Tidak pernah terbayangkan sebelumnya oleh
seorang Evanindhia Sashikirana..bahwa pengkhianatan yang di lakukan oleh kekasih nya bersama adiknya sendiri telah memaksa dirinya
untuk menjauh dari hingar bingar kehidupan
glamor kota metropolitan.
Dia memutuskan untuk mengisolasi dirinya ke
sebuah kota kecil yang ternyata keadaan di dalam
nya sangat lah di luar dugaan. Kehidupan liar dan
ekstrim harus dia lalui di sana yang bahkan tidak
pernah terlintas sedikitpun kalau dia akan masuk
dan mengalaminya sendiri.
Dia adalah seorang gadis kota dengan segala
pesona luar biasa yang di milikinya hingga di
setiap kemunculannya akan langsung menyihir
dan membius mata semua orang yang selama
hidupnya belum pernah melihat mahluk cantik
seperti dirinya.
Bagaimanakah Kiran akan dapat menjalani
kehidupan liar nya di kota kecil yang tidak di
kenal nya sama sekali.? Akankah dia menyesali
semua keputusan nya yang telah membawa
dirinya ke dalam kesulitan.??
** Ambilah hikmah yang terkandung di balik
setiap peristiwa **
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shan Syeera, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34. Teh Hijau
\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*
Kiran mengalah dan tahu diri, dia segera menarik
pandangannya, kembali menundukkan kepala.
Tata tampak bingung, tidak tahu harus berbuat
apa, dia sudah bisa menebak semua situasi ini.
"Sekali lagi maafkan kelancangan saya Nyonya
dan terimakasih telah mengijinkan kami untuk menginap di tempat yang sangat indah ini."
Lirih Kiran seraya kembali membungkukan
badannya. Nyonya Ambar melirik sekilas
lalu kembali memalingkan wajahnya.
"Saya permisi Nyonya.. Assalamualaikum.."
"Pastikan tidak ada barang mu yang tertinggal
ataupun barang yang terbawa.!"
Kiran tidak jadi melangkah, dia kembali melirik
kearah Nyonya Ambar. Hatinya mulai di liputi
oleh kekesalan, apakah semua orang besar
harus bersikap se arogan ini.?
"Kalau anda mau silahkan geledah tas saya
untuk memastikan semuanya."
Mata Nyonya Ambar tampak mengerjap.Raut
mukanya berubah keras cenderung dingin.
"Kalau begitu periksa tasnya..!"
Titah nya pada Tata yang langsung terkejut.
Kiran pun tidak kalah terkejut nya. Ya Tuhan..
jadi dia di samakan dengan maling.? Kiran
berharap Agra melupakan niatnya untuk datang
dan menyusulnya ke tempat ini. Kalau tidak
dia tidak bisa membayangkan reaksi apa yang
akan di perlihatkan oleh suaminya itu.
"Tapi Nyonya..saya sendiri yang mengurus
Nona Kiran semalam.!"
"Jangan membantahku.! cepat periksa tas nya.!"
Dengus Nyonya Ambar. Tata menatap ragu
kearah Kiran yang hanya bisa tersenyum tipis
kearah Tata lalu mengangguk menyerahkan
tas nya.
"Periksalah..tidak apa-apa.."
"Maafkan saya Nona."
Sahut Tata sambil kemudian mulai membuka
tas milik Kiran yang di taruh di atas meja. Sudut
mata nyonya Ambar tampak memperhatikan
apa yang di lakukan oleh pelayan pribadinya itu.
Tata mengeluarkan semua isi tas tersebut
kemudian di simpan di hadapan Nyonya Ambar.
Tatapan Nyonya Ambar langsung menyapu
semua benda yang ada di hadapannya itu
dan berakhir di sebuah benda perak berkilau
yang hampir tersembunyi di balik tumpukan
benda lainnya. Tangan wanita sepuh itu meraih
benda yang berupa kalung perak tersebut.
Kiran terkesiap, tubuh nya bereaksi seketika.
Dia segera mendekat kearah Nyonya Ambar
yang sedang mengamati kalung itu dengan
seksama, matanya tampak memicing sedikit.
Perlahan dia membuka bandul kecil berbentuk
hati yang ada di ujung kalung itu.
