NovelToon NovelToon
Istri Simpananku, Canduku

Istri Simpananku, Canduku

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / CEO / Ibu Pengganti
Popularitas:71.3k
Nilai: 5
Nama Author: Fauzi rema

Revana Arnelita...tidak ada niatan menjadi istri simpanan dari Pimpinannya di Kantor. namun kondisi keluarganya yang mempunyai hutang banyak, dan Ayahnya yang sakit-sakitan, membuat Revana menerima tawaran menjadi istri simpanan dari Adrian Wijaksana, lelaki berusia hampir 40 tahun itu, sudah mempunyai istri dan dua anak. namun selama 17 tahun pernikahanya, Adrian tidak pernah mendapatkan perhatian dari istrinya.
melihat sikap Revana yang selalu detail memperhatikan dan melayaninya di kantor, membuat Adrian tertarik menjadikannya istri simpanan. konflik mulai bermunculan ketika Adrian benar-benar menaruh hatinya penuh pada Revana. akankah Revana bertahan menjadi istri simpanan Adrian, atau malah Revana menyerah di tengah jalan, dengan segala dampak kehidupan yang lumayan menguras tenaga dan airmatanya. ?

baca kisah Revana selanjutnya...semoga pembaca suka 🫶🫰

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fauzi rema, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

33. Bab 33

Di ruang tamu besar itu, Nadya duduk dengan gelisah. Ia sempat menoleh kanan-kiri, berharap yang turun menyambutnya adalah Alesya atau Andrew. Namun langkah elegan Maria yang muncul dari arah tangga membuatnya tercekat.

Nadya berusaha tersenyum, meski jelas terlihat canggung.

“Mama… aku kira, anak-anak yang datang, anak-anak dimana Ma ?”

Maria berdiri tegak di hadapannya, wajahnya tenang tapi sorot matanya menusuk. “Anak-anak sedang beristirahat. Mereka baru saja tiba dari Singapura dan sangat lelah. Memangnya ada apa Nadya… tumben kamu kemari setelah dua bulan anak-anak tinggal disini.?”

Nadya meremas jemarinya sendiri. “Aku hanya ingin bertemu anak-anak, Ma. Aku ingin… membawa mereka pulang. Mereka kan juga butuh ibunya.”

Maria menaikkan alis, lalu duduk perlahan di kursi berhadapan dengannya. Gerakannya tenang, penuh wibawa.

“Pulang?” ulang Maria dengan nada datar. “Anak-anak sudah berada di tempat yang aman, nyaman, dan penuh perhatian. Mereka tidak kekurangan kasih sayang. Jadi apa yang kamu maksud kamu sekarang, Nadya?”

Nadya menelan ludah, wajahnya mulai memerah. “Ma, bagaimanapun aku ini ibu kandung mereka. aku berhak—”

Maria mengangkat tangan, memotong kalimatnya. “Tidak ada yang menyangkal itu. Tapi coba tanyakan pada dirimu sendiri… sudahkah kamu menjalankan peranmu sebagai seorang ibu dengan benar?”

Nadya terdiam, tercekat oleh nada suara Maria yang tenang namun begitu menusuk.

Nadya mulai gelisah di kursinya. Dengan suara sedikit meninggi ia berkata,

“Ma, bagaimanapun juga aku ini ibunya! aku akan menunggu mereka bangun. Tidak salah, kan? Kalau aku mau ketemu anak-anakku sendiri.”

Ia bangkit, berniat melangkah menuju koridor kamar anak-anak. Namun langkahnya seketika terhenti saat Maria menegakkan tubuhnya dan menatapnya tajam.

“Berhenti di situ, Nadya.”

Nada suara Maria rendah tapi tegas, membuat Nadya terpaku.

Maria melangkah mendekat, menahan tubuh menantunya dengan sorot mata yang berwibawa.

“Jangan ganggu mereka sekarang. Alesya dan Andrew butuh istirahat. Mereka baru saja menempuh perjalanan jauh, tubuhnya letih. Kalau kamu benar-benar peduli, tunggulah saat yang tepat. Jangan asal datang dan memaksa.”

Nadya menelan ludah. Ia sempat mengepalkan tangannya, wajahnya menahan kesal.

“Tapi Ma, aku… aku kangen mereka. aku ingin bicara, ingin peluk mereka.”

Maria tidak bergeming. Ia menyilangkan tangan di dada.

