NovelToon NovelToon
Dia Bukan Ayah Pengganti

Dia Bukan Ayah Pengganti

Status: tamat
Genre:One Night Stand / Hamil di luar nikah / Pengantin Pengganti / Dokter / Menikah dengan Kerabat Mantan / Ayah Darurat / Tamat
Popularitas:2.4M
Nilai: 4.9
Nama Author: Puji170

Naya yakin, dunia tidak akan sekejam ini padanya. Satu malam yang buram, satu kesalahan yang tak seharusnya terjadi, kini mengubah hidupnya selamanya. Ia mengira anak dalam kandungannya adalah milik Zayan—lelaki yang selama ini ia cintai. Namun, Zayan menghilang, meninggalkannya tanpa jejak.

Demi menjaga nama baik keluarga, seseorang yang tak pernah ia duga justru muncul—Arsen Alastair. Paman dari lelaki yang ia cintai. Dingin, tak tersentuh, dan nyaris tak berperasaan.

"Paman tidak perlu merasa bertanggung jawab. Aku bisa membesarkan anak ini sendiri!"

Namun, jawaban Arsen menohok.

"Kamu pikir aku mau? Tidak, Naya. Aku terpaksa!"

Bersama seorang pria yang tak pernah ia cintai, Naya terjebak dalam ikatan tanpa rasa. Apakah Arsen hanya sekadar ayah pengganti bagi anaknya? Bagaimana jika keduanya menyadari bahwa anak ini adalah hasil dari kesalahan satu malam mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puji170, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12 DBAP

“Ayan, aku hamil.”

“Ayan, kamu ke mana saja selama ini?”

“Ayan, aku minta maaf karena pergi saat itu.”

“Ayan, aku rindu… ayo mulai dari awal, bersama anak kita.”

Kalimat-kalimat itu sudah lama Naya simpan. Ia mengulanginya terus dalam benaknya, membayangkan saat akhirnya bisa bertemu Zayan. Dalam pikirannya, pertemuan itu akan menjadi jawaban dari semua luka. Ia berharap penderitaan yang selama ini menyesakkan akan digantikan oleh pelukan hangat dan pengakuan Zayan bahwa ia pun merindukannya.

Dan harapan terbesarnya bisa membina keluarga dengan calon bayi mereka, meskipun sangat sulit, tapi ia akan siap, jika itu bersamanya.

Namun, semua itu runtuh dalam sekejap. Kenyataan menamparnya begitu keras, membuatnya sulit bernapas.

Zayan datang bersama seorang wanita. Ia mempersilakan wanita itu duduk dengan lembut, lalu berbalik. Tanpa sepatah kata, ia langsung menarik pergelangan tangan Naya dan membawanya menjauh, ke lorong sempit di belakang.

“Zayan! Siapa wanita itu?!” seru Naya, berusaha melepaskan diri, suaranya bergetar antara marah dan takut.

Zayan menatapnya dingin, dari ujung kepala hingga kaki. Matanya menelusuri perubahan tubuh Naya yang jelas berbeda, ia tak bisa tidak melihatnya. Ada gurat lelah, tubuh yang sedikit kurus dan tak terawat… tapi ia memilih mengabaikannya.

“Bukan urusanmu,” katanya datar. “Ngapain kamu di sini? Kerja? Bukannya kamu sibuk kuliah?”

Naya terdiam sesaat, hatinya serasa diremuk. Bahkan nada suara Zayan terasa asing.

“Ayan…” katanya pelan, berusaha menahan isak, “kamu… beneran nggak tahu, atau pura-pura nggak tahu?”

Zayan mengernyit. “Maksudmu apa?”

Naya menatap langsung ke matanya, tak ada lagi yang bisa ditahan. “Aku hamil, Ayan. Aku hamil anak kamu.”

Zayan tertawa keras. Tawanya tajam, kasar, seperti pisau yang mengiris hati Naya tanpa ampun. “Hamil anakku? Gila kamu, Nay. Kamu ngigau?”

Naya membeku. Dunia seakan berhenti berputar. Tapi kata-kata Zayan berikutnya jauh lebih menyakitkan.

“Aku bahkan nggak pernah nyentuh kamu. Kamu sendiri yang selalu ngomong soal prinsip, kan?”

“Ayan… jangan ngomong kayak gitu,” suara Naya hampir tak terdengar. “Kamu lupa? Malam itu, sebulan yang lalu…”

Zayan memijit batang hidungnya, baru kini mengingat samar-samar. “Oh… itu ya?” katanya enteng, seperti sedang membicarakan hal sepele. “Iya, waktu itu aku kasih kamu obat, niatnya biar kita bisa bermalam barsama. Tapi setelah itu aku pergi sama dia. Aku nggak sempat sentuh kamu, Nay.”

