Arini gadis 25 tahun menjadi pewaris tunggal . Ayahnya meninggal 1 tahun yang lalu. Arini sejak kecil sudah diasuh oleh ibu tirinya dan juga kedua saudara tirinya. Selam ini keluarganya baik kepadanya dan penuh kasih sayang.
Siapa sangka ternyata di balik semua itu ada rencana, satu persatu kebusukan ibu tirinya dan kedua saudaranya terungkap, Arini mendapatkan pengkhianatan dari kekasihnya dengan adanya perselingkuhan.
Tabiat laki-laki yang dia pikir selama ini mencintainya, juga sudah mulai terungkap ketika Arini memberikan posisi Direktur di Perusahaan.
Arini mulai dicampakkan ketika aset keluarganya memiliki saudara tirinya dan calon suaminya. Arini bahkan dibuang dan mendapat caci maki dari orang-orang akibat jebakan yang dari keluarganya.
Sampai akhirnya Arini kembali bangkit dari keterpurukan untuk membalas semua dendamnya. Dari mengambil seluruh apa yang telah menjadi miliknya dan menjadikan orang-orang yang telah menghancurkannya saling menusuk satu sama lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 28 Saling Menyalahkan.
Plakkk
Irena memberikan tamparan sangat kuat tepat di pipi Dellon sampai membuat wajah pria itu miring ke samping dengan memegang pipinya dan raut wajahnya tampak kesal.
"Ma!" tegur Mona mendekati suaminya agar ibunya tidak keterlaluan.
"Hanya mengerjakan satu hal saja dan kamu tidak bisa. Kamu benar-benar membuat saya muak dengan semua tingkah kamu. Kamu sudah diberikan hidup enak dan posisi yang layak di Perusahaan dan kamu berani menghancurkannya dengan berjudi. Kamu menghabiskan semua uang Perusahaan di meja judi!" umpat Irena melampiaskan semua amarahnya kepada menantunya yang tidak tahu diri.
"Mama jangan terlalu kasar seperti itu bicara kepada Dellon. Mona yakin ini semua hanya jebakan," sahut Mona.
"Kamu masih membela laki-laki bodoh ini hah! Kamu tidak tahu kekacauan apa yang sudah dia lakukan! Bahkan dia juga bermain wanita dan uangnya habis untuk membelanjai semua wanita itu dan kamu masih berani membela laki-laki ini di depan Mama,"
"Kamu juga tidak ada bedanya dengan dia. Kamu memperlihatkan diri kamu dan membiarkan diri kamu dilempari seperti ini hanya karena laki-laki yang tidak tahu diri seperti dia!" Irena terus saja menunjuk Mona.
"Ma sudahlah cukup! Memang dengan Mama marah-marah seperti ini akan menyelesaikan masalah? Tidak dan semuanya juga tidak akan berubah!" tegas Mona.
Meisya yang ada di sana hanya duduk di sofa diam saja melihat kekacauan yang terjadi akibat ulah dari adik iparnya.
"Tetapi kamu tahu setelah semua ini terjadi dan siapa yang akan memanfaatkan situasi ini siapa lagi jika bukan Arini. Bukankah Perusahaan akan mengadakan rapat untuk pemilihan Direktur kembali, karena manusia bodoh ini sudah tidak berguna!" umpat Irena membuat Mona terdiam.
"Aku tidak akan membiarkan Arini mendapatkan kembali posisi itu," sahut Dellon.
"Apa yang akan kau lakukan hah!"l mengurus hal kecil saja kau tidak bisa dan apalagi mengurus semua ini," Irena benar-benar sudah muak dengan Dellon, sampai apapun yang di katakan Dellon tidak ingin didengarkan Irena.
Dellon juga ikut-ikutan muak dengan dirinya yang sudah tidak dihargai oleh ibu mertuanya.
"Tetapi tidak mudah bagi Arini mendapatkan kembali posisi itu dan aku sangat yakin para pemegang saham di perusahaan tidak akan mempercayainya. Aku akan mengurus semua ini dan mempengaruhi semua pemegang saham tidak terpengaruh oleh Arini," sahut Mona.
"Kamu yakin bisa melakukan semua itu?" tanya Meisya.
"Aku bisa melakukan apapun untuk menghancurkan wanita itu. Dia tidak akan pernah bisa melawanku. Aku akan menghancurkannya untuk yang kedua kalinya," jawab Mona dengan penuh keyakinan.
"Kamu lakukan saja sebaik mungkin agar bisa mencegah Arini untuk tidak pada posisi itu dan kau Dellon kau harus bertanggung jawab atas perbuatanmu, dengan kau berani-beraninya memakan uang yang bukan milikmu!" tegas Irena menunjuk tepat di wajah Dellon dan kemudian dia langsung pergi.
"Sayang kamu jangan dengarkan apapun yang dikatakan Mama. Mama hanya marah dengan apa yang terjadi dan aku akan bicara dengan Mama. Untuk tuntutan dari perusahaan kamu jangan khawatir, semua akan aku urus," ucap Mona mencoba untuk menenangkan suaminya dan sementara wajah Dellon sudah terlihat begitu kesal.
