemah ,bodoh atau goblok,,di tindas diam aja,terlalu bnyk tempo tur,,mau bikin cerita toko utamanya mestrius,tapi JD kesan nyo toko utamanya JD kayak bodoh,
princi pesa: sewot bgt jir ibu2 fb
total 1 replies
Deni Susanti
thur kebanyakan drama,,
Naruto Uzumaki family
Lanjut thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!