Matanya tampak melebar saat dia melihat
kode unik yang tertera di dalamnya dengan
ukiran bunga sakura yang masih nampak
jelas karena terawat dengan sangat baik.
"Mohon maaf nyonya..bisa anda kembalikan
barang itu pada saya.?"
Kiran mengulurkan tangannya dengan sikap
yang sangat sopan ke hadapan Nyonya Ambar.
Namun Tata beserta para pelayan justru terkejut
melihat sikap berani Kiran. Mereka terlihat
was-was dan menggeleng lemah.
Nyonya Ambar melirik tajam kearah Kiran,
menatap wajah cantik gadis itu.
"Buatkan aku racikan teh hijau yang enak.!"
Titahnya sambil kembali fokus pada kalung
rantai perak cantik di tangannya. Kiran tampak
menautkan alisnya bingung.
"Apa yang Nyonya inginkan sebenarnya.?"
Sikap asli seorang Kiran yang keras kepala
akhirnya keluar. Senyum tipis terukir di sudut
bibir wanita tua itu.
"Seberapa penting benda murahan ini bagi
dirimu.? ini hanya kalung tidak berharga.!"
"Bagi Nyonya mungkin itu tidak berharga,
tapi bagi saya kalung itu memiliki nilai
historis tersendiri."
"Kalau begitu kau harus membayar nya.!
buatkan aku teh hijau sekarang juga.!"
"Bukan kah barang itu tidak ada artinya bagi
anda, lalu kenapa saya harus membayarnya.?
itu sangat tidak masuk akal.!"
Ujar Kiran mengeluarkan unek-uneknya.Tata
dan para pelayan kembali terkejut dengan
sikap dan perkataan Kiran, mereka semakin merasakan kecemasan dan ketegangan.
"Aku hanya ingin melihat seberapa penting
nya benda ini untuk mu Nona.!"
"Saya mohon dengan sangat Nyonya, tolong
kembalikan kalung itu pada saya.."
"Lakukan apa yang aku perintahkan barusan.!
apa susahnya bagi kamu.! atau jangan-jangan
kamu tidak bisa membuat nya.."
"Tentu saja saya bisa !"
Debat Kiran dengan suara yang sedikit tinggi
membuat senyum sinis tersungging di bibir
wanita tua itu.
"Kalau begitu buktikan sekarang juga.!"
Ketus Nyonya Ambar acuh. Dia menyimpan
kalung dalam genggamannya. Kiran menatap
wajah Nyonya Ambar mencoba menahan rasa
kesal yang kini mulai merambat naik.
"Apalagi yang kau tunggu Nona Mahesa?"
Kiran tersentak, dia menghembuskan napas
nya perlahan kemudian beranjak ke meja sebelah
dimana di sana terdapat teko cantik dan semua
perlengkapan minuman.
Nyonya Ambar melanjutkan acara sarapan nya
dengan menikmati sebuah hidangan tradisional
kesukaan nya. Tapi sudut matanya sesekali
melihat kearah Kiran yang sedang berkutat
dengan kegiatan meracik teh hijau nya.
Tata masih menahan napasnya, perasaannya
saat ini di penuhi oleh ketegangan. Sebenarnya
apa yang di inginkan oleh Nyonya Besarnya.?
Tidak lama Kiran sudah kembali membawa
secangkir teh racikan nya. Dia menghidangkan
nya di depan nyonya Ambar.
"Duduklah..!"
Titah Nyonya Ambar dengan enteng nya. Kiran
menatap ragu, dia melirik kearah Tata yang
juga sama ragu nya.
"Pendengaran mu masih berfungsi kan.?"
Kiran segera duduk di hadapan Nyonya Ambar
setelah Tata menarik kursi untuknya. Dia meraih
tas di simpan di pangkuan nya.
"Perbaiki cara duduk mu, sebagai seorang
wanita berkelas semua yang kau lakukan akan
selalu menjadi sorotan.!"
Alis Kiran kembali bertaut, tapi akhirnya dia
segera memperbaiki cara duduknya menjadi
lebih tegak namun tetap terlihat anggun dan
luwes. Nyonya Ambar menatapnya sambil
mengulas senyum tak terlihat.
"Apa sekarang saya sudah bisa mengambil
barang nya Nyonya, mohon maaf sebenarnya
saya sedang buru-buru saat ini."
Lirih Kiran kembali bersikap sesopan mungkin.
