NovelToon NovelToon
Gadis Belia Istri CEO Duda

Gadis Belia Istri CEO Duda

Status: tamat
Genre:Nikahmuda / Duda / CEO / Percintaan Konglomerat / Tamat
Popularitas:16M
Nilai: 4.5
Nama Author: Dhessy

Yang kemarin nungguin Gilang, ada di sini tempatnya. 🥰🥰

♥️♥️♥️

Banyak wanita yang menginginkannya. Tapi mengapa harus jatuh pada Belva yang masih belia?

Usianya dua puluh sembilan tahun dan berstatus duda. Tapi memiliki seorang istri yang usianya sepuluh tahun lebih muda darinya.

Gadis yang belum lama lulus sekolah menengah atas. Dia lebih memilih menjadi seorang istri ketimbang mengenyam pendidikan lebih tinggi lagi.

Redynka Belva Inara.

Gadis cantik keturunan Belanda itu lebih memilih menikah daripada harus bermain-main seperti kebanyakan gadis seusianya.

Namun sayang, cintanya ditolak oleh Gilang. Tapi Belva tak berhenti untuk berjuang agar dirinya bisa dinikahi oleh Gilang.

Sayangnya, Gilang yang masih sulit untuk membuka hati untuk orang lain hanya memberikan status istri saja untuk Belva tanpa menjadikan Belva istri yang seutuhnya. Memperistri Belva pun sebenarnya tak akan Gilang lakukan jika tidak dalam keadaan terpaksa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dhessy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 34

"Aku kayak ABG diajak check in sama om-om nggak, sih, Kak?"

Ucapan Belva dihadiahi tatapan yang sedikit tersinggung dari Gilang. "Kok, gitu ngomongnya? Emang kakak keliatan tua banget, ya?"

Belva terkekeh geli. "Bercanda, kok. Kalau boleh jujur nih, ya. Kakak itu wajahnya masih kayak umur dua puluh limaan. Tapi kalau umurnya tua ya tetap tua."

"Gitu amat, Bel."

Belva tertawa lagi. Usil sekali Belva. Selalu saja menyinggung perihal umur Gilang yang sepuluh tahun lebih tua dari dirinya.

"Bercanda, Kakak. Uuhhh..." Bibir Belva mengecup pipi Gilang sekilas. Lalu kembali berbaring di atas kasur dan bergelung dengan selimut.

Sedang di pegunungan, sedang hujan deras pula. Suasana begitu mendukung untuk terus berada di bawah selimut.

Tak ingin membuang waktu, Gilang segera menyusul Belva masuk ke dalam selimut. Dia peluk tubuh mungil Belva dengan begitu erat.

Sekali lagi, Gilang tak ingin terburu-buru. Gilang lebih memilih untuk mengulur waktu sambil memberi sedikit pemanasan dengan menyentuh titik-titik tertentu yang terkadang mampu membuat Belva melenguh pelan.

Suara lenguhannya begitu candu untuk Gilang. Ingin segera ke acara inti tapi Gilang harus bersabar sebentar. Jangan terburu-buru. Takut gagal lagi.

"Aku percaya sama Kak Gilang."

"Maksudnya?"

"Lakukan apa yang harus dilakukan untuk mendapatkan hak kakak sebagai suami."

"Kamu siap? Secepat itu?"

"Aku nggak akan pernah siap kalau nggak mau mencobanya, Kak. Karena memang seperti ini yang harus dilalui terlebih dahulu, kan? Katanya nanti kalau udah bakalan enak. Aku juga pengen tahu enaknya kayak gimana."

Gilang tertawa renyah. "Kakak harap kamu bakalan ketagihan sama enaknya, Sayang."

"let's try."

Dua kata, namun sanggup membangkitkan ga*rah yang ada di dalam tubuh Gilang.

Gilang bergerak perlahan. Membuat Belva merasa senyaman mungkin dengan apa yang Gilang lakukan.

"Rileks, Sayang."

"Sakit, Kak."

"Cuma sebentar. Tahan sebentar, Sayang."

Dan akhirnya, setelah melalui fase paling menyakitkan bagi Belva, Belva bisa merasakan apa enaknya dari aktivitas mereka malam ini.

Hujan deras menjadi saksi saat Gilang dan Belva menyatu. Menyalurkan rasa cinta dan rindu lewat pertemuan dua kulit tanpa penghalang apapun.

"Ciyee yang udah nggak pera*an."

"Kakak, ih."

"Kenapa, Sayang? Mau lagi?"

"Ini aja masih sakit."

Gilang tertawa keras. Lalu kembali memeluk tubuh Belva yang berkeringat usai aktivitas mereka malam ini.

Bibir Gilang mengecup kening Belva, lekat dan cukup lama. "Terimakasih sudah menjadikan kakak yang pertama, Sayang," ujar Gilang.