“Kangen tidak harus ditunjukkan dengan cara egois. Anak-anak bukan mainan yang bisa kamu datangi hanya saat kamu mau. Mereka punya rutinitas, butuh ketenangan. Kalau kamu betul-betul ingin jadi ibu bagi mereka, belajarlah mengutamakan kebutuhan mereka, bukan kehendakmu sendiri.”

Kata-kata itu menohok Nadya. Matanya berkedip cepat, menahan rasa tersinggung bercampur kesal. Namun ia tahu, melawan Maria sama saja bunuh diri.

Akhirnya Nadya menghela napas keras, membuang wajah ke samping. “Baiklah… aku tunggu disini saja.” Ucapnya setengah menahan emosi, lalu kembali duduk di sofa, meremas ujung tas mewahnya.

Maria tetap menatapnya dingin, tidak sedikitpun goyah.

Dalam hati Nadya mendidih, tapi ia tak punya keberanian untuk melawan ibu mertuanya yang begitu punya kuasa di rumah ini.

Suasana ruang tamu terasa tegang ketika suara pintu depan terdengar terbuka. Adrian baru saja tiba. Langkahnya mantap, wajahnya terlihat sedikit lelah setelah dari pagi tadi ia menghadiri pertemuan penting.

Saat matanya menangkap sosok Nadya yang duduk di sofa, alis Adrian otomatis terangkat. Pandangannya langsung bergeser ke arah ibunya, Maria, yang berdiri tak jauh darinya.

Maria hanya memberi anggukan kecil, seolah berkata, "uruslah sendiri" Maria memilih mundur beberapa langkah, tapi tetap berada di area yang memungkinkan ia mendengar percakapan keduanya.

Adrian mendekat, suaranya datar.

“Ngapain kamu di sini, Nadya?”

Nadya bangkit, mencoba tersenyum lembut, meski jelas sekali ada ketegangan di wajahnya.

“Aku… cuma ingin ketemu anak-anak. Mereka di sini, kan? Aku rindu mereka, Adrian. Makanya aku datang.”

Adrian menyipitkan mata, tidak mudah percaya.

“Kangen anak-anak?” Nada suaranya dingin. “Atau kangen uangku?”

Wajah Nadya langsung memerah. Ia mencoba bertahan, tapi tatapan Adrian terlalu menusuk.

“Adrian, aku ini istrimu. Aku masih berhak mendapatkan nafkah dari kamu. Akhir-akhir ini uang yang kamu kasih… terlalu sedikit. Jauh sekali dari biasanya. Aku… aku hanya ingin memperjuangkan hakku. kamu lihat sendiri kan, aku bela-belain datang kesini, aku juga ingin menunjukkan kalau aku peduli sama anak-anak. Aku ingin ajak mereka pulang.”

Maria yang diam-diam mendengarkan di dekat pintu, menutup mulutnya dengan tangan, menahan diri untuk tidak ikut bicara. Hatinya mendidih mendengar cara Nadya berbicara.

Adrian menegakkan tubuhnya, napasnya dalam. Ia menatap Nadya tanpa ekspresi, tapi nada suaranya menohok.

“Kalau kamu benar-benar peduli sama anak-anak, kamu nggak akan datang ke sini dengan tujuan utama uang. Mereka bukan tiket untuk kembali dapat fasilitas mewah dariku. Dan kalau kamu pikir aku akan mengembalikan jumlah nafkah seperti dulu, kamu salah besar. Aku sudah cukup bodoh memanjakan kamu selama ini.”

Nadya terdiam, wajahnya menegang. Jelas sekali ia tak menyangka Adrian akan sekeras itu.

Nadya menghela napas keras, wajahnya tegang menahan emosi.

“Adrian! Aku nggak akan pulang sebelum ketemu Alesya dan Andrew. Aku ibunya, aku punya hak! Begitu mereka bangun, aku akan ajak mereka pulang. Titik!” suaranya meninggi, mencoba terdengar berwibawa.

Adrian berhenti sejenak, menoleh hanya dengan separuh wajah. Pandangannya dingin menusuk, lalu ia menjawab singkat, tegas tanpa sedikit pun memberi ruang untuk dibantah.

“Silakan tunggu di luar. Tapi jangan harap kamu bisa paksa mereka pulang. Anak-anak berhak memilih di mana mereka merasa nyaman.”

