NovelToon NovelToon
Kumpulan Cerita HOROR

Kumpulan Cerita HOROR

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Dunia Lain / Kutukan / Kumpulan Cerita Horror / Tumbal
Popularitas:6k
Nilai: 5
Nama Author: Ayam Kampoeng

Sebuah novel dengan beragam jenis kisah horor, baik pengalaman pribadi maupun hasil imajinasi. Novel ini terdiri dari beberapa cerita bergenre horor yang akan menemani malam-malam mencekam pembaca

•HOROR MISTIS/GAIB
•HOROR THRILLER
•HOROR ROMANSA
•HOROR KOMEDI

Horor Komedi
Horor Psikopat
Horor Mencekam
Horor Tragis

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayam Kampoeng, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 33 SEKTE SESAT Part 8

Sariwati terjebak. Dia sendirian di pos polisi yang tak lebih dari sebuah gubuk reyot, dikejar oleh bisikan-bisikan Ratu Bayang yang kini terdengar begitu dekat dengannya. Bayangan hitam yang menari-nari di dinding seolah-olah mengejek ketidak-berdayaannya. Dia menelan ludah, mencengkeram erat tongkat besi di tangannya. Dia paham Ratu Bayang hanya bayangan, tapi kehadiran jahat itu begitu kuat, begitu menyesakkan nafas.

Bisikan itu semakin intens, berdesir di telinganya seperti angin dingin yang melewati celah-celah jendela. "Kau tidak bisa lari... Kami ada di mana-mana... Kami melihatmu... Kami menginginkan darahmu... Dan darah adikmu..."

Sariwati memejamkan matanya, mencoba mengusir suara-suara itu. Dia lantas menarik nafas dalam-dalam, mencoba mencari sisa-sisa logikanya yang tercecer di tengah rasa takut. Kompol Budi sudah pergi. Dia sendirian. Tidak ada sinyal ponsel. Tidak ada harapan bantuan. Dia harus tetap tenang.

Tiba-tiba, Sariwati teringat buku catatan kecil yang dia temukan di meja Kompol Budi. Sebuah buku catatan lusuh dengan sampul cokelat tua. Tanpa berpikir panjang, dia meraihnya. Mungkin ada nomor telepon darurat di sana, atau setidaknya catatan tentang kasus-kasus aneh yang pernah ditangani Kompol Budi di desa Bawakaraeng ini.

Sariwati membuka buku itu dengan tangan gemetar. Sebagian besar isinya adalah catatan-catatan rutin tentang laporan kehilangan ternak atau perselisihan tanah. Tapi di bagian tengah, ada beberapa halaman yang berbeda. Ditulis dengan tulisan tangan yang sama rapi seperti Kompol Budi, tapi dengan tinta merah.

"Kasus Khusus: Tarekat Bayang Seram" begitu judul di halaman pertama.

Sariwati membaca dengan cepat. Matanya membelalak. Satu demi satu laporan itu dia baca...

"12 tahun yang lalu, Laporan kehilangan anak di Desa Bawakaraeng. Orang tua mengaku anak mereka 'diambil' oleh Ratu Bayang. Tidak ada bukti fisik, kasus pun ditutup."

"8 tahun yang lalu, Laporan penipuan oleh 'pemuka agama' yang menjanjikan 'tiket ke surga' dengan mahar puluhan juta. Beberapa warga menjual harta benda. Terlapor menghilang sebelum ditangkap. Diduga masih beroperasi di desa lain."

"5 tahun yang lalu, Laporan pembakaran rumah dan satu kematian misterius. Korban adalah warga yang menentang 'ajaran sesat'. Tidak ada saksi, kasus ditutup."

"2 tahun yang lalu, Laporan ritual aneh di gua Bawakaraeng. Warga melihat bayangan besar dan mendengar nyanyian atau lantunan mantra. Tidak ada bukti kejahatan."

Dan tepat di bagian bawahnya, ada catatan tangan Kompol Budi yang paling baru.

"2 hari yang lalu, Laporan dari MUI Provinsi. Dicurigai adanya aliran kepercayaan baru yang mengubah rukun-rukun suci agama, serta melakukan ritual 'persembahan' yang mencurigakan. Lokasi diduga Desa Bawakaraeng. Nama pimpinan adalah Pak Rahman. Perlu penyelidikan mendalam."

