S2
Ketika dua hati menyatuh, gelombang cinta mengalir menyirami dan menghiasi hati.
Ini adalah kisah Raymond dan Nathania yang menemukan cinta sesungguhnya, setelah dikhianati. Mereka berjuang dan menjaga yang dimiliki dari orang-orang yang hendak memisahkan..
Ikuti kisahnya di Novel ini: "SANG PENJAGA "
Karya ini didedikasikan untuk yang selalu mendukungku berkarya. Tetaplah sehat dan bahagia di mana pun berada. 🙏🏻❤️ U 🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sopaatta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33. SP
...~•Happy Reading•~...
Jacob kembali ke rumah Nathania menjelang sore. Dia menemui Raymond dan Samuel yang sedang duduk menunggu di teras paviliun. "Jac kenapa lama? Dia bikin masalah?" Samuel menyambutnya dengan pertanyaan.
"Iya, dia memang pemakai narkoboi. Tadi dia ada bawa sekantong sabu untuk menjebak Ray." Raymond dan Samuel jadi duduk tegak.
"Si Kalahkencing itu mengaku, jadi aku berkoordinasi dengan pimpinan polisi yang tadi datang ke sini...." Jacob menjelaskan tentang pelapor tanpa menyinggung Frans, karena melihat Raymond tegang.
Wajah Samuel dan Raymond tiba-tiba berubah mendengar julukan Jacob kepada pelapor. "Kenapa kalian?"
"Ngga ada julukan yang lebih bagus buat orang itu?"
"Julukan buat siapa?"
"Si pelapor."
"Memang itu julukannya. Tatonya kalajengking buntung. Tapi dalam kelompok, dia dapat julukan kalahkencing. Karna kalau kalah bertarung, dia akan kencing." Jacob menjelaskan, serius.
"Ya, sudah. Nanti bicara lagi. Kita fokus pada yang mau nikah dulu." Samuel mencegah pembicaraan melebar, karena sudah tahu kebiasaan mereka. Apa lagi melihat Raymond mau berkomentar.
"Ok. Aku mandi dulu." Raymond berdiri dan masuk ke kamar meninggalkan Jacob dan Samuel.
"Muel, kecurigaan Ray benar. Nike meninggal tidak wajar. Aku sudah selidiki di Bali. Frans tidak mau otopsi, dengan alasan tidak mau istrinya diedel-edel." Bisik Jacob.
"Siapkan tuntutan baru buat Frans." Jacob tidak bicarakan hasil penyelidikan apa pun kepada Raymond, agar tidak merusak konsentrasi dan suasana hatinya yang mau menikah.
"Ok. Jangan bicarakan dengan Ray, sebelum acara ini selesai. Tadi sempat bertemu Frans?" Samuel ikut berbisik. Jacob menjawab dengan mengangkat jempol.
"Jac, Muel, mandiii...." Teriak Raymond dari dalam kamar. Tanpa menjawab, Jacob dan Samuel masuk ke dalam kamar.
Jacob dan Samuel tercengang melihat Raymond sudah berpakaian rapi. "Calon pengantin, penampilannya..." Jacob tidak jadi meneruskan ledekannya, karena Raymond melempar handuk ke arahnya. "Mandiii..." Ucap Raymond. Kemudian dia berikan handuk kepada Samuel.
"Kau sudah bawah persiapan buat kami?" Tanya Jacob sambil melepaskan celana panjang.
"Makanya, aku bawa mobil. Supaya bisa bawa banyak bawaan." Ucap Raymond sambil mengotak-atik ponsel untuk mengirim pesan kepada Nathania, agar bersiap-siap.
Setelah Jacob dan Samuel selesai mandi, Raymond membuka koper di atas tempat tidur. "Ini buat Muel. Ini buat Jac." Raymond mengeluarkan dua kemeja dari dalam koper.
"Pemegang lisensi brand, beda, ya." Samuel mengangkat kemeja pemberian Raymond sambil tersenyum, happy.
Jacob menerima kemeja yang sama, tapi tidak komentar, selain mengatakan thanks. Hal itu menimbulkan rasa iseng Samuel untuk menganggunya. Dia yakin, Jacob tidak tahu harga kemeja brand yang ada ditangannya.
"Jac, kemeja itu jangan dipakai saat acara kantor." Ucap Samuel.
"Kenapa? Kau ngga lihat ketampananku naik level pakai ini?" Jacob menanggapi sambil melihat penampilannya di depan cermin.
Jacob suka dengan kemeja yang diberikan Raymond. Selain sejuk menyentuh kulit, bisa dipakai pada acara formal. Sehingga dia membayangkan akan dipakai pada acara kantor.
"Memang kau sangat keren dan akan trending di antara para polwan. Tapi setelah itu diperiksa dengan tuduhan menerima suap, karena polisi bisa pakai kemeja brand"
Sontak Jacob melepaskan kemeja dan periksa brand yang dimaksudkan Samuel. "Memang ini terkenal dan mahal?"