Tanpa menunggu jawaban, Adrian melangkah masuk melewati ruang tamu, meninggalkan Nadya terpaku di sofa. Helaan napas beratnya terdengar ketika pintu dalam menutup pelan di belakangnya.

Nadya refleks ingin mengejar, namun langkahnya terhenti saat merasakan tatapan tajam Maria. Wanita paruh baya itu berdiri tegak dengan kedua tangan terlipat di depan dada.

“Nadya. Anak-anak lagi tidur. Jangan ganggu mereka. Kalau mau nunggu, tunggu saja di sini… atau pulanglah. jangan bikin keributan di rumah saya.”

Nadya menggigit bibirnya, wajahnya kaku antara marah dan takut. Nyali yang tadi besar mendadak ciut menghadapi ketegasan mertuanya. Ia tahu, jika Maria sudah bicara seperti itu, tidak ada celah baginya untuk melawan.

Akhirnya Nadya hanya duduk kembali di sofa, menunduk pura-pura sabar. Namun dalam hatinya, amarah dan rasa tidak terima semakin membuncah.

...⚘️...

Dengan langkah tenang Adrian masuk ke dalam kamarnya. Suasana kamar besar itu begitu berbeda dengan ruang tamu yang tadi dipenuhi ketegangan. Hanya ada keheningan lembut, lampu temaram, dan aroma wangi bunga dari diffuser di sudut ruangan.

Pandangan Adrian langsung tertuju pada Revana yang tertidur pulas, wajahnya tenang, selimut tebal menutupi tubuh mungilnya. Senyum tipis muncul di bibir Adrian, rasa letih dan emosi barusan seakan luruh begitu saja.

Ia melepas jas dan dasinya, lalu perlahan naik ke ranjang. Dengan hati-hati ia mengangkat sedikit selimut itu, lalu merebahkan diri di samping Revana. Tangan hangatnya melingkar di pinggang istrinya, menarik tubuh Revana ke dalam pelukannya.

Revana bergumam kecil, seolah merasakan kehadiran suaminya. Kelopak matanya sempat bergetar, tapi ia tidak benar-benar bangun. Tubuhnya malah semakin mendekat, seperti menemukan kenyamanan yang ia cari.

Adrian menghela napas panjang, lalu berbisik lirih di telinga Revana, meski ia tahu istrinya mungkin tidak mendengar.

“Aku capek, Baby… tapi begitu lihat kamu di sini, semua jadi terasa ringan. Kamu rumahku sekarang.”

Tangannya mengusap lembut rambut Revana, mencium kening istri keduanya. Ia menatap wajah istri tercintanya itu dengan lekat, merasa takjub dengan kecantikannya yang natural ketika sedang terlelap.

Namun semakin lama menatap, Adrian semakin bergejolak dengan rasa cinta dan gairah.

Perlahan Adrian menundukan kepalanya, dia meraup bibir Revana, melumatnya pelan, membuat Revana sesekali mengerang di dalam tidurnya.

Seperti biasa, tangan Adrian mulai menggerayangi tubuh mulus Revana, menikmati dan merasakan lembut kulit istri keduanya itu, suara desahan Revana terdengar, tubuhnya merespon rangsangan namun wanita itu tak kunjung membuka matanya, tidur Revana masih terlelap.

Adrian memperhatikan reaksi Revana, membuatnya semakin terangsang karena ekspresi Revana yang sedang menunjukan kenikmatan. Namun Adrian segera sadar, ia harus menghormati Revana yang sedang tidur lelap dan memutuskan untuk menghentikan aksinya meskipun berat hati.

Adrian menarik diri, ia ingin beranjak dari ranjang, namun belum sempat ia turun dari ranjang, terdengar suara protes dari Revana.

"Papi...mau kemana ?"

Adrian menoleh, lalu memperhatikan Revana.

"Kenapa sayang ?" tanya Adrian

"Lanjutin Papi...aku pengen.." Revana membuka matanya, suaranya terdengar manja.

"Astaga...aku..aku tadi nggak tega karena kamu tidur lelap, Baby."jawab Adrian tersenyum.

Adrian kembali mendekat, ia melepaskan baju Revana satu persatu, lalu ia juga melepaskan baju yang dia kenakan.

Adrian menarik selimut, untuk menutupi tubuh polos mereka berdua.

"Sayang...aku mau minum susu dulu." bisik Adrian sambil memelintir tombol dada Revana, membuat Revana semakin mendesah. segera Adrian meraup dada istrinya dengan lembut, melumat, dan menyesapnya dengan rakus.

