Sampahmu Adalah Hartaku

Semua orang yang ada di sekolah menganggap dirinya sudah jatuh bangkrut. Dari salah satu siswa terpopuler, menjadi siswa tersisihkan. Tentu perbedaan bagaikan bumi dan langit.

Namun, lebih disiplin, bagaikan keluar dari dunia dimana semua orang menggunakan topeng.

Tidak seperti sebelumnya, Virgo banyak bergaul dan bicara. Kali ini dirinya lebih tajam dalam hal menilai watak seseorang.

Pemuda yang hanya terdiam mengerjakan soal latihan. Mengingat ada Andika yang harus disusul olehnya. Untuk mengikat Fishya harus menginjak Andika bukan.

"Pecundang." Sapa Sony penuh senyuman, meletakkan permen karet yang telah dikunyah ke atas meja Virgo.

Tidak ada jawaban, sudah beberapa bulan. Tapi Virgo masih tetap diam, tidak mengatakan tentang keadaan perekonomian keluarganya yang sejatinya sama sekali tidak terpuruk. Mengurusi para penjilat ini bagaikan hal yang tidak penting untuknya.

"Virgo, apa orang tuamu sudah pulang? Aku mulai berfikir apa ibumu berakhir menjual diri di luar negeri?" Tanya Pino padanya.

Virgo sedikit melirik, tapi kembali fokus pada hal yang dipelajarinya. Beberapa bulan ini terlalu hening, Virgo yang ceria dan Virgo yang pendiam bagaikan dua karakter yang berbeda.

"Ayo kita lihat apa yang dipelajari oleh pecundang ini!" Ikbal merebut bukunya. Mengira yang dibaca oleh Virgo merupakan hal memalukan.

Tapi...buku sulit berbahasa inggris. Dengan beberapa soal yang tidak dimengerti olehnya sama sekali.

Virgo menatap dingin, kemudian merebutnya.

Cuh!

Bersamaan dengan itu Sony meludah di meja Virgo. Tapi anehnya kembali tidak ada reaksi. Pemuda yang hanya mengeluarkan tissue basah, kemudian mengelap mejanya kembali belajar.

Sony dan Ikbal melirik ke arah Pino yang mengepalkan tangannya memendam amarah."Putus dengan Fishya atau kamu akan tau akibatnya."

Bibir Virgo yang bergerak tanpa suara seperti membaca, terhenti beberapa puluh detik. Tapi hanya sesaat kembali membaca lagi.

Ikbal sedikit mendorong kepala Virgo."Bermain denganmu benar-benar membosankan."

Tiga orang yang kemudian melangkah pergi. Tidak menyadari satu hal, manusia memiliki batas kesabaran. Orang yang banyak bicara kondisi emosionalnya mudah ditebak. Tapi orang pendiam, menumpuk amarahnya sedikit demi sedikit.

"Bodoh..." Cibir Virgo, menatap tajam ke arah mereka. Namun sejenak tersenyum.

***

Suara mesin mobil terdengar, Sony dan Ikbal dari keluarga biasa. Tapi Pino, dari kalangan menengah keatas. Putra tunggal seorang pejabat.

Tiga orang pemuda yang melangkah turun dari mobil milik Pino. Mata semua orang tertuju pada mereka. Yang sampai di garis finish terlebih dahulu.

"Kalian hebat!"

"Selamat!"

"Keren."

Komentar dari beberapa orang yang mendekat terdengar.

"Kunci?" Pino menadahkan tangannya.

Kunci mobil milik seorang pemuda yang kalah balapan direbut paksa oleh Sony dan Ikbal. Memberikannya langsung pada Pino.

Itulah taruhannya yang kalah harus menyerahkan mobilnya.

"Kita party hari ini. Aku yang traktir!" Ucap Pino penuh semangat. Pada akhirnya dirinya menjadi pusat perhatian di semua tempat. Bukan Virgo yang telah jatuh miskin. Akan lebih sempurna jika Fishya menjadi miliknya kan.

Tapi.

Suara mesin mobil lain terdengar. Sebuah mobil box yang cukup besar. Mobil yang tiba-tiba berhenti kemudian membuka boxnya secara otomatis. Mobil tanpa plat, mungkin baru keluar dari showroom. Jenis Buggati Chiron, dengan warna silver kombinasi biru, terlihat begitu elegan.

Menarik perhatian semua orang Supercar dengan harga puluhan miliar rupiah benar-benar ada di hadapan mereka.

"Apa lombanya sudah berakhir?" Virgo turun dari mobil box.

"Virgo?" Pino mengernyitkan keningnya.

"Kamu ingin merebut Fishya bukan? Kalian sembarangan menuduh ibuku. Meludahi mejaku, bau urine kalian seperti bangkai. Ada banyak keluhan dariku. Mau selesaikan di arena balapan?" Tanya Virgo.

