Dendam pada adik tirinya dan penghianatan istrinya membuat Zayn menggila.
Dia bahkan dengan tega memerkosa Gia yang tak lain kekasih dari adik tirinya.
Demi membalas sang adik, Zayn pun menikahi Gia, karena. Gia pun tengah mengandung anaknya. Namun, Zayn bukan benar-benar bertanggung jawab karena nyatanya Zayn hanya menjadikan Gia sebagai sebagai istri kontraknya demi melihat adik tirinya menderita.
"Tanda tangani ini. Besok kau akan resmi menjadi istri kontrak ku!" ucap Zayn dengan angkuhnya.
"Tidak! sampai kapan pun aku takan pernah menandatangani perjanjian bodoh ini. Kau tidak perlu khawatir, aku akan menjaga anak ini dengan baik walau tanpamu!" Teriak Gia penuh emosi.
"Cih, kau pikir aku menikahimu karena ingin bertanggung jawab dengan anak itu. Jangan bermimpi! aku sama sekali tak perduli dengan mu atau anakmu. Cepat tanda tangani ini ... Jika kau menolak akan ku hancurkan kekasihmu." Zayn tersenyum penuh kemenangan saat melihat wajah Gia berubah pucat saat dirinya mengancam akan menghancurkan Zidan.
Season 2
Zidan with Audrey.
Audrey Khail.
Orang menyebutnya si penantang maut. Tak ada rasa takut di diri seorang Audrey, beberapa kali hampir meregang nyawa karena pekerjaannya tak membuat Audrey gentar. Hidupnya berubah kala ia di tugaskan mengawasi seorang Zidan Smith.
Ada yang Audrey sembunyikan, dan mungkin itu salah satu kelemahan Audrey.
"Audrey, apa dia miliku?" Tanya Zidan dengan bibir bergetar. Tubuhnya mendadak lemas, jiwanya seolah direbut paksa dari raganya.
"Tutup mulutmu! Aku akan membunuhmu, jika kau berani menampakan dirimu lagi di hadapanku!" Sekuat tenaga, Audrey menahan dirinya agar tak menghajar Zidan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi kim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34
Setelah keluar dari kamar Gia, Zidan menghirup oksigen sebanyak-banyaknya. Zidan terbiasa hidup pahit sedari kecil, ia terbiasa mengendalikan diri dan emosinya.
Walau emosinya masih di ubun-ubun, Zidan berusaha berjalan dengan tenang. Ia keluar dari hotel untuk mencari hotel lain.
°°°
Setelah menemukan hotel yang tak jauh dari hotel yang di tempari Zayn dan Gia tadi. Zidan pun berjalan dengan gontai ke kamarnya.
Saat sampai di kamar, Zidan langsung berjalan kearah ranjang. Ia bukan duduk atau berbaring di ranjang, ia malah terduduk di lantai. Zidan menyenderkan punggungnya di pinggir ranjang, ia menekuk lututnya dan menyembunyikan wajahnya diantara kedua kakinya. Tangis yang sedari ia tahan akhirnya pecah.
Zidan menangis bukan karena lemah, ia adalah pria yang kuat. Sedari kecil, ia sudah terbiasa menerima semua kesakitan. Menerima kebencian dari kaka dan ayahnya. Diasingkan ketika dia dewasa, tak ada yang menyambut kedatangannya selain Sonya. Tak ada yang merindukannya ketika dia pergi, bahkan dia tak yakin Sonya merindukannya.
Tak ada yang mengharapkan kehadirannya. Ia melalui semuanya dengan tersenyum, ia memendam semuanya sendiri. Ia, hanya ingin di anggap, ia hanya ingin kaka dan ayahnya tersenyum padanya.
semua terasa pahit bagi Zidan, hidupnya kembali berwarna saat Gia datang kedalam kehidupannya, mengisi hatinya dan bahkan ia berani melawan Zayn saat Gia hadir kedalam hidupnya.
Tapi kini, semua warna dalam hidupnya hilang kembali, warna gelap itu kembali menyapa hidupnya. Kaka tirinya yang selama ini ia sayangi sukses membuatnya hancur berkeping-keping.
Semua tak lagi sama, bisakah dia tetap bertahan melewati hari suram.
Setelah puas menangis, Zidan mengangkat kepalanya, ia melihat telapak tangan yang baru saja ia pakai untuk menampar Gia.
"Apa kau masuk kedalam hidupku untuk membantu Zayn menyitiku, Gia," lirih Zidan. Kemudian ia tersenyum getir saat mengingat saat pertama kali Gia menjadi sekretaris Zidan dan itu adalah perintah Zayn.
Zidan merasa bahwa Zayn dan Gia sengaja menghancurkan dirinya. Ingin ia tak percaya dengan apa yang di katakan Zayn. Tapi, melihat Gia yang tertidur nyaman di dekat Zayn sampai pakaian tipis yang Gia pakai saat kehadirannya sudah menjelaskan apa yang terjadi antara Zayn dan Gia.
Zidan hanya memercayai apa yang dia lihat. Tanpa sadar, dia telah melukai Gia yang tak tau apa-apa, tapi harus terseret diantara dirinya dan Zayn.
°°°
Mendengar Gia yang hampir meregang nyawa karena dirinya Zayn terdiam, ia diam terpaku. Rasa iba menelusup ruang hatinya. Namun tak lama dia menggeleng. "Memangnya apa urusannya denganku." Jiwa iblis Zayn kembali muncul. Ia, menyingkirkan rasa ibanya. Tujuannya sudah tercapai. Jadi, dia tak mau memikirkan hal lain.
"Zayn!" teriak Mark saat Zayn malah mengucapkan hal yang tak sepantasnya.
"Mark, kau ditugaskan untuk membersihkan kekacauan yang aku lakukan, bukan? Maka, Lakukan seperti biasa, semoga kau tak lupa bagaimana dulu keluargaku menolong keluargamu," jawab Zayn saat mendengar Mark berteriak.
Mark terdiam, dia menghela napas sedalam dalamnya, menertralkan amarah yang bergemuruh dalam dada. Ia, sadar, takan ada gunanya berdebat dengan Zayn.
Ia pun lebih memilih keluar dari kamar dengan membanting pintu. Mark memutuskan untuk menyusul Gia yang sudah pergi ke rumah sakit. Melihat Gia, mengingatkannya pada adiknya yang juga mengalami hal yang Gia alami.