...⚘️...

Sejak Adrian melangkah masuk ke dalam kamar siang itu, suasana rumah besar keluarga Dirgantara menjadi lebih tenang. Nadya masih diam menunggu di ruang tamu, keinginannya kali ini kuat, dia berusaha tak gentar, demi Adrian kembali memberikannya uang seperti sebelumnya.

Namun, hingga sore menjelang, pintu kamar Adrian itu tak kunjung terbuka. Seolah keberadaan Nadya kali ini benar-benar tak dianggap.

Maria yang duduk di ruang keluarga hanya bisa berulang kali melirik ke arah lantai atas, tepatnya ke kamar Adrian. Sesekali ia menghela napas panjang, lalu menggeleng sambil tersenyum miring.

“Dasar anak itu…,” gumam Maria pelan, lebih kepada dirinya sendiri. “Baru pulang, langsung mengurung diri dengan Revana. Bisa ditebak apa yang mereka lakukan.”

Raut wajahnya bukannya kesal, melainkan penuh pengertian. Sebagai seorang ibu, ia cukup paham dengan gelora darah muda putranya. Terlebih, sejak Adrian menikahi Revana, Maria memang bisa melihat perubahan besar pada putranya itu, lebih hangat, lebih hidup, dan lebih sering pulang ke rumah dengan raut wajah bersinar.

Maria sempat ingin meminta salah satu art untuk mengecek keadaan di lantai atas, namun ia urungkan niatnya. “Sudahlah, biarkan saja… toh mereka masih pengantin baru,” bisiknya sambil tersenyum puas.

Waktu terus bergulir. Matahari sore mulai merambat turun, namun pintu kamar Adrian tetap saja tak terbuka. Maria semakin yakin, Adrian benar-benar larut dalam dunianya bersama Revana.

Suara kecil terdengar dari lantai atas. Alesya membuka matanya perlahan, tubuhnya masih lelah setelah perjalanan panjang dari Singapura. Ia turun dari ranjang dengan rambut sedikit berantakan, lalu berjalan keluar kamar.

Maria yang sedari tadi duduk di ruang keluarga langsung menoleh begitu melihat cucunya itu turun perlahan menuruni tangga. Senyum hangat terukir di wajahnya.

“Alesya, kamu sudah bangun?” tanya Maria lembut.

Alesya mengangguk kecil, lalu mengucek matanya. “Iya, Oma… Andrew masih tidur ya ?” jawabnya dengan suara serak khas anak baru bangun tidur.

Maria berdiri, menghampiri cucunya, lalu merapikan rambut Alesya dengan penuh kasih sayang. “Kalau begitu, Alesya temui Mama dulu, ya. Mama sudah menunggu di ruang tamu dari tadi.”

Alesya sempat terdiam. Ada keraguan di matanya, namun ia menuruti perkataan sang nenek. “Mama di sini, Oma?” tanyanya pelan.

“Iya, Lesya,” Maria mengangguk. “Tapi tenang saja, kamu nggak usah takut, Oma ada di sini. Pergilah, temui Mama sebentar.”

Dengan langkah kecil dan wajah masih setengah mengantuk, Alesya berjalan menuju ruang tamu. Dari kejauhan, Nadya yang duduk gelisah di sofa langsung menoleh begitu melihat putrinya datang. Senyum lebarnya langsung muncul, seolah rasa kesalnya sejak tadi mendadak hilang.

“Alesya… sayang Mama!” seru Nadya, segera membuka tangannya lebar-lebar.

Alesya berhenti sejenak, menatap ibunya, lalu perlahan-lahan berjalan mendekat.

...⚘️...

...⚘️...

...⚘️...

...BERSAMBUNG.....