Pino, Sony dan Ikbal saling melirik. Selama ini Virgo hanya menonton, tidak pernah terlihat mengemudi secara langsung. Tidak akan mungkin menang melawan Pino. Lagipula mobil sport, siapa yang tidak menginginkannya.

Sama sekali tidak ada kemungkinan untuk kalah.

Karena itu...

"Kami setuju! Benar-benar pecundang rendahan yang tidak tau tinggi rendah." Cibir Sony.

"Pino, kalau menang kita liburan ke Singapura. Kita bawa Fishya sekalian. Lalu bersenang-senang dengannya." Ikbal tersenyum mengejek.

Pino menghela napas, menelan ludah mungkin Sony dan Ikbal tidak menyadari. Mobil yang digunakan Pino hanya Lamborghini Aventador yang dibelikan ayahnya secara second. Dengan harga sekitar 700 juta rupiah.

Tapi Buggati Chiron? Entah berapa harga mobil di hadapannya. Tapi sudah pasti diatas 49 miliar.

Virgo yang menatap Pino tertegun, kemudian melangkah mendekat. Sedikit berbisik di telinganya."Apa yang ada di otak kalian selama ini? Aku bangkrut? Sayangnya ini adalah hadiah dari orang tuaku, setelah mengetahui kemajuan nilai-nilaiku."

Kala Virgo menjauh Pino menelan ludahnya. Perusahaan yang dimiliki kedua orang tua Virgo terdapat di luar negeri. Jika pun ada di negara ini, itu hanya berupa perusahaan kelas menengah. Karena itu dirinya tidak mengetahui apapun. Tapi...putra mahkota manja ini ternyata tidak pernah jatuh bangkrut.

Virgo tersenyum menghina."Pino...apa kamu tau, wanita yang kamu cintai setiap hari menjerit di ranjangku. Bagaimana aku mengikatnya dengan rantai, bagaimana aku memandikannya dengan uang."

"Br*ngsek!" Teriak Pino menatap tajam padanya. Matanya kemudian sedikit melirik ke arah Sony dan Ikbal mereka tidak boleh tahu jika Virgo tidak bangkrut.

"Br*ngsek?" Virgo tertawa kecil."Kenapa kamu yang begitu baik tiba-tiba membenciku? Aku dapat meragukan ketulusan Sony dan Ikbal. Tapi aku tidak pernah meragukan ketulusanmu."

Pino mengepalkan tangannya, tertawa kecil."Bukankah sudah aku katakan. Aku menyukai Fishya, menunggunya untuk dibuang oleh Andika suatu saat nanti. Bertahun-tahun aku memendam perasaan padanya."

"Pernahkah kamu mencoba mendekatinya?" Tanya Virgo tidak mengerti dengan jalan fikiran orang ini.

"A...aku berada di kantin yang sama dengannya. Sesekali aku menyapanya. Bahkan fotonya aku mempunyai banyak. Tapi apa hakmu merebutnya dariku!" Teriak Pino.

"Kenapa membenciku? Kenapa tidak membenci Andika?" Itulah hal yang tidak masuk akal baginya.

Pino tersenyum."Andika lebih sempurna dariku! Dia pintar, bintang basket. Begitu sempurna hingga aku tidak bisa membenci jika dia berakhir bersama Fishya."

"Tapi kamu!" Pino menunjuk ke arah Virgo."Hanya manusia rendah, yang tidak memiliki otak, bahkan tidak sempurna sama sekali. Bagaimana orang lembek sepertimu dapat disukai Fishya? Aku tidak bisa menerimanya! Fishya bersama orang yang bahkan lebih rendah dariku!" Teriaknya.

Virgo tertegun sesaat kemudian kembali tersenyum."Pada awalnya aku kira karena aku adalah temanmu. Lebih menyakitkan untuk bersama wanita yang kamu sukai. Tapi karena kamu memandangku rendah?"

Virgo menghela napas, kemudian berucap."Ayo kita pergi ke neraka."

"Kamu hanya anj*ng penjilat yang menghambur-hamburkan uang tidak lebih." Pino memasuki mobilnya bersama Sony dan Ikbal. Tiga orang yang begitu percaya diri menatap penuh hina.

Tapi, satu hal yang tidak mereka ketahui. Ada alasan tersendiri mengapa Virgo selalu diawasi. Saat usia dini pemuda itu hanya bermain-main. Bahkan kerap mengikuti latihan balap. Mengikuti beberapa kompetisi di usia 16 tahun. Walaupun segalanya terhenti karena sebuah kecelakaan.

Orang tua yang tidak punya waktu, tapi begitu protektif. Tidak ingin putra mereka mengemudikan mobil balap lagi.

Kali ini anak lembek ini akan berada di kursi pengemudi lagi.