Sariwati terkesiap. Jadi, bukan hanya dia yang curiga. Pihak berwenang, bahkan MUI, sudah mencium adanya kejanggalan. Tapi mengapa Kompol Budi tidak bertindak lebih cepat? Mungkin karena kurangnya bukti fisik, atau mungkin... karena takut?

Ada sebuah amplop kecil yang terselip di halaman terakhir buku catatan itu. Sariwati membukanya. Di dalamnya ada beberapa lembar foto lama yang buram. Foto-foto itu menunjukkan sekelompok orang yang sedang melakukan ritual di sebuah gua. Wajah-wajah mereka samar, tapi Sariwati mengenali lokasi guanya. Dan itu... gua Bawakaraeng.

Dan di salah satu foto, ada sosok yang familiar. Pak Rahman, tapi jauh lebih muda, berdiri di depan altar, dengan pisau yang sama seperti yang dia gunakan di malam sebelumnya. Di sampingnya, ada seorang wanita muda yang tampak familiar. Wanita itu mirip sekali dengan Bu Aisyah, tapi jauh lebih muda. Dan di belakang mereka, sosok bayangan hitam panjang berdiri tegak, dengan mata merah menyala. Ratu Bayang?!

Sariwati menyadari sesuatu yang mengerikan. Foto-foto itu jauh lebih tua dari catatan Kompol Budi. Artinya, tarekat ini sudah ada jauh sebelum Pak Rahman yang dia kenal sekarang. Atau, Pak Rahman ini hanyalah penerus, boneka dari sesuatu yang lebih tua dan lebih jahat.

Sebuah janji suci. Atau, dalam konteks ini, sumpah setia. MUI mencurigai tarekat ini mengubah sumpah setia. Sariwati teringat ucapan Andi yang kesurupan, "Dia melihat kebenaran... dan dia setuju." Dia juga teringat bagaimana Pak Rahman bicara tentang "menambah aturan suci menjadi sebelas."

Sariwati melihat ke belakang pos polisi. Ada sebuah papan tulis kecil dengan coretan-coretan acak. Dan di antara coretan itu, dia melihatnya...

Ada sebuah kalimat yang ditulis dengan tinta merah: Tiada Tuhan selain Ratu Bayang.

Itu bukan janji suci atau sumpah setia biasa. Itu adalah pengkhianatan total terhadap kepercayaan dan terhadap Tuhan. Aliran sesat ini mengajarkan pengikutnya untuk menduakan Tuhan. SESAT!!! Sebuah deklarasi bahwa Ratu Bayang adalah satu-satunya entitas yang disembah. Dan ribuan orang mungkin sudah mengucapkannya.

Tangan Sariwati gemetar. Dia tahu dia tak bisa lagi menunggu Kompol Budi kembali. Polisi mungkin bisa menangani penipuan dan pembunuhan, tapi bagaimana dengan kekuatan gaib yang sesungguhnya? Kekuatan yang sudah ada selama bertahun-tahun, bahkan mungkin berabad-abad, dan kini bangkit kembali di Desa Bawakaraeng.

Dia harus pergi. Dia harus mencari bantuan yang lebih memahami hal-hal seperti ini. Bukan dari polisi. Tapi... dari siapa?

Tiba-tiba, suara motor patroli Kompol Budi terdengar mendekat. Sariwati menyembunyikan buku catatan dan foto-foto itu di balik bajunya. Kompol Budi masuk ke dalam pos dengan wajah tegang.

"Nona Sariwati! Kamu baik-baik saja? Saya baru saja kembali dari desa. Astaga... apa yang terjadi di sana?" Kompol Budi terlihat pucat. "Ada beberapa warga yang melaporkan kehilangan uang mereka setelah menyerahkannya pada Pak Rahman. Dan mereka semua bicara soal 'tiket ke surga' dan 'persembahan'. Ini sudah gila!!" ucapnya frustasi.

"Bagaimana dengan Andi, adik saya, Pak?" tanya Sariwati cemas.

Kompol Budi menggelengkan kepala. "Saya tidak menemukan dia. Rumahmu kosong. Rumah Pak Rahman juga kosong. Desa itu... sepi sekali. Tapi saya menemukan sesuatu."