1
Siti Naimah
rasain lho Rani..makanya jadi orang jangan jahat... akhirnya jadi panas sendiri🤭
Ma Em
Nadia kamu yg berulah kamu yg marah itulah akibat dari semua kelakuanmu pada anak2 dan suamimu karena Nadia terlalu terlena dgn kemewahan sehingga melupakan suami dan anak2 nya , jgn sampai Nadia mencelakakan Revana Thor .
Ririn Susanti
ayo nadia beli kulkas biar gk panas
Randa kencana
Ceritanya sangat menarik 🥰
Ma Em
Adrian secepatnya klarifikasi berita yg tdk benar jgn sampai menghancurkan segalanya , beritahu semua masalah yg ada di keluargaku agar TDK berkepanjangan dan langsung bungkam orang2 yg ingin menjatuhkan mu Adrian .
kalea rizuky
hmmm apapun alesannya selingkuh tetap g bs di benarkan paham
Anita Rahayu
TOLONG THOR BUAT NADYA MALU KARNA JADI ISTRI DAN IBU YG GAGAL DIA DI CERAIKÀN KARNA TUKANG BELANJA GK URUS SUAMI DAN ANAK TITIK
DAN UTK RANI BUAT DIA SADAR DIRI KERJA JGN NGAREPIN MANTAN KAKAK IPAR UNTUK BIAYA HIDUPNYA BUAT VIRAL👌👌👌👌👌👌👌👌👌👌😈😈😈😈😈😈😈😈😈😈😈😈😈
Ma Em
Selamat untuk Alesya yg sdh diterima di kedokteran dan juga Alesya tdk terhasut sama Rani dan Nadya yg ingin memecah belah Adrian dan Revana .
Anita Rahayu
Thor langsung ke penjara aja karna ke tangkep tangan usaha nyelakainnya gagal sama adiknya biar tobat tuh 2 benalu😈😈😈😈😈😈😈😈😈😈
Ma Em
Adrian benar Alesya hrs hati2 sama Rani karena dia akan berbuat jahat pada Alesya , pokonya Alesya jgn sampai lengah jgn percaya mulut manis tapi berbisa apalagi Rani emang sdh TDK suka pada Alesya .
refinorman norman
💪 thor,,, up lagi donk
Ma Em
Rani yg tdk tau malu dan tak tau diri wajar Alesya masuk kuliah di kedokteran karena bapaknya mampu membiayai kuliah anaknya lah si Rani cuma ipar minta dibayarin juga uang kuliahnya mending kalau Nadya kelakuan nya benar dan baik2 sama anaknya yg ada di otak Nadya cuma uang ..uang dan uang ga ada yg lain dasar keluarga benalu kamu Rani dan keluargamu .
Anita Rahayu
buat nadya kalah di persidangan DAN
dia jadi gembel kalau butuh uang harus kerja biar dia tau capeknya jadi adrian kayak mana
MANTAP GK THOR🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣😈
Ma Em
Nadya nekad menjual semua perhiasannya demi untuk memenangkan gugatan harta Gono gini yg banyak , tapi blm tentu dapat Nadya y perhiasan yg ada saja kamu jual takut nanti setelah habis simpananmu sidangnya kalah Nadya dapat zonk .
Ma Em
Semoga keputusan Adrian untuk berpisah dgn Nadya tdk ada hambatan dan dimudahkan di segala urusannya .
Ma Em
Nadya itu akibat kelakuanmu yg sdh mengabarkan kan suami dan anak2 mu , Nadya tdk akan bisa lagi membuat Adrian kembali pada Nadya karena sekarang Adrian sdh punya istri yg mau mengurus kebutuhannya dan juga anak2 nya dan Nadya sdh kalah telak dari Revana , terima saja nasibmu Nadya yg tdk bisa berfoya foya lagi .
Ma Em
Nadya ngaku istrinya Adrian tapi tdk pernah mengurus rumah tangganya suami dan anak2 nya dia abaikan sekarang Nadya nuntut haknya dari Adrian sedangkan kerjaannya cuma foya2 menghabiskan uang Adrian .
Ma Em
Alesya berani kasih tau mamanya tentang Adrian sdh nikah lagi dgn Revana yg membuat Nadya jadi sock karena tdk menyangka Adrian berani nikah lagi , makanya Nadya punya suami itu dilayani dgn baik bkn cuma dijadikan ATM berjalan doang uangnya mau tapi suami dan anak2 nya tdk diperhatikan
Ma Em
Nadya mau anak2 nya kembali tinggal bersama nya tapi kelakuan nya sangat kasar pada Andrew dan Alesya mana mau anaknya tinggal dgn Nadia malah lbh berpihak ke ibu tiri karena Revana baik bisa ngemong dan sayang sama mereka berdua
Ma Em
Pasti Adrian ngamuk tuh langsung ceraikan saja Nadya jgn biarkan Nadya merusak mental Andrew dan Alesya malah akan membuat anak2 jadi trauma nanti .
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!