Secret Wedding

Di Jakarta, tepat di kediaman orang tua Zara. Zeni dan suaminya begitu senang saat mendapatkan undangan dari menantunya.

Walaupun satu Minggu lagi, tapi zeni sudah bersiap lebih dulu.

Tama hanya menggelengkan kepalanya, bagaimana antusiasnya istrinya untuk pergi ke Turki.

Zara sejak menikah belum ada pulang. Ia berharap putrinya sudah hamil karena sudah tidak sabar untuk menimang cucunya.

Zeni melihat dari jendela, hampir satu Minggu ini ia sering melihat orang seakan sedang mengawasi rumahnya.

Namun, wanita itu tidak berani memberi tahu suaminya.

"Semoga orang salah alamat," kata Zeni kembali mengunci pintu dan jendela.

Saat sedang di dapur, terdengar bel rumahnya berbunyi. Mendengar itu ada rasa ragu untuk melihatnya.

Zeni mengintip dari gorden. Mana pembantunya sedang pulang kampung.

Zeni yang penasaran akhirnya membuka pintu, tidak lama pria itu membalikkan badannya.

Zeni begitu terkejut melihat siapa yang kini berdiri di depannya.

"Mike."

"Halo, Bun. Apa kabar?" tanya Mike ramah.

"Ka-kamu mau apa?"

"Bun, Zara ada?" tanya Mike pura-pura tidak tahu.

"Zara sudah ikut suaminya."

"Suami, siapa yang mengantikanku, Bun."

Zeni menatap pria di depannya itu.

"Masuklah, kita bicarakan di dalam." 

Mike mengangguk, pria itu tersenyum tipis. Melihat Zeni seperti melihat Zara hanya umur saja yang membedakannya.

Mike duduk di sofa yang berada di ruang tamu, tidak lama Zeni mengambil minum untuk mantan calon menantunya itu.

"Ayah, mana, Bun?" tanya Mike .

"Suamiku kerja, apa maumu setelah membuat kekacauan itu, Mike."

"Aku hanya minta maaf, Bun."

Zeni menarik napas panjang, wanita itu akhirnya mengangguk dan berkata," pergilah."

"Bunda mengusirku."

"Mike kita sudah tidak ada hubungan apa-apa, kamu juga tidak jadi menantu di keluarga ini."

"Lalu siapa menantunya sekarang, Bun. Siapa , Ha?" 

Zeni mundur, ia tidak menyangka kalau Mike membentaknya tiba-tiba Mike mencengkram rahang Zeni dengan tatapan tajam." Jawab siapa yang sudah mengantikanku?"

Zeni mengelengkan kepalanya, hal itu membuat Mike semakin murka. Dihempaskan tubuh zeni ke sofa, pria itu gelap mata.

Rasa hormatnya pada Zeni menguap begitu saja, digantikan emosi karena wanita itu tidak mau mengatakan siapa suami Zara sekarang.

Tubuh Zeni membentur meja ruang tamu, keningnya terasa perih.

"Mike, pergi!"usir Zeni menatap pria itu segera tatapan kecewa.

Mike bukannya pergi, ia menari baju Zeni. Namun, sayangnya tarikannya terlalu kuat. Hingga baju wanita itu kini terbuka dan menampakkan dua bukit kembarnya yang masih tertutup cup warna hitam.

Mata Mike begitu takjub melihat dua benda kenyal itu, Zeni dengan cepat menutupnya.

Namun, Mike langsung mengukung wanita yang seharusnya menjadi mertuanya itu.

Zeni begitu terkejut, saat tiba-tiba Mike mencium bibirnya dengan kasar .

Zeni memberontak, tapi tenaganya tidak sebanding dengan Mike. Wanita itu menatap kosong langit-langit ruang tamu saya Mike menikmati tubuhnya. 

Sungguh biadab pria itu, setelah melakukan itu. Mike memanggil anak buahnya dan lagi-lagi Zeni digilir anak buah Mike.

"Tuan sepertinya wanita itu pingsan."

"Tuan sepertinya sudah meninggal,"  seru anak buah Mike yang lain.

"Bereskan kekacauan ini, setelah itu buat wanita itu seakan-akan bunuh diri." Mike mengusap wajahnya dengan kasar.

Setelah itu pergi dari rumah Pertama.

Di kantor milik Tama, pria itu begitu gelisah. Entah kenapa perasaannya tidak enak. 

Setelah selesai meeting, pria itu menghubungi istrinya, ia ingat Zeni akan membeli kebutuhan selama satu Minggu karena bibi sedang pulang kampung.