Seraphina Luna — supermodel dengan kehidupan yang selalu berada di bawah sorotan kamera. Kalleandra — pria asing yang muncul di malam tak terduga.
Mereka bertemu tanpa sengaja di sebuah klub malam. Sera mabuk, Kalle membantu membawanya pulang ke apartemennya. Tanpa disadari, dua wartawan melihat momen itu. Gosip pun tercipta.
Seketika, hidup mereka berubah. Gosip itu bukan sekadar cerita — ia memaksa mereka untuk mengambil keputusan yang tak pernah terbayangkan: menikah. Bukan karena cinta, tapi karena tekanan dunia.
Di balik cincin dan janji itu tersimpan rahasia dan luka yang belum pernah terungkap. Akankah cinta lahir dari dari gosip… atau ini hanya akhir dari sebuah pertunjukan?
"Di balik panggung, selalu ada cerita yang tak pernah terucap."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon amariel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SI PENGGODA
"Minumlah."
"Terimakasih."
Sera mengambil gelas berisi kopi yang di sodorkan Kalle. Malam ini entah untuk yang keberapa kali, dia kembali datang ke apartemen kecil milik Kalle.
"Akhirnya aku bisa melihat dengan detail seisi apartemenmu dalam keadaan sadar."
Kalle duduk bersebelahan dengan Sera.Tak ada reaksinya atas perkataan Sera baru saja.
" Tadi itu benar mantan pacar gue. Lebih tepatnya aku baru memutuskan." akhirnya Sera membuka percakapan." Lo masih waktu gue datang ke klinik dalam keadaan mabuk."
"Kapan kita ketemu dalam keadaan kamu sadar ?"
Mulut pria itu benar-benar tajam. Profesi Dokternya sangat berbanding terbalik.
"inget gak ?"
"Akan selalu ingat. Karena saat itu kamu ajak aku menikah." jawab Kalle." kamu mabuk gara-gara dia ?"
Sambil menyeruput kopi, kepalanya pun ikut bergerak.
"Dia tidur dengan perempuan di apartemennya. Dan perempuan itu aku cukup mengenalnya, kami satu lingkungan model."
Kalle mendengarkan tanpa berkomentar. sengaja ini dia lakukan. Sera pasti butuh meluapkan perasaannya.
" Padahal gue lagi memperjuangkan dia di depan ayah ibu. Tapi malah dia sendiri yang menunjukkan ketidak layakkannya. Dia juga yang membuat gue, lagi dan lagi di mata ibu sama ayah salah. mulai dari salah memilih tujuan hidup, pekerjaan, bahkan sampai pasangan." ujarnya lagi." gue ini pembangkang dirumah. Apa menurut Lo ini karma untuk anak durhaka macam gue ?"
"Dalam hidup itu gak ada namanya karma. Karena karma itu singkatan dari karena manusia. Hukum sebab akibat."
"Lo pasti sebelumnya udah kenal keluarga gue ?"
" Justru aku lebih tahu kamu di bandingkan keluargamu. Meski ayahmu sering masuk ke televisi." ujar Kalle." Nadira itu fans berat kamu. Waktu aku masih tinggal serumah sama dia, tiada hari tanpa membahas kamu, dinding kamar dia saja sebagian memajang wajahmu. Minggu depan dia ikut kontes fashion show cuma karena pingin ketemu kamu secara langsung."
" Dan malah ketemu di toko perhiasan." sambar Sera." adik Lo ada bakat selain di tunjang postur tubuh dia yang juga proposional. Semoga dia bisa menang."
"Kalaupun gak menang sudah aku ingatkan untuk gak terlalu kecewa." Sahut Kalle." Kamu sudah lama jadi model ?"
"Dari kelas 8. Cuma secara profesional umur 17 tahun alias dapat tawaran runway di luar negeri."
"Lumayan lama juga. pantas kamu dapat julukan Supermodelnya Indonesia."
"Tapi itu gak berharga di mata Ibu. Pekerjaan yang memalukan dan gak ada nilainya." lanjut Sera." ibu maunya gue gabung di Saphira medical center. Rumah sakit' ini Lo pasti tahukan ?"