Nyonya Ambar mulai meraih cangkir teh yang
tadi di hadapan nya. Kiran, Tata dan semua
pelayan seolah menahan napas karena tegang.
Nyonya Ambar mulai menyeruput teh itu dengan
perlahan dan gaya yang sangat apik. Dia mencoba menikmati rasa teh nya membuat semua orang
kembali menahan napas. Kiran menatap cemas
kearah Nyonya Ambar berharap mendapatkan
sambutan yang baik. Ada binar kekaguman yang sempat tersirat dari mata nenek itu tapi kemudian
dia bangkit berdiri.
"Pastikan nanti malam dia kembali menginap
di sini kalau ingin mendapatkan barang nya
kembali.! ujiannya belum selesai.!"
Ucapnya santai sambil kemudian melangkah
acuh di dampingi dua orang pelayan pribadinya.
What ?? apa-apaan ini.? mata Kiran hanya bisa melongo melihat sikap aneh Nyonya Ambar.. seenaknya saja dia memaksakan kehendaknya ! benar-benar mirip sekali dengan Agra.!
Lahh..kenapa jadi membawa-bawa nama Agra !
Kenal juga tidak suaminya dengan nenek itu.!
"Nona.. malam ini anda harus menginap lagi
di sini agar besok pagi bisa menemui Nyonya
Besar kembali."
"Saya akan datang besok pagi saja, tidak perlu
menginap segala ! "
"Tapi Nyonya Besar menyuruh anda untuk
kembali menginap Nona dan itu tidak bisa
di bantah.!"
"Terimakasih sebelumnya Tata, tapi sepertinya
menginap lagi di rumah ini bukanlah sesuatu
yang patut untuk saya lakukan.!"
"Nyonya Besar akan tahu kalau anda tidak
datang untuk menginap, anda akan semakin
kesulitan mendapatkan barang nya kembali."
Terang Tata membuat Kiran menutup wajah
nya di penuhi rasa kesal. Uhh..ada-ada saja !
Kiran beranjak, dia harus segera keluar dari
tempat ini, Agra pasti sudah menunggu nya.
Untung saja suaminya itu tidak ikut datang
menemui nenek tua aneh itu.!
------ ------
Hari ini Kiran dengan keras kepala tetap masuk
kantor walaupun Agra melarangnya. Semula
Agra akan mengantar nya ke rumah orang tua
nya tapi ternyata Kiran memaksa pergi ke kantor
karena ada banyak hal yang harus dia lakukan.
Saat ini mereka berdua sudah ada di dalam
ruang kerja Tuan Zein. Lagi-lagi Lia dan Sari
di buat terkejut dengan kemunculan Agra
yang datang menemani Kiran. Sebenarnya
siapa pria dingin ini bagi seorang Kiran.?
bukankah calon suami putri bos mereka itu
adalah CEO nya Global Company ?
"Ini laporan yang anda minta kemarin Bu."
Lia menyimpan sebuah dokumen penting dari
departemen keuangan yang di minta Kiran.
"Terimakasih Lia, kau boleh keluar."
Lia segera membungkuk kemudian berlalu
keluar dari ruangan dengan tidak lupa mencuri
pandang kearah Agra yang sedang duduk santai
di sofa sambil memainkan ponsel nya. Dunia
sudah benar-benar terbalik, wanita sibuk kerja
eehh pria nya malah bersantai ria sambil
ongkang kaki.
"Ini memang ada yang tidak beres.! "
Gumam Kiran sambil mengamati dokumen
yang ada di tangannya. Agra melirik kearah Kiran.
Dia beranjak dari duduknya menghampiri Kiran
lalu melihat apa yang sedang di lihat oleh istri
nya itu. Agra segera mengambil berkas itu lalu
melihatnya dengan seksama.
"Apa kau menemukan sesuatu seperti aku.?"
Tanya Kiran yang kini fokus pada laporan lain
nya masih dari bagian keuangan.
"Siapa akuntan nya ?"
"Aku tidak begitu mengenalnya.."
"Ini harus segera di bereskan, kebocoran ini
sudah terlalu lama di biarkan.! sepertinya
ayah mu terlalu percaya pada orang ini.!"
"Tapi ini sepertinya akan cukup sulit, mereka
sudah mempersiapkan segala kemungkinan
yang bisa saja terjadi.!"