"Kakak yang pertama. Dan untuk selamanya."

Gilang tak dapat menahan senyum bahagianya. Bahagia yang tak bisa didefinisikan dengan apapun.

Bahagia mencintai Belva di dalam hidupnya. Bahagia menjadi yang pertama menyentuh Belva. Bahagia telah menjadikan Belva istri seutuhnya.

Dan untuk semuanya, Gilang bahagia.

Gilang berharap benihnya akan segera tumbuh di dalam rahim Belva. Agar rumah tangga mereka semakin lengkap dengan kehadiran buah cinta mereka.

***

Saat Belva membuka kedua matanya, matahari sudah menyinari balkon kamar Belva dan Gilang.

Selepas subuh Belva memilih untuk kembali tidur karena badannya terasa pegal dan begitu lelah.

Jam dua dini hari, Gilang mengajaknya mengulang kembali aktivitas semalam. Aktivitas yang mulai Belva sukai, meski untuk yang kedua kalinya rasa nyeri itu masih terasa. Selebihnya, Belva tak dapat memungkiri bahwa apa yang mereka lakukan itu begitu menyenangkan.

Ternyata belajar seperti itu begitu mudah meski tanpa pengalaman sedikitpun.

Belajar dengan mempraktekkannya lebih mudah daripada hanya sekedar teori saja yang hanya bisa dibayangkan tanpa bisa dirasakan.

Rasanya masih sulit untuk dipercaya bahwa Gilang telah memerawaninya. Dulu memiliki Gilang hanyalah sebuah mimpi yang Belva saja tidak berani untuk berharap lebih.

Tapi untung saja Belva memilih berbuat nekat malam itu. Andai Belva tidak mengiyakan usulan wanita itu, pasti sekarang Belva dan Gilang tak akan pernah melakukan hal semalam.

"Sudah bangun, Sayang?" Si pelaku yang membuat Belva kelelahan kini akhirnya bersuara. Sejak tadi dia hanya fokus pada pekerjaan di iPad-nya.

"Hari libur masih kerja? Mana lagi honeymoon gini."

"Sebentar lagi selesai, Sayang. Ngirim file ke Juan yang hari ini mau presentasi di depan klien."

"Kak Juan nggak libur?"

"Lembur buat biaya nikah katanya."

Belva terkekeh kecil. Lalu kembali menutup wajahnya dengan bed cover tebal yang menghangatkan tubuhnya.

"Mau sarapan di luar apa di kamar aja, Sayang? Atau mau sarapan kakak dulu?"

"Kakak, ih. Pikirannya ke situ mulu. Heran, deh."

Kini giliran Gilang yang tertawa kecil. Tak bisa dipungkiri bahwa kini dirinya mulai kecanduan Belva. Semua yang ada pada diri Belva membuatnya candu.

Gilang tidak tahu apakah dia bisa bertahan untuk berpisah dengan Belva beberapa hari seperti biasanya.

Berdekatan begini saja membuatnya ingin terus memeluk dan menyentuh Belva.

"Tapi kamu suka, kan, Bel? Semalam siapa yang nangis kesakitan tapi akhirnya minta tambah tempo?"

"Kakak..."

"Terus, Kak. Enak banget, Kak. Lebih cepat, Kak."

"Kak Gilang...."

Tawa Gilang semakin keras melihat Belva yang malu karena mendengar Gilang menirukan ucapan Belva semalam.

"Kakak pesan makanan dulu. Kamu mau sarapan apa, Sayang?"

"Mie instan aja, Kak."

"Apaan pagi-pagi makan mie?"

"Lagi pengen yang berkuah pedes terus panas kalau dingin-dingin gini."

"Sarapan nasi dulu aja, Sayang. Boleh makan mie nanti kalau habis itu lagi."

"Enggak jadi, deh, mie-nya."

Gilang tertawa lepas. "Nanti boleh jajan apa aja, Sayang. Bakso boleh, cilok boleh, telur gulung boleh."

"Ih, masa aku harganya cuma setara begituan?"

"Kamu tak ternilai harganya, Sayang. Tidak ada yang bisa menandingi seberapa besar nilaimu di mata kakak."

"Aaa... So sweet... Cium dulu sini."

Belva meleleh mendengar ucapan Gilang. Entah hanya gombalan semata atau memang tulus dari hatinya.

"Cium lanjut yang lain, ya? Kakak pesan makanan dulu."

"Terserah, deh, terserah."

Gilang masih sempat tertawa sebelum berbicara di telepon dengan pihak restoran resort untuk memesan makanan.

***

Baru juga menyingkap kaos Belva, tapi sudah terhenti karena ketukan pintu kamar mereka.

"Ganggu banget, sih," keluh Gilang dengan kesal.

"Siapa suruh main nyosor aja? Makanya sabar dulu. Orang pesan makanan malah mau gituan."