"Aku dulu ingin sekali gabung di rumah sakit ini. Selain karena rumah sakit' swasta terbesar di Indonesia, rumah sakit ini juga paling lengkap peralatannya dibanding rumah sakit besar lainnya. Bahkan alat-alatnya aja gak beda jauh sama rumah sakit di luar negeri."
"Terus kenapa gak masuk ke sana ? Kayanya dengan keahlian dan kepintaran Lo, mereka pasti terima." Sera melirik Kalle." Mau gue bantu buat masuk disana ?"
Tangan Kalle bergerak mengisyaratkan penolakan.
"Tidak, terima kasih. Kebetulan aku sudah cukup nyaman sama klinik dan tempat aku sekarang bekerja. lagi di sana sudah ada dua temanku."
"Oo ya, harusnya enak dong misal Lo disana dan ketemu lagi sama mereka."
"Untuk saat ini aku sudah sangat nyaman."
"Lo kayanya tipe yang menikmati apa yang dikasih."
"Memang kamu gak pernah bersyukur sama apa yang di dapatkan ?" Kalle bertanya balik.
"Mungkin kalau ibu lunak hatinya. Dimana dia menerima apa yang gue kerjakan selama ini." mata Sera menerawang." Apa yang ayah mau kasih ke Lo semisal kita menikah ?"
keduanya kini saling menatap satu sama lain. kembali, Kalle merasa sedikit tak terima akan perkataan Sera.
"Kamu kira aku mau menerima tawaran ini karena tawaran ayahmu?"
Bahu wanita itu di angkat." Ayah itu seorang paling jeli melihat keuntungan di depannya."
"Ibumu ?"
Sera memainkan bola matanya." hmm, Ibu. Ibu wanita paling ambisius yang gue kenal."
Mendengar penjelasannya, Kalle malah tak berkomentar.
"Kalau ayah lo ?" giliran Sera yang membalik pertanyaan.
"Ayahku orang paling tenang dan sederhana. kalau Buna, Beliau cuma ibu rumah tangga biasa yang tidak ambisius karena ia tak punya cita-cita."
Sera masih belum melepas pandangannya.
"Kedengarannya, keluargamu lebih hangat." tukas Sera." ngomong-ngomong gimana reaksi mereka soal gue dan berita soal kita ? Mereka pasti gak nyaman."
"Itu salah satu alasanku mempertimbangkan tawaranmu. Selain juga rasa tak enakku pada Prof Gunardi."
"Haruskah gue minta maaf sama mereka ?"
"Buna malah minta aku bawa kamu ke rumah."
Tubuh Sera mematung sejenak. rumah ? ibu kalle memintanya datang.
"Gak usah kaget gitu. Kamu gak akan sendirian, aku pasti temanin."
Terukir senyuman Sera. Gelas berisi kopi di letakkannya di meja.
"Ibu suka makanan apa ? Atau lagi mau di belikan apa ?"
"Gak usah. Dia cuma mau ketemu kamu. paling aku titip untuk bisa jaga sikapmu dan--."
"Hey, Kalleandra. Look at me, orang tua gue masih keturunan bangsawan Jawa. urusan sikap, pakaian tentu bisa di atur. Bahkan cara bicara juga. Pokoknya gak akan bikin lo jadi malu. Serahkan semua sama Seraphina Luna."
Tubuhnya dia angkat. Segera ia rapihkan kemejanya.
" Gue pulang dulu. Tadinya berpikir untuk tidur di apartemen ini. cuma gak mau menambah masalah."
"Aku antar."
"No, gak usah. Sudah telepon Bian untuk menjemput. kayanya dia udah di lobi."
Kalle pun mengekor di belakang Sera.
"Gak usah antar gue. Nanti malah makin repot. kayanya di luar masih ada yang suka mengikuti kita."
Sera menahan langkah Kalle tepat di depan pintu. Tangannya dia lambaikan.
"Responnya cuma gerakin kepala doang ? gak ada respon lain ?"
"Maksudnya ?"
"i-iya cium pipi apa dahi gue gitu ala-ala romantis."
Kalle sudah membuka mulutnya tapi kalah cepat dengan Sera yang kembali berbicara.
"Sera, istighfar kamu..!"ucap Sera menirukan gaya bicara Kalle." Assalamualaikum, pak Dokter.
