NovelToon NovelToon
Return

Return

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / Cintamanis / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:993
Nilai: 5
Nama Author: AiMila

Radella Hafsah dan Delan Pratama memutuskan mengakhiri pernikahan mereka tepat pada satu tahun pernikahan mereka. Pernikahan dari perjodohan kedua orangtua mereka yang tidak bisa ditolak, tapi saat dijalani tidak ada kecocokan sama sekali pada mereka berdua. Alasan yang lain adalah, karena mereka juga memiliki kekasih hati masing-masing.
Namun, saat berpisah keduanya seakan saling mencari kembali seakan mulai terbiasa dengan kehadiran masing-masing. Lantas, bagaimana kisah mereka selanjutnya? Apakah terus berjalan berbeda arah atau malah saling berjalan mendekat dan akhirnya kembali bersama lagi?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AiMila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hanya Perasaan Bersalah

Dua hari berlalu dengan cepat, untuk mengobati rasa rindu selama setahun rasanya begitu kurang. Apalagi, waktu berjalan begitu cepat, satu hari pun rasanya hanya sekejap mata. Meski dua hari itu juga terus bersama dalam setiap jamnya atau bahkan setiap menitnya.

Hari Senin, kembali ke kesibukan masing-masing, memulai minggu dengan aktivitas monoton yang membosankan. Para pekerja akan kembali ke kantor, pergi pada jam delapan dan pulang jam empat atau jam lima dengan pekerjaan yang setiap hari diulang. Lalu anak sekolahan, akan kembali ke sekolah mempelajari materi yang terkadang membuat beberapa dari mereka merasa jenuh.

Namun, hal tersebut tidak berlaku bagi Radella yang tidak terikat apapun, bisa dibilang dia masih belum bekerja sepenuhnya. Baru memulai belajar kurang lebih satu bulan sejak kepulangannya dari rumah Delan. Dia bebas jika saja tidak ingin masuk karena suatu alasan, meski begitu Radella tetap mencoba konsisten.

"Tidak terasa sudah satu bulan ternyata," gumamnya melihat kalender duduk yang ada di nakasnya sebelum melenggang keluar dari kamarnya.

Satu bulan sejak kepulangannya dari rumah Delan, dan sepuluh hari sejak surat resmi cerai dia dapatkan. Selama sepuluh hari itu juga, dia tidak menemui Reno yang masih setia mengabari dirinya, dan berusaha agar mereka bisa kembali bertemu. Radella juga terus beralasan, menolak dengan halus karena sejujurnya dia masih belum ingin menemui kekasihnya itu.

Sepuluh hari itu juga, dia tidak mendapatkan kabar tentang Delan, terakhir dia mengirimi pesan lebih dulu menanyakan persidangan mereka di harinya. Setelahnya, mereka seperti kembali menjadi orang asing, seakan tidak pernah mengenal sebelumnya. Keluarganya pun tidak lagi membahas perihal Delan atau sekadar berbicara tentang pria itu di depannya.

"Kamu baru sarapan?" Sang bunda yang baru datang terkejut melihat anak sulungnya berada di ruang makan.

Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas siang, dan Radella baru turun untuk sarapan karena rasa malasnya untuk bergerak. Perutnya yang sudah melilit, baru dia turun dengan berat hati. Padahal, dia kemrin baru kembali liburan bersama dua temannya. Harusnya, hari ini Radella merasa lebih baik karena bisa sedikit mengobati rindu dengan dua teman dekatnya.

"Iya, Bun," balas Radella sambil meringis.

"Jangan dibiasakan seperti itu, gak biak buat perut Kamu!" tegur bunda Suci.

"Iya, Bun," jawab Radella sekenanya dengan tetap fokus pada makanannya.

"Kamu gak ke butik?"

Bunda Suci ikut duduk menemani anaknya yang masih menyantap makanannya, menatap dengan sorot lembut penuh kasih sayang. Meski umur Radella sudah cukup dewasa, tapi di mata bundanya Radella tetap anak kecil yang sering manja kepadanya. Bahkan, dibanding Rasyafa, Radella lebih manja meski perempuan itu yang lebih tua.

"Tidak, Bun. Badan Radella gak enakan, capek mungkin habis perjalanan kemarin," balas Radella jujur.

Bunda Suci mengangguk paham, dirinya juga tidak pernah memaksa Radella untuk melakukannya. Membiarkan apa yang diinginkan anaknya, bunda Suci tidak pernah menuntut atau memaksakan kehendaknya kepada anak-anaknya. Biarlah mereka menentukan pilihannya sendiri-sendiri.

Hanya satu hal yang pernah Suci paksakan, yaitu pernikahan Radella dan dan Delan. Dan inilah akhirnya, mereka berpisah dan anaknya sekarang menyandang gelar janda di usia yang masih muda. Sekarang, biarlah Radella benar-benar menentukan sendiri hidup dan tujuannya, dirinya hanya perlu mendukung dan mendoakan saja.

"Hari ini mau keluar atau tetap di rumah saja?" Suci kembali bersuara, sesekali bibirnya tersenyum tipis melihat bagaimana Radella makan dengan lahap.

Radella terdiam, dia teringat dengan pesan Reno pagi tadi yang mengatakan ingin bertemu. Pesannya tadi diselingi emot dan kata seperti memohon, dan Radella tidak tega kalau harus terus mengabaikan. Dirinya juga sudah berjanji pada dirinya sendiri, setelah semuanya dengan Delan selesai, dia akan serius dengan Reno.