"Aku bicara dengan Mama sebentar," Mona langsung meninggalkan suaminya.
Meisya menarik nafas panjang dan kemudian membuang perlahan ke depan dengan melihat ke arah Dellon.
"Makanya jika diberi amanah itu dilaksanakan dengan baik dan bukan malah memanfaatkan situasi dengan keserakahan kamu. Lihatlah semua jadi berantakan dan kamu juga harus mengganti rugi atas apa yang terjadi," ucap Meisya dan kemudian juga meninggalkan ruang tamu.
"Sial!" umpat Dellon.
"Jika sudah seperti ini mereka semua menyalahkanku dan seolah-olah mereka tidak pernah membuat kesalahan, mengatakanku memakan uang yang bukan milikku dan apa bedanya dengan mereka! Jika bukan tanpa bantuanku sampai detik ini mereka akan terus bersandiwara di depan Arini dengan hidup tidak pernah tenang!"
"Berani sekali wanita tua itu menamparku dan memakiku seperti itu. Apa dia pikir pekerjaannya jauh lebih baik dibandingkanku mengatakan aku tidak tahu diri dan sudah jelas-jelas dia lebih tidak tahu diri," umpat Dellon dengan penuh amarah.
Dia juga sangat muak dengan keluarga istrinya yang mana dirinya terus menjadi bahan kesalahan.
Ternyata Arini mendengar semua itu membuatnya tersenyum dengan penuh kemenangan dengan melipat kedua tangannya di dadanya.
"Tontonan yang sangat menyenangkan, bagaimana tidak menyenangkan jika sekarang mereka sudah mulai saling menyalahkan, mereka sudah tidak kompak seperti dulu lagi. Ini baru permulaan dan aku ingin kalian lebih saling menyalahkan dan memusuhi satu sama lain atau justru saling bersaingan dan menjatuhkan," ucap Arini tertawa kecil benar-benar sangat bahagia melihat tontonan gratis di depannya.
Rencana Arini benar-benar berjalan dengan lancar, dimulai menjadi sekretaris dengan kontrak yang sangat tidak masuk akal dan berhasil membodohi Dellon, keuntungan bagi Arini juga sangat cepat menyingkirkan Dellon dari Perusahaan.
****
Arini menuruni anak tangga dengan suara heelsnya terdengar begitu sangat indah berjalan anggun dengan penampilan yang sangat elegan menggunakan dress lengan panjang berwarna peach di atas mata kakinya.
Rambutnya diikat di bagian tengah dan diberi pita putih panjang, Satu tangannya yang anggun menenteng tas mahal miliknya.
Arini benar-benar tampil begitu sangat cantik melangkah menuju meja makan yang mana keluarga yang penuh sandiwara itu sedang sarapan bersama dan pasti kehadiran Arini membuat mata mereka semua menoleh dengan tatapan sangat tidak suka.
"Aku pikir kalian akan bangun lebih pagi agar buru-buru ke Perusahaan, karena hari ini akan ada calon Direktur baru," ucap Arini dengan tersenyum.
"Kamu terlalu percaya diri Arini, jika posisi Direktur itu akan jadi milik kamu, kamu sebaiknya berpikir dulu sebelum bermimpi terlalu jauh, mana kalau sudah jatuh sakitnya akan berkali-kali lipat," sahut Irena.
"Tadi malam Arini sudah memimpikannya dan Mama tahu tidak mimpi Arini benar-benar sangat indah dan mungkin lebih indah. Bagi Arini mimpi ini sangat indah tetapi mungkin bagi Mama mimpi ini penuh dengan ketakutan," ucap Arini tersenyum penuh kemenangan.
"Kau pikir akan bisa mendapatkan posisi Direktur. Para pemegang saham di Perusahaan sangat muak melihat tingkahmu yang membuat kekacauan, orang-orang di sana juga tidak akan bodoh yang mengizinkanmu kembali pada posisi itu. Jangan kau pikir berhasil menjebak Dellon semua tuduhanmu dan sekarang kau ingin mendapatkan posisi itu kembali," sahut Mona.
"Apa! Aku menjebak Dellon. Mona, Mona, Mengapa sampai saat ini kamu masih tetap saja menjadi wanita yang paling bodoh. Jika laki-laki yang santai sarapan di sampingmu itu dijebak dan maka tidak mungkin para pemegang saham di Perusahaan menuntutnya, semua kebusukannya sudah terbongkar dan sadarlah jika suami yang kau cintai itu menghabiskan banyak uang untuk bermain wanita," ucap Arini.
"Arini jika kau berani sekali lagi bicara denganku, aku akan memberimu pelajaran!" sahut Dellon semakin panas dan dia juga takut istrinya terpengaruh dengan kata-kata Arini.
"Huhhhh, tidak ada gunanya aku berbicara dengan orang-orang yang rendah SDM seperti kalian, hidup di jalanan dan tiba-tiba menjadi orang kaya. Ini hanya membuang waktuku saja," sahut Arini tersenyum dengan tangannya melambai seolah berpamitan pada orang-orang yang menatapnya penuh dengan kebencian itu.
Bersambung...