##########################
Mata gadis itu menyipit. Diam-diam awasi yang terjadi di ruang tamu.
"Kebiasaan, kan udah dibilangin jangan suka mengintip atau menguping pembicaraan orang."
Ada tangan yang menyentil kupingnya pelan, suara teriakan kecil pun keluar.
" Mas, sakit..!" protesnya."Lagi kenapa kak Sera di biarin sendirian ? Kenapa gak di temenin."
"Kan ada Buna. Biar aja obrolan antar perempuan."
"Aku juga perempuan. Berarti aku boleh ikut gabung ? Nemenin kak Sera."
"Dibilang kamu masih kecil."
"Tahun depan aku udah 17 tahun loh."
Kalle menggerakkan telunjuknya pertanda larangan. Namun tetap saja ekor matanya tertuju pada Sera. Wanita itu kini sudah duduk berhadapan dengan Bundanya, Maya.
"Saya mau minta sama Tante. Berita akhir-akhir ini pasti membuat keluarga tidak nyaman."
"Kebetulan kami bukan orang yang suka menonton acara TV. Lagi pula Kalle sudah menjelaskan." jawab Maya." Sejujurnya sebagai orang tua agak kurang setuju dengan pernikahan ini. Karena saya lihat kalian ini sebelumnya tidak mengenal satu sama lain. Di tambah juga perbedaan yang menurut saya terlalu jauh."
Sera menegakkan kepalanya. Kini dia menatap lurus pada Maya. Menatap dengan penuh keyakinan.
"Sera yakin mau menikah dengan Kalle ?" tanya Maya." sebagai Dokter dia belum sama sekali berpengalaman. Kehidupannya sederhana dibandingkan Dokter pada umumnya. Terkadang dia membantu kami untuk membiayai Nadira, adiknya. Karena sebagai Dosen penghasilan ayahnya tak begitu banyak."
Pembicaraan mereka terhenti sesaat. Kalle, pria itu tiba-tiba saja muncul di hadapan mereka dan ikut duduk di ruang utama.
" kehidupan pernikahan itu sangat berbeda dengan kehidupan saat kita masih sendiri. Sebagai ibu, tentu saya tahu bagaimana Kalle. Ibu khawatir Kalle tidak bisa membuat kamu bahagia."
Dengan mengurai senyum, Sera menoleh pada pria yang sekarang ada di sampingnya.
"Kalle sudah membuat saya bahagia, Bu. Beberapa hari kami bersama, bicara berdua. Dia juga pelan-pelan mengenalkan saya pada dunianya, pada pekerjaan dan sekarang pada ibu dan Nadira. Dengan apa yang saya sekarang punya, dengan yang Kalle juga lakukan. saya merasa yakin untuk menikah dengannya."
Kembali Sera melirik Kalle sambil tetap menampilkan senyumnya. Sejenak, Kalle terhipnotis dengan sikap manis wanita di sampingnya. Sampai dia menyadari bahwa julukannya sebagai Supermodel memang patut di sematkan. Seraphina Luna, dia sangat pandai menyusun kata-kata manis.
Maya menghela nafas. Dia menatap bergantian dua orang di depannya. pasangan muda yang terlihat berusaha menyakinkannya.
"Kita cuma butuh doa Buna. Biar perjalanan dan niat kami lancar." Kalle menyela.
#########################
" Jadi mereka akhirnya menikah ?"
" Begitulah. Namanya anak muda banyak sekali pertimbangan yang malah berujung menerima. Hanya saja aku tetap ingin mengucapkan terima kasih padamu, karena kalau tanpa bantuanmu ini tidak akan berhasil."
pria tua berkacamata itu pun tertawa." Jangan begitu, kebetulan saja Kalle anak angkatku. Ditambah aku sangat mengenal keluarganya. Pilihanmu sangat bagus, Adipati. Kedewasaan Kalle pasti bisa membimbing Sera."
"Iya, aku juga merasakannya. Pertama bertemu dengan anak muda itu, aku merasa yakin akan keputusanku menjodohkan mereka. sekarang tinggal kita atur pertemuan antar keluarga. Itu nanti biar Ayu yang akan mengurusnya."