Kemudian, dengan nada tajam dan mata yang menyempit, ia menambahkan, “Dan sekarang kamu bilang hamil? Bajingan mana yang kamu ajak tidur, hah? Kamu menjijikkan sekali.”

Naya menunduk. Air matanya jatuh satu per satu, tanpa bisa ia tahan lagi. Tapi samar-samar Naya ingat jika Zayan pergi dan berjanji akan kembali lagi, tidak mungkin dia berbohong kan? Naya mencoba menolak fakta yang baru saja ia dengar lagi pula pagi harinya ia benar-benar yakin jika ia terbangun di atas ranjang bersamanya.

"Ayan, jangan bercanda. Kamu bohong, kan? Ayan, aku ingat sangat jelas saat aku bangun, itu punggung kamu. Maaf, aku yang langsung pergi. Jangan seperti ini, Ayan," ucap Naya mengiba.

"Naya, apa kamu bodoh? Kamu melihat punggungku? Sejak kapan aku membuka baju di depanmu? Kamu yakin itu aku?"

Deg.

Memang benar selama ini Naya tidak pernah melihat tubuh Zayan tanpa kain penutup, tapi bukankah itu sama saja?

"Baiklah, kalau kamu tidak percaya, aku bisa menunjukkan punggungku. Di sana aku punya tanda lahir," ungkap Zayan.

Bagaimanapun, ia akan membuktikan bahwa dirinya benar. Lagipula, dia juga tidak ingin dituntut pertanggungjawaban atas sesuatu yang tidak ia lakukan, apalagi saat ini ia sedang menjalin hubungan dengan wanita yang sejak dulu ia sukai. Sebentar lagi ia akan membawa wanita itu pulang dan berbicara dengan keluarga besar untuk menikahinya.

Sementara itu, Naya kini seperti ditampar kenyataan. Cukup singkat dan jelas apa yang dikatakan Zayan. Jika lelaki malam itu bukanlah dirinya... kini Naya merasa tubuhnya begitu kotor.

Bagaimana bisa ia tidur dengan lelaki yang tidak ia ketahui, dan kini hamil anaknya? Tidak hanya itu, bagaimana ia bisa menjelaskan pada Arsen bahwa sekarang dirinya tidak mengandung darah dari keluarga Alastair?

Saat Naya mengalami tekanan justru Zayan tersenyum mengejek. "Murahan!"

Naya mengepalkan tangannya. Meskipun sekarang ia merasa kotor, tapi dirinya juga tidak sepenuhnya salah. "Kamu hina aku murahan dan menjijikkan? Aku seperti ini karena ulahmu, Zayan Alastair! Jika ada kehidupan setelah ini, aku berharap tidak akan pernah mengenalmu, apalagi menyukaimu!"

Setelah mengatakan kalimat itu dan membuat Zayan terpaku, Naya gegas meninggalkan restoran. Hatinya hancur, tubuhnya kotor, rasanya ia ingin menangis dan menjerit. Sesekali ia memukul perutnya untuk melepaskan beban yang ia tanggung.

"Kenapa? Kenapa bisa seperti ini?" teriaknya.

Sementara itu, di rumah sakit, Arsen baru saja melangkah ke ruang operasi ketika dadanya tiba-tiba terasa sesak. Seolah ada tangan tak terlihat yang meremas jantungnya, membuat napasnya tercekat. Perasaan itu datang begitu saja, tanpa peringatan. Tapi rasanya… familiar. Dan kali ini lebih menyakitkan dari apa pun yang pernah ia rasakan.

Air mata yang selama tiga hari terakhir tak pernah jatuh, kini mengalir begitu saja, diam-diam, tapi deras.

“Dok, Anda tidak apa-apa?” tanya seorang perawat, memandangnya cemas.

Arsen tersentak. Wajah Naya langsung melintas di kepalanya. Ada sesuatu… sesuatu yang salah. Ia bisa merasakannya. Entah kenapa, pikirannya langsung tertuju pada Naya dan bayinya.

Tanpa berpikir panjang, ia melepas masker operasi dari wajahnya dan berbalik.

“Hubungi Dokter Dito. Suruh dia gantiin aku,” katanya cepat.

“Tapi, Dok… ini prosedur penting—”

“Aku bilang hubungi dia!” seru Arsen, lebih tajam dari biasanya.

Ia tak menunggu jawaban. Langkah-langkahnya terdengar cepat dan berat saat ia bergegas menuju parkiran. Di bawah langit yang mulai gelap dan hujan yang turun gerimis, Arsen mengemudi dengan pikiran tak karuan.

Saat hendak membelok di pertigaan menuju rumahnya, pandangannya tertumbuk pada sosok yang sangat ia kenal. Rem mobil diinjak mendadak.

“Naya?”

Di kejauhan, di tengah rinai hujan, seorang perempuan berjalan sempoyongan. Rambutnya basah, wajahnya pucat, dan tangannya mencengkeram perutnya dengan erat. Langkahnya gontai, seperti bisa roboh kapan saja.

“NAYA!”

Arsen membuka pintu mobil dan berlari menerobos hujan. Tubuhnya nyaris tergelincir karena jalan licin, tapi ia terus berlari hingga berhasil menggenggam bahu gadis itu.

“Nay, kamu kenapa?! Lihat aku, ini aku, Arsen! Naya!” serunya panik.

Gadis itu perlahan mendongak. Matanya merah, sembab. Di balik tatapan kosongnya, ada luka yang dalam yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata.

“Paman... apa itu benar kamu?” bisiknya, nyaris tak terdengar. “Maaf... Paman... maaf...”

Tubuhnya limbung. Dalam sekejap, ia roboh dalam pelukan Arsen.

“NAYA! Naya, bangun! Dengar aku, kamu nggak boleh pingsan sekarang!” Arsen memeluknya erat, menahan tubuhnya agar tak jatuh ke tanah.

Namun saat ia menurunkan pandangannya, napasnya tercekat. Tangan Naya terkulai, dan dari sela-sela jemarinya... darah mengalir perlahan.

1
Kimo Miko
nay.. peka sedikit kenapa sih cinta tidak harus diungkapkan . daripada mengumbar kata cinta tapi cintanya bercabang lebih baik tanpa ungkapN nay... arsen sudah berubah banyak nay. gak dingin gak galak
Kimo Miko
pagi pagi siapakah yang datang? mau bikin rusuh atau bikin tenang jiwa dan raga?
Kimo Miko
wuahahaha..., lama lsma arsen gak betah juga untuk tidak mengunglapkannys. . tapiapa naya bisa memaafkannya dan menerima demgam ikhlas?
Kimo Miko
sepertinya ada yang gak suka sama arsen. pasti ini ada hubungan harta warisan. danyang menangkap dito dan nisa syperti para pengawal. jangan jangan nisa iru selalu melarikan diri karena gak mau di kekang dan ingin hidup seperti orang orang menengah
Kimo Miko
lanjut thor.... yang penting nsya gak seteres lagi💪
Kimo Miko
siapa lagi yang datang?
Kimo Miko
siapa anisa sebenarnya
Kimo Miko
jedddaaaarrrrrr..... naya pasti ingat kata kata itu. terus apa yamg akan terjadi selanjutnya
Kimo Miko
arsen apa kamu sudah merasakannya dengan mengumpulkan pecahan cerita itu? ah.,.. satu lagi siapa nisa sebenarnya kok perasaan dia juga punya andil di rumah sakit yang di tempati naya
Kimo Miko
sudah mulai terkuak sedikit demi sedikit
Kimo Miko
biarkan zayan buka sendiri kejadiannya. tinggal kamu menyimpulkan arsen. dan setelah itu tinggal kamu sendiri yang harus mencari kebenaran apakah baby naya anakmu atau bukan. soalnya waktu kejadian hari itu kamu juga melakukannya
Kimo Miko
betul nisa meskipun tak sengaja kamu bicaranya. mungkin ini titik terang buat arsen
Kimo Miko
waduh aku harus komen apa nih ... terlalu menyedihkan bisanya cuma mewek.. 😢😢😢
Kimo Miko
kok ada ya ibu setega itu.... sabar naya.... semangat untuk diri sendiri. bangkit naya jangan saampai terpuruk kasihan baby yang gak tahu apa apa
Kimo Miko
sabar nay pasti ada jalan. yang keterlaluan zayan. kenapa nay dicekoki obat? habis itu ditinggal sendiri. lelaki gak punya otak. coba diingat dulu arsen kamu kan pernah celap celup waktu itu.
Kimo Miko
lah.... kalau zayan tidak melakukan apakah arsen ingat kejadian itu? semoga aja ingat y guys. kasihan naya
Kimo Miko
darah apa yang mengalir? pendarahan atau apa nih. thor... jangan terlalu kejam sama naya dong para emak emak netizen gak kuat. di kasih ngaca sambil mewek jafinya apa coba🤔😢
Kimo Miko
sudahlah nay jangan mengharap apapun. apakah itu zayan atau arsen. berdirilah dengan tegak yang penting kamu dan bayi yang kau kandung sehat. dan pendidikanmu bisa kelar. kejar dan raih kedokteranmu itu yang terpenting
Kimo Miko
sabar nay... yang penting sehat cari kerja sampingan untuk diri kamu sendiri
Kimo Miko
coba cari kerjaan nay... siapa tahu bisa menopang hidupmu dan bisa membayar pendidikanmu. 💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!