"Ya, begitu'lah." Jawab Samuel sambil menahan senyum. Raymond ikut tersenyum mendengar percakapan kedua sahabatnya.
"Ah, Ray. Ini suka-sukanya, Muel. Pengacara harus flexing kemapanan, tapi aku bisa turun pangkat." Jacob kembali memakai kemeja yang diberikan Raymond.
"Sssstttt... Tenang saja. Aku sudah punya cara supaya kau juga bisa pakai brand dan aman." Raymond membesarkan hati Jacob sambil tersenyum.
"Ray, kau sudah punya jam itu?" Tiba-tiba Samuel melihat Raymond mengganti jam tangan lamanya dengan jam tangan yang diberikan Neil.
"Tuntutan jabatan." Raymond mengangkat tangannya setelah menyimpan jam tangan lama dalam koper. Dia khawatir difoto terlihat dia tidak pakai jam tangan baru.
"Kalian bukan saja beda profesi, tapi juga selera. Coba lihat Jac, cuek saja dengan segala brand." Raymond menggelengkan kepala, karena Samuel bisa tahu dia pakai jam tangan dari brand terkenal dan baru dirilis.
"Ah, dia kalau lihat pistol atau senjata, baru bergairah. langsung ngerti." Samuel ngeledek Jacob sambil melihat penampilannya dengan kemeja pemberian Raymond. Warna biru kesukaan berbeda warna dengan Jacob, tapi dari brand yang sama.
"Mari kita keluar sebelum terjadi lemparan kepalan." Raymond mengajak Jacob dan Samuel keluar dari paviliun menuju teras rumah induk untuk melihat kesiapan Nathania dan kedatangan petugas catatan sipil, Didit, juga Magda.
Raymond berjalan cepat untuk memastikan, begitu juga dengan Samuel dan Jacob. Ketika sebelum sampai di teras, Raymond melihat Nathania sedang berbicara serius dengan Didit dan Magda.
Hatinya bergetar melihat penampilan Nathania dengan dress warna putih tulang sedengkul dan bagian pundak sedikit terbuka. Sehingga memperlihatkan kulit dan bentuk pundaknya yang indah.
Ketika melihat rambut Nathania ditata rapi dan dibiarkan sedikit berjuntai ke belakang kepala, Raymond tersenyum puas.
'Good.' Ucap Raymond dalam hati, melihat penampilan Nathania yang berdandan tipis, tidak menyolok. Sesuai yang dia bayangkan saat melihat dress itu di salah satu rumah mode terkenal di Singapura.
Raymond menghentikan langkah lalu berbalik melihat Jacob dan Samuel. "Kalian berdua duluan ke teras." Ucap Raymond kepada Jacob dan Samuel.
"Ada yang tertinggal?" Teriak Jacob, karena Raymond berjalan cepat. Raymond hanya mengangkat tangan dan menggoyang, tanpa menengok.
"Mungkin Ray mau ambil kamera untuk foto Thania. Lihat dia tampil sangat cantik. Sayang kalau tidak diabadikan." Samuel coba menebak, karena Raymond berbalik setelah melihat Nathania.
"Oh, iya. Kau yang jadi fotografernya, atau bisa minta Heri. Supaya kita bisa fokus sebagai saksi." Jacob ikut mendukung yang dipikirkan Samuel.
Namun mereka terkejut melihat Raymond kembali berjalan cepat menyusul mereka sambil meletakan tangan di punggung. Ketika Raymond melewati mereka, Samuel dan Jacob tersenyum sambil geleng kepala. "Cinta bisa membuat orang berubah." Bisik Jacob, sambil menahan tawa.
"Seorang peragawan, langsung tahu ada yang kurang." Samuel ikut berkomentar melihat beberapa tangkai bunga mawar ada di tangan Raymond. Walau dia tidak tahu untuk apa Raymond membawa bunga mawar.
Raymond mendekati Nathania. "Thania, ikut ke dalam sebentar." Ucap Raymond tanpa memperlihatkan yang dibawa.
Nathania ikut masuk ke dalam rumah, tanpa mengerti. "Coba berbalik." Ucap Raymond serius, lalu menyematkan tangkai bunga mawar merah dan putih di ikatan rambut Nathania.
"Pak Ray ambil dari paviliun?" Tanya Nathania, setelah melihat pantulan dirinya di layar ponsel.
"Tadi ingat mawar di paviliun. Sayang dibiarkan nganggur." Bisik Raymond.
Nathania tersenyum bahagia melihat rangkaian bunga mawar yang menyembul keluar di belakang telinganya. Dia berbalik dan menatap Raymond dengan mata berbinar, takjub.
"Ayo, berbalik. Jangan melihatku seperti itu. Aku bisa menciummu dan merusak dandananmu." Ucapan Raymond membuat wajah Nathania memerah dan semringah.
...~_~...
...~▪︎○♡○▪︎~...
Vania siap" aja dbkin malu