Dengan sedikit malas, Gilang membuka pintu dan menerima sarapan yang Gilang pesan.

Mereka butuh amunisi untuk melakukan aktivitas hari ini. Entah berjalan-jalan keluar resort. Atau hanya menghabiskan waktu di dalam kamar saja.

Ah, namanya juga pengantin baru. Dua bulan setelah menikah baru bisa jebol gawang. Yang satu sudah lama berpuasa. Yang satunya lagi baru sekali merasakannya.

"Mudah-mudahan kamu cepat hamil, ya, Sayang. Kakak sudah pengen punya anak juga kayak teman-teman Kakak."

Ucapan Gilang membuat Belva terdiam sebentar. Hamil? Akankah Belva bisa menjalaninya? Hamil sembari kuliah. Bisakah?

"Kenapa diam, Sayang?" tanya Gilang setelah melihat Belva yang terdiam.

"Kuliah boleh, ya, Kak, kalau hamil juga?"

"Ya bolehlah. Yang penting, kan, ada suaminya."

"Kan, orang belum tau kalau aku udah nikah."

"Kemarin diajak resepsi nggak mau. Terus sekarang maunya gimana?"

"Ya udah jalani dulu aja. Lagian, kan, belum tentu juga bulan depan hamil."

"Kok, gitu ngomongnya? Nggak pengen hamil apa gimana?"

"Ya pengen. Masa nggak pengen hamil? Aku cuma takut aku nggak mampu, Kak. Mahasiswi baru tugasnya banyak, kegiatannya banyak. Aku khawatir nggak bisa jaga diri aku."

Gilang meletakkan sendoknya, lalu menatap Belva dengan lekat. Mengusap pipi Belva dengan lembut lalu tersenyum. "Allah yang akan menjagamu kalau kamu ditakdirkan hamil nanti, Sayang. Yang penting kamu hati-hati."

Meskipun sedikit ragu, tapi akhirnya Belva menganggukkan kepalanya. Entah apa yang terjadi nanti, Belva hanya bisa pasrah dan menjalaninya.

Yang jadi masalah bagi Belva, bagaimana kalau dia hamil sedangkan orang taunya Belva belum menikah? Dan mengumumkan pernikahan mereka saja Belva belum mau melakukannya.

Apakah ini tanda kalau Belva harus menyetujui usulan Gilang untuk mengadakan resepsi pernikahan?

🌻🌻🌻

Spill nggak nih malam pertamanya? 😂😂😂

1
SumiNem
terlihat dah cemburunya.
Runik Runma
udh murah murahan lgi
Runik Runma
aduh bencana lgi
Runik Runma
wah udah otw nih jabang bayi
Runik Runma
sabar bel
Runik Runma
kasihan
Runik Runma
sabar
dillaaa
ngakak woyyyyy,disaat lagi tegang"nya malah?😂😂😂😭😭😭😭
Endang Werdiningsih
kesalahan yg slalu diulang oleh gilang..
membohongi belva..
Endang Werdiningsih
gilang punya anak dr wanita yg oernah tidur dengan'a,,begitukah???
Endang Werdiningsih
sepupu boleh dinikahi tp dr pihak mana dulu,,kalo sepupu dr pihak ibu memang boleh tp kalo dr pihak ayah ga boleh,,misal rey anak dr adik atau kakak darmawan yg cowok,,karena jika ada apa" yg jd pengganti sbg wali nikah belva ya ayah'a rey..itu setahu sy...
Endang Werdiningsih
rey sepupu belva dr pihak mana nih,,darmawan atau vita
Endang Werdiningsih
belva tdk pernah sekakipun kamu membatalkan pertunanganmu gilang,,lu aja yg memaksakan diri menjd dewa penolong buat belva,,lu umur lebih tua dr belva tp lu ga bisa menjaga oerasaan belva dgn berbohong ke istri hanya untk menyenangkan mantan istri... kesalahan lu lebih fatal,,kebohongan belva ga sebanding dgn kebohongan lu...
Endang Werdiningsih
kalo hanya soal kuliah kan bisa pindah ke universitas yg ada dijakarta drpd LDR-an ampe 4thn..
LDR-an ujung"a bnyk pelkor dan pebinor,,apalagi pernikahan belva-gilang msh disembunyikan
Fitriani Month
Luar biasa
s
Gilang kembali ke Jakarta Thor.
Echa Maricha Hehe
tidak bertele2 dan muter2
Tavia Dewi
y tuhan,,,,saya ja hamil 2 x ja badan seperti ne pa gi banyak anak bisa melar badan,,,,suami kan klo istri badan melar suka lihat cewek seksi
Sukma Wati
mana ada orang bahagia melihat orang yg dicintai bahagia dgn orang lain yg ada itu sessek tp bukan asmah
Sukma Wati
benar.. perempuan klo lagi pms gak ada lawan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!