Kompol Budi lalu menunjukkan sebuah kantong plastik transparan yang berisi pisau kuningan kecil.

"Ini pisau yang sama persis dengan yang saya lihat di foto-foto lama pada kasus yang dicurigai sebagai ritual sesat. Ada noda darah kering di sini. Saya sudah hubungi tim forensik dari kota. Mereka akan segera datang." ucap Kompol Budi menenangkan.

Sariwati menatap pisau itu, jantungnya berdesir. Itu pisau yang sama persis dengan yang dipegang Pak Rahman di gua malam itu. Dan darah itu... Apakah itu darah Jaka? Atau... siapa???

Kompol Budi menatap Sariwati. "Kamu tidak bisa tinggal di sini. Kamu dalam bahaya. Aku akan bawa kamu ke kota segera, ke tempat yang lebih aman. Kita akan tunggu tim penyelidik datang. Mereka yang akan mengurus masalah ini."

Sariwati mengangguk. Dia tahu Kompol Budi tidak akan bisa memahami semua cerita yang dia sampaikan. Tapi dia harus ikut. Dia butuh bantuan untuk menyelamatkan Andi. Dan dia harus menunjukkan bukti-bukti ini kepada seseorang yang bisa memahaminya, bukan hanya sebagai kasus kriminal, tapi sebagai kasus gaib yang mengerikan.

Saat mereka keluar dari pos polisi, kabut sudah sedikit menipis. Tapi di balik gunung Bawakaraeng, awan-awan hitam mulai berkumpul, membentuk siluet mengerikan, seolah-olah Ratu Bayang sedang tersenyum, siap untuk kedatangan berikutnya, menunggu Sariwati menjadi tumbalnya...

*

1
Emje Val
Nice
Ayam Kampoeng: thanks🙏
total 1 replies
Ayam Kampoeng
terima kasih buat yg sudah kasi koin ya 🙏😊
Ayam Kampoeng
siap kak🙏
WONG NDESO
lanjutkan
Ayam Kampoeng: siap kak 🙏
total 1 replies
WONG NDESO
mantab
WONG NDESO
lanjut
WONG NDESO
baguss
WONG NDESO
bagus
Ayam Kampoeng: makasi kak... 😊
total 1 replies
Aoi Farasha
ceritanya okay bgt. ngeri2 merinding bacanya. anti typo juga. aku suka banget, Thor... lanjuuuuut

buat othor ganteng ni kukasi kue dah xixixi 🥧🍰🧁🍮🍧🥮🥠
Aoi Farasha
yaaah udh tamat. kakak orang Bali ya? kok ceritanya detail banget kak? hehehe
Ayam Kampoeng: bukan... 🙏 saya orang Indonesia yg nomaden dan suka menulis pengalaman menjadi sebuah karya 😊
total 1 replies
Mini_jelly
Rasain lu ndra!!!
Ayam Kampoeng: Ndra...
ato Ndro? 🤣🤣
total 1 replies
Mini_jelly
seruuu, 🥰🤗
Mini_jelly: sama2 kak 🥰
total 2 replies
Mini_jelly
Bully itu emg bukan cuma fisik. Ejekan kecil yang diulang-ulang, pandangan sinis, atau diasingkan perlahan-lahan juga membunuh rasa percaya diri. Sadar, yuk."
Sebelum ikut-ikutan nge-bully, coba deh tanya ke diri sendiri. Apa yang akan aku rasakan jika ini terjadi padaku atau adik/keluargaku?
☺️🥰
Ayam Kampoeng: 😊😊😊........
total 3 replies
Mini_jelly
😥😭😭
Ayam Kampoeng: nangis .. 🥲
total 1 replies
Mini_jelly
🤣🤣🤣
Ayam Kampoeng: hadeh ..
total 1 replies
Mini_jelly
me too 🥰❤️
Ayam Kampoeng: ekhem 🙄🤭
total 1 replies
Mini_jelly
udh lama gk mampir, ngopi dlu 🥰
Ayam Kampoeng: kopi isi vanila. kesukaan kamu 🤤🤸🤸
total 1 replies
Mini_jelly
🤣🤣🤣🤣
Ayam Kampoeng: malah ketawa... 😚😚😚💋
total 1 replies
Mini_jelly
semangat nulisnya pasti seru nih 🥰
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!