"Itu bukan masalah buatku, kita akan membuat
kejutan manis untuk mereka.!"
"Apa maksudmu.? ini tidak semudah mengurus
masalah keuangan perkebunan Agra.."
Agra hanya tersenyum tipis, menatap wajah
Kiran yang terlihat gusar campur kesal.
"Apa kau meragukan kemampuan ku.?"
"Aku tidak ragu padamu.. tapi sepertinya mereka sudah sangat lihai untuk memanipulasi semua
data realnya Agra..kita tidak punya bukti untuk menjeratnya.!"
Kiran menjatuhkan berkas-berkas tadi di atas
meja kemudian mengurut pelipis nya. Agra
segera meraih tubuh Kiran ke dalam pangkuan
nya membuat Kiran membulatkan matanya.
"Hei..Agra..apa-apaan kau ini.! turunkan aku."
Agra membawa Kiran ke ruangan sebelah yang
biasa di gunakan sebagai tempat istirahat. Dia membaringkan tubuh Kiran dengan hati-hati di
atas sofa besar, lalu mengganjal punggungnya
dengan bantal supaya nyaman bersandar.
"Agra..apa yang kau lakukan.? aku masih
banyak pekerjaan yang harus di selesaikan."
Kiran hanya bisa bengong melihat apa yang
di lakukan oleh suaminya itu. Keduanya kini
saling pandang kuat.
"Apa kau percaya padaku.?"
Kiran terdiam, mata mereka saling menatap.
"Serahkan semuanya padaku. Saat ini kau harus istirahat untuk memulihkan kondisi tubuh mu.
Biarkan aku yang akan menangani semua
masalah penyelewengan dana ini.!"
Kiran hanya bisa bengong menatap Agra sedikit
ragu. Tapi kemudian dia meraup wajah tampan
Agra, menatapnya dalam .
"Ini masalah perusahaan ayahku, aku tidak ingin melibatkan mu Agra..!"
"Ingat, aku di sini untuk menjadi pengawalmu.
Dan itu berlaku untuk semua hal, termasuk
pekerjaan.!"
Kiran terdiam, saat ini dia memang merasakan
kepalanya sedikit pusing, dia juga mengantuk.
"Baiklah kalau kau memang bisa..lakukan lah."
Lirih Kiran sambil melepaskan jemarinya dari
wajah Agra. Dia merebahkan tubuhnya sedikit
ke belakang. Giliran tangan Agra yang kini
mengelus lembut wajah Kiran.
"Hari ini juga aku akan membereskan semua
masalah keuangan di perusahaan ini. Aku ada
kenalan yang ahli menangani masalah seperti
ini, dia bisa bekerja dengan cepat dan akurat.!"
Ucapnya sambil kemudian mengecup lembut
bibir Kiran yang langsung tersipu malu.
"Tidurlah.. serahkan semua nya padaku."
Agra mengelus lembut kepala Kiran kemudian beranjak ke arah meja kerja, meraih laptop dan dokumen yang tadi di periksa oleh Kiran.Setelah
itu kembali ke sofa di mana Kiran berada, duduk
di sebrang nya, jadi dia masih bisa mengawasi
Kiran, dan mulai lah Agra bekerja sementara
Kiran memejamkan matanya, entah kenapa
tiba-tiba saja dia terserang kantuk padahal ini
adalah jam kerja.
Beberapa saat kemudian Agra beranjak ke
sudut ruangan yang berjendela besar. Dia
melakukan panggilan telepon lalu berbicara
dengan seseorang.
"Pastikan sebelum malam semua laporannya
sudah harus kau dapatkan.!"
Titah Agra dengan suara yang sangat dingin.
Sudut matanya melihat kearah Kiran yang masih
tampak memejamkan matanya dengan tenang.
"Baiklah..aku tunggu hasilnya !"
Agra mengakhiri pembicaraan nya. Dia sedikit
tersentak ketika pintu ruangan tiba-tiba saja
terbuka. Dengan segera dia memperbaiki
tampilannya, memakai kembali topi nya.
Ke dalam ruangan muncul Lia yang berdebat
dengan seorang gadis cantik bertubuh tinggi
semampai dengan dress mini yang melekat
erat di tubuh proporsional nya, tampak seksi
dan sangat menarik.