Namun, yang terjadi adalah, dirinya malah menghindar dan sibuk mencari alasan saat pria itu mengajak bertemu hingga sepuluh hari ini. Perasaan bersalah kembali menyusup, terbayang wajah Reno yang selalu menatapnya dengan ketulusan yang terlihat jelas. Reno tidak pantas untuk disakiti, bisiknya dengan hati bergetar.

"Nanti sore mungkin, Bun, Radella izin keluar cari angin," jawabnya.

"Kamu kalau pergi, sendiri atau sama orang lain?"

Radella terkejut, bundanya bertanya dengan wajah dan nada serius. Seketika, dia merasa panik seakan telah melakukan kesalahan besar. Selama ini, dirinya hanya izin keluar atau mungkin alasan dengan teman kuliah. Dan bundanya, hanya mengiyakan begitu saja.

"Kadang sama teman," jawabnya terdengar kaku dan dipaksakan. Radella tidak pandai berakting atau menyembunyikan ekspresinya agar tetap tenang.

"Teman?" Mata bunda Suci menatap lekat, semakin membuat Radella salah tingkah.

"Teman kuliah, Bun. Memangnya Bunda pikir Radella gak punya teman lain selain Lana dan Cindy." Radella menjawab cepat, bersusah payah menampilkan ekspresi kesal dan tersinggung.

"Siapa tahu, karena Bunda tidak pernah tahu teman kuliah yang kamu sebutkan tadi," balas bunda Suci sekenanya.

Radella tidak membalas, takut salah memilih jawaban dan malah memperpanjang bahasan. Dia lebih memilih memasang wajah cemberut, lalu membereskan bekas makannya saat piringnya telah kosong. Beranjak menuju wastafel dan membersihkan semuanya.

"Bunda, Radella ke kamar dulu ya!" pamitnya dengan cepat melangkah ke atas. Menghindari tatapan bundanya yang masih lekat ke arahnya dan terlihat masih banyak yang ingin wanita itu tanyakan.

***

Radella tersenyum tipis, melihat bagaimana eskpresi bahagia Reno saat mereka duduk berdua. Matanya menatap penuh kerinduan ke arahnya dan bibirnya yang terus melengkung membentuk sebuah senyuman manis. Perasaan Reno bisa terlihat jelas dari wajah dan matanya saat ini.

"Kamu gak capek senyum terus dari tadi?" tanya Radella iseng.

Radella memutuskan untuk menyetujui ajakan Reno, tadinya mereka sudah berencana keluar sekitar pukul setengah lima di mana Reno yang sudah keluar dari kantor. Namun, Radella membatalkan waktunya, karena merasa kasihan dengan Reno yang pasti sangat lelah. Dia memutuskan untuk keluar sekitar jam enam, saat malam mulai tiba.

Mereka bertemu di warung pinggir jalan yang tidak terlalu jauh dari rumah Radella. Setelahnya, mereka akan ke pasar malam di pusat kota yang cukup jauh sekitar tiga puluh sampai empat puluh menit perjalanan. Radella yang meminta, karena pasar malam itu hanya diadakan satu minggu saja.

"Aku sangat senang Kamu bersedia jalan lagi sama aku," balas Reno membuat Radella tersentil.

"Maafin aku, aku tidak bermaksud...."

"Tidak, Kamu tidak perlu meminta maaf," potong Reno dengan cepat melihat wajah Radella yang penuh penyesalan. "Aku khawatir saat Kamu tidak bisa, tapi syukurlah Kamu baik-baik saja," sambungnya dengan tatapan meyakinkan.

"Memang tidak seharusnya aku meminta kita bertemu setiap hari. Aku tahu, Kamu juga lelah seharian belajar di butik."

Radella menatap lekat Reno, ucapan penuh perhatian itu malah semakin membuatnya merasa bersalah. Tidak ada lagi perasaan hangat dan menyenangkan saat mendengar kalimat tulus dari Reno. Setiap kata yang diucapkan Reno, malah menekan dadanya untuk merasakan sakit dan menggiringnya pada perasaan bersalah yang semakin dalam.

Bahkan, sampai sekarang pun, ucapan serius Reno belum juga dia respon. Hampir satu bulan dia menggantungkan perasaan Reno. Rasanya, Radella menjadi perempuan terjahat untuk pria sebaik Reno, sekarang dia malah mempertanyakan kepantasan diri mendampingi Reno.

"Tapi, aku mohon, tetap kabari aku keadaan Kamu ya!" pintanya dengan sederhana dan jelas kalau pria itu selalu memikirkan dan mengkhawatirkannya.

Bukannya senang, Radella malah ingin lari dan mengutuk dirinya yang begitu jahat dengan pria di depannya. Tidak seharusnya, Radella bersikap tak acuh, sedangkan Reno begitu tulus kepadanya. Menekan perasaan bersalahnya, dia mengangguk sambil mengulas senyuman manis.

"Aku janji, aku akan lebih sering lagi mengabari Kamu," jawabnya setelah berperang batin.

1
Aini Nurcynkdzaclluew
Aduh, thor bikin jantungku berdetak kencang
AiMila: Tarik napas pelan-pelan, Kak🙏
total 1 replies
Graziela Lima
Aku bisa tunggu thor, tapi tolong update secepatnya.
AiMila: Diusahakan Kak, terimakasih
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!