Matahari terbenam, memeluk kegelapan. Tepian laut berbisik dengan kencang. Angin malam yang hangat sangat menusuk hingga ke tulang.
Zoya dan Arga dijebak seseorang sehingga mereka harus dinikahkan paksa oleh warga desa. Karena pernikahan itu, Zoya dibenci keluarganya. Suaminya yang masih berstatus pelajar pun sangat membencinya.
Bagaimana kisah Zoya di masa remajanya yang harus nikah muda?
Ikuti ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenny Een, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28 Putus
Pesta penyambutan Arga berjalan dengan lancar. Alan dan Talia mengucap syukur karena anak mereka Arga sudah menyelesaikan kuliahnya di luar negeri melalui program fast track. Arga sekarang juga bekerja di perusahaan Alan.
Pesta itu banyak dihadiri kolega bisnis, keluarga dan sahabat. Terlihat Najib, Rafa, Dinar, Daniyal, Raisa hadir di pesta. Zoya ikut bergabung bersama mereka.
"Zoya, Arga sudah kembali tuh. Habis ini pasti temu kangen ya," goda Rafa.
"Dia bukan Kak Arga," sahut Zoya.
"Zoya, dia itu Kak Arga," bisik Dinar.
"Bukan, selama ini Kak Arga selalu bersamaku. Aku gak kenal dia," balas Zoya.
Raisa menarik tangan Zoya dan berdiri di depan Arga.
"Halo Kak Arga, kenalin ini temanku Zoya," Raisa mengulurkan tangan Zoya.
"Arga," Arga dengan cepat membalas uluran tangan Zoya.
Raisa tersenyum dan mundur menjauh membiarkan mereka berdua saling berpandangan. Dan lagi-lagi Arga melihat bayangan hitam di belakang Zoya. Zoya merasa tidak nyaman. Zoya berusaha melepaskan tangan Arga.
"Halo Arga," sapa seorang gadis.
Arga perlahan melepaskan uluran tangannya. Zoya meninggalkan Arga yang lagi asik ngobrol dengan gadis itu. Tidak ada perasaan cemburu, marah. Zoya terlihat biasa. Zoya sedikit menjauh dari keramaian. Zoya duduk menyendiri di pojok ruangan.
Semua sahabat Zoya melihat ke arah Zoya. Dan seperti biasa, Zoya bicara dan tertawa sendiri. Najib dan Rafa menyaksikan itu semua.
"Zoya sering begini?" tanya Rafa ke Daniyal.
"Iya. Dia bilang bersama Kak Arga. Tapi, mengapa dia tidak kenal dengan Arga? Apa amnesianya separah itu?" Daniyal menggaruk kepalanya.
"Kasian Zoya, parah, parah," Dinar menggelengkan kepalanya.
Dari kejauhan, mereka melihat seorang pemuda mendekati Zoya. Pemuda yang sangat rapi, putih, tinggi. Bahkan Arga saja kalah dibandingkan pemuda itu.
Pemuda itu mengulurkan tangannya dan Zoya membalasnya. Pemuda itu dan Zoya terlihat akrab. Mereka saling cerita dan tertawa bersama. Arga juga memperhatikan keakraban Zoya dan pemuda itu. Zoya juga terlihat saling bertukar nomor kontak.
Pemuda itu berdiri, melambaikan tangan kepada Zoya dan menjauh pergi. Setelah pemuda itu meninggalkan ballroom, Zoya tiba-tiba saja memegangi lehernya. Zoya berteriak minta tolong.
Najib, Rafa, Daniyal, Dinar dan Raisa membantu Zoya melepaskan cengkeraman tangan Zoya. Tangan Zoya begitu kuat, Zoya hampir kehilangan napas. Arga pun berlari menghampiri Zoya. Apa yang Arga lakukan, Arga melayangkan pukulannya ke arah belakang Zoya.
Setelah Arga melayangkan pukulannya, saat itu juga Zoya melepaskan cengkeraman di lehernya. Zoya pingsan tidak sadarkan diri. Arga spontan mengangkat Zoya dan membawanya keluar dari ballroom lewat pintu belakang. Zeki mengikuti Arga.
Alan dan Talia mengalihkan perhatian tamu undangan dengan mengundi door prize. Untungnya tamu undangan tidak ada yang melihat. Teman-teman Zoya memberitahu Okan apa yang baru saja dilihat mereka. Mereka menenangkan Okan karena Arga, Zeki, Rafa dan Najib membawa Zoya ke rumah sakit.
Rafa melajukan mobilnya. Sepanjang perjalanan, Najib menceritakan apa yang dia dan teman-teman lihat. Zoya mencekik lehