Mengapa mereka memeluk kakiku? Pertanyaan itu menghantui Arion (25) setiap hari."
Arion memiliki dua adik tiri yang benar-benar mematikan: Luna (20) dan Kyra (19) yang cantik, imut, dan selalu berhasil mengacaukan pikirannya. Pagi ini, adegan di depan pintu mengonfirmasi ketakutannya: mereka bukan hanya menggemaskan, tapi juga menyimpan rahasia besar. Dari bekas luka samar hingga gelang yang tak pernah dilepas, Arion tahu obsesi kedua adiknya itu bukan hanya sekadar kemanjaan. Ini adalah kisah tentang seorang kakak yang harus memilih antara menjaga jarak demi kewarasannya, atau menyelami rahasia gelap dua bidadari yang mati-matian berusaha menahannya agar tak melangkah keluar dari pintu rumah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Engga Jaivan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB XXXIV: Perahu Cadangan
Pelarian mereka melintasi hutan bakau terasa cepat dan mendebarkan. Sasmita memimpin jalan, Arion menyeret Luna yang kini rapuh, dan Kyra menjadi barisan belakang, mata emasnya terus memindai hutan di belakang mereka.
Mereka mencapai perahu motor kecil yang disembunyikan di antara akar-akar bakau. Sasmita menyalakan mesinnya.
Saat perahu itu melaju membelah perairan yang tenang, Arion, Luna, Kyra, dan Sasmita duduk berdekatan. Keheningan yang tercipta terasa lebih berat daripada suara mesin.
"Kalian tidak perlu khawatir," kata Sasmita, memegang kemudi. "Area ini adalah zona abu-abu. Ikatan Mata butuh waktu untuk membawa kapal yang lebih besar ke sini. Kita aman untuk beberapa jam."
Arion menatap Luna. Luna duduk diam, menatap laut yang tenang, wajahnya tanpa emosi, kecuali kemarahan dingin yang masih tersisa.
"Luna," Arion memulai, suaranya pelan. "Kenapa kau menghancurkan speedboat itu? Kau bisa saja melumpuhkannya."
Luna menoleh, tatapannya menusuk Arion. "Aku tidak akan melumpuhkan Ayahku. Aku akan membalas. Dia ingin aku menjadi boneka, Pengantin Ikatan. Dia mengkhianati Ibu yang sebenarnya—Ibu Kandungku, yang mati karena Ikatan Mata. Aku akan menghancurkan fondasi mereka."
"Dan menghancurkan dirimu sendiri?" sela Kyra, nadanya dingin dan keras. "Kau menggunakan kekuatan itu untuk menyerang Ayah kita, bukan untuk melarikan diri! Kau hampir membunuh kita semua dengan gelombang air tadi!"
"Aku tidak menyerangmu, Kyra," Luna membalas, matanya dipenuhi kebencian yang tenang. "Aku hanya menghancurkan apa yang berdiri di jalanku. Dan kau, Pengawas, adalah rintangan yang baru. Kau mencuri Jangkar-ku."
Kyra tertawa pahit, cincin 'K' di jarinya bergetar. "Aku tidak mencuri, aku mengklaim! Kau membuangnya! Kau tidak bisa menjadi Jangkar dan Kekuatan secara bersamaan, Luna! Kau memilih Kekuatan yang liar!"
"Cukup!" Arion membentak, suaranya memotong ketegangan mereka. "Luna, kita tidak akan selamat jika kau menggunakan kekuatan itu tanpa panduan. Kyra, kita tidak akan selamat jika kau terus memprovokasi emosinya!"
Arion menoleh ke Sasmita. "Bibi Sasmita, kau bilang Luna akan menghancurkan dirinya. Apa yang harus kita lakukan?"
Sasmita, si Mata Buta, menghela napas. "Gelang itu mati. Kunci Pematian itu mati. Satu-satunya yang bisa menahan Luna adalah Ikatan Darah yang Penuh Pengorbanan."
"Maksudmu Kyra?" tanya Arion.
"Tidak hanya Kyra," Sasmita menggeleng. "Elara dan aku telah merancang rencana terakhir. Arion, sebagai Jangkar, kau harus mengikat Kyra dan Luna pada takdir yang sama. Kau harus membuat Luna percaya bahwa hanya Kyra yang bisa menyelamatkannya dari kekosongan yang ia rasakan. Dan kau harus membuat Kyra percaya bahwa hanya Luna yang bisa membebaskannya dari cemburu dan peran Pengawas."
"Itu manipulasi yang lebih dalam!" protes Arion.
"Ini perang psikologis, Arion. Ikatan Mata menanamkan kepemilikan. Kita menanamkan ketergantungan sejati. Kau harus menggunakan rasa sakit Luna dan cemburu Kyra sebagai benang untuk menjahit mereka kembali," jelas Sasmita.
Luna tiba-tiba memeluk lengan Arion, dengan kelembutan yang menyakitkan. "Jangan dengarkan dia, Jangkar. Aku hanya butuh kau. Aku tidak butuh Pengawas yang berkhianat."
Kyra segera mencengkeram lengan Arion dari sisi yang lain. "Kau adalah milikku! Luna hanya merusak! Kau tidak akan bisa membangun benteng dengan reruntuhan emosi!"
Arion kini terjebak di antara dua kekuatan yang saling menarik—dua ikatan darah yang berbahaya, tetapi sangat cantik, yang berebut kepemilikan atas dirinya.
"Aku akan mengikat kalian berdua," kata Arion, suaranya tenang, penuh kepastian yang baru ditemukan. "Luna, kau akan menggunakan Kekuatanmu untuk melindungi Bukti itu. Kyra, kau akan menggunakan kecerdasanmu untuk melindungi Luna."
Arion menatap Kyra, matanya penuh makna. "Aku adalah Jangkar kalian. Dan Jangkar ini akan memegang kalian berdua di bawah kendali tunggal. Jika salah satu melanggar, yang lain akan menghukumnya."
Kyra tersenyum kecil, senyum kemenangan. Luna merengut, tetapi ia menerima.
Di tengah laut yang luas, Arion akhirnya menerima peran barunya: ia bukan hanya Jangkar, ia adalah Penyusun Takdir bagi dua bidadari yang merupakan kunci kebebasan dan kehancurannya sendiri.