"Aku ingatkan padamu ya Lia.. jangan sok
mengaturku.!"
"Tapi Nona Dhita..."
Ucapan Lia menggantung saat melihat bos
cantiknya itu sedang bersandar manja di sofa
dengan mata yang terpejam rapat.
Mata gadis cantik tadi langsung bertabrakan
dengan mata elang Agra yang sedang berdiri
santai di dekat jendela dengan kedua kaki
menyilang dan punggung yang bersandar ke
dinding ruangan. Nampak santai dan tenang.
Untuk beberapa saat mata gadis itu yang tiada
lain adalah Aryella tampak tidak bisa berkedip.
Dia terpana melihat keberadaan pria maskulin
itu di ruangan ini. Namun tidak lama dia sadar
dari keterpesonaan nya. Agra masih berdiri
pada posisi yang sama, menatap datar kearah
Aryella yang kini mendekat padanya.
Sementara Lia masih berdiri di tempatnya
sambil menatap sedikit kesal kearah Aryella.
"Siapa kau.. kenapa bisa ada di ruang kerja
ayah ku.? "
Tanya Aryella yang kini sudah berdiri di depan
Agra yang menegakkan badannya. Keduanya
saling pandang, jantung Aryella serasa di tabrak
sesuatu saat melihat jelas bagaimana tampan
nya pria ini, hatinya bergetar seketika .
"Aku.. suami kakak mu.!"
Jawab Agra santai sambil kemudian beranjak
dari hadapan Aryella yang membulatkan mata
nya tidak percaya, suaminya Kiran.? Ohh No..!
apa dia adalah suami dadakannya Kiran.?
Aryella memutar badannya melangkah kearah
sofa. Saat ini Agra sudah kembali duduk di sofa
menghadap laptop meneruskan pekerjaannya
membuat Lia menatapnya tidak percaya.
"Lia.. apalagi yang kamu tunggu.? keluar.!"
Ketus Aryella seraya mengibaskan tangannya.
Lia mengangguk kemudian berlalu keluar dari
ruangan. Aryella duduk anggun tumpang kaki
di sofa yang ada di sebelah Agra. Paha putih
mulusnya kini terpampang nyata di depan
mata Agra, tampak begitu menggoda, tatapan
nya mengunci sosok gagah Agra yang tengah
fokus pada laptopnya tidak terganggu dengan
apa yang ada di sebelahnya.
"Apa benar kau suaminya kak Kiran..? atau
kamu hanya salah satu pria simpanan nya.?"
Tanya Aryella mencoba meyakinkan diri. Agra
menghentikan aktifitas nya, menatap sebentar
kearah Kiran yang terlihat mulai terjaga dari
tidurnya.
"Kau bisa bertanya langsung padanya.!"
Jawab Agra acuh cenderung dingin membuat
Aryella semakin penasaran pada laki-laki ini.
Agra kembali pada kesibukannya.
"Kalian menikah dadakan bukan.? apa itu bisa
di sebut sebagai pernikahan.?"
Ujar Aryella, tatapannya tidak lepas dari wajah
tampan Agra yang semakin lama di lihat semakin membuat hatinya berdebar tidak menentu, pria
ini begitu memikat, dia memiliki daya tarik
seksual luar biasa yang mampu membuat
tubuh Aryella memanas seketika.
Agra melirik kearah Aryella, menatapnya tajam
membuat tubuh gadis itu langsung panas dingin
dan merasakan getaran hebat yang merambat
ke seluruh aliran darahnya. Gila.! tatapannya
saja membuat tubuh Aryella bereaksi erotis.
"Bagaimana pun awal kejadiannya.. kenyataan
nya aku adalah kakak ipar mu Nona Aryella..!"
Tegas Agra dengan suara yang sangat berat.
Wajah Aryella memerah. Dia melirik kearah
Kiran yang terlihat membuka matanya.
"Baiklah..tapi aku yakin pernikahan ini hanya
lah sebuah fatamorgana bagi kalian, karena
sebentar lagi dia akan di tarik laki-laki lain.!"
"Aryella..kamu di sini.?"
Agra melihat kearah Kiran yang saat ini sedang
menatap tajam wajah Aryella, sementara mata
gadis itu tidak terlepas dari sosok Agra..
\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*
TBC.....