Suara ketukan pintu terdengar. Adipati dan Gunardi menghentikan percakapan. mereka berbarengan menoleh ke arah pintu yang kini terbuka. Ada senyum merekah begitu sosok wanita dengan jas dokternya berjalan mendekat.
" Apa kabar, Prof ? sudah lama sekali kita tidak bertemu."
keduanya berjabat tangan. Perempuan itu kini berdiri di samping kursi Adipati.
" Wah, Akhirnya. Sesuai keinginanmu sekarang kau bergabung dengan rumah sakit besar ini, Alina. aku sangat bangga."
Ketiga pun terlibat percakapan ringan sampai Prof Gunardi berpamitan.
"Kabari aku kalau semua sudah siap."
"Pasti, pasti akan aku kabari." ujar Adipati sebelum dia menutup pintu ruangannya.
Ada tangan yang kemudian terulur memeluknya dari belakang. Dan wajah yang kemudian menyandar di bahu.
"Aku kira kamu lupa, mas. Gak tahunya ada tamu."
Suara pelan penuh nada manja dan menggoda terasa di telinganya. hingga pria itu pun berbalik. menatap si wanita muda dengan dua tangan memeluk pinggang rampingnya.
" Waktuku di sini gak lama. Sebentar lagi Ayu datang."
Wajah wanita itu mendekat, hingga ujung hidung mereka saling bertemu. hembusan nafas bergemuruh.
"Tenang aja. Aku bisa bikin kamu puas walau waktunya sedikit."
Ucapan nakal yang berakhir dengan sebuah ciuman panas.
########################
"Apa ?"
" Sini, masuk."
Kaki pria itu malah tak jadi melangkah. Dan memilih berhenti di depan ruang ganti.
"Malah bengong lagi, sini masuk. Bantuin."
"Bantuin apa ?"
"ishh, ini ritsleting belakang macet. Sama ini, ini ada dua kebaya menurut Lo bagus mana."
Sera terlihat kesulitan di dalam ruang fitting. Mereka saat ini sudah ada di salah satu butik ternama sesuai arahan Ibunya, Ayu.
"Kalleandra..! Masuk gak Lo..!" suara Sera meninggi." ini, tolongin ini."
Punggung wanita itu setengah terbuka. menampakkan dengan jelas kulit putih tanpa cela.
"A-aku panggil mbaknya aja gimana ?"
"Lo, gue mau Lo..!"
Meski rasa gugup dan canggungnya tampak, Kalle memilih masuk kedalam bilik yang menurutnya terlalu sempit untuk berdua.
"Tunggu, ini bagus gak."
Sera memutar tubuhnya dengan kebaya yang melekat indah. Kebaya yang menonjolkan setiap lekuk tubuh terutama bagian-bagian penting. Berkali-kali Kalle menghela nafas panjang.
"Ininya musti di naikin lagi apa cukup ? Apa terlalu menonjol ?"
Tanpa merasa bersalah Sera mengatakan hal-hal yang agak sensitif ditambah dia menunjukkannya di depan Kalle.
"Terserah kamu. Pokoknya kamu nyaman." Jawab Kalle cepat. Dia ingin buru-buru keluar dari bilik tersebut.
"Hm, itu ada jas udah gue pilihkan. Bawa deh kita coba di sini sekalian."
Secepat kilat Kalle memutar kepalanya. matanya melotot.
"Di sini ?"
"huuh, disini aja sekalian sama gue."
" Aku ganti pakaian disini ?"
"Iyalah, memang Lo mau dimana buka bajunya ? di luar." tanya Sera santai." Buka disini aja biar gue juga bisa tahu pas atau gak buat Lo."
"Kayanya aku coba di bilik sebelah"
"Disini..! Disini ya Kalleandra, gue gak mau ada penolakan." tegas Sera dengan mata melebar." stop, gak usah suruh gue istighfar. Buka baju atas aja buat cek jas. Bukan mau gue apa-apain. Lo pikir kita mau ngapain di sini."
" Gue ambil jas Lo dulu."
"Gak usah..! Aku aja. Kamu tunggu disini."
"Gue yang buka baju Lo atau--."
" Aku- aku nanti ambil jas terus aku yang akan ganti disini."
Sera pun menepuk lembut puncak kepala Kalle.
Good boy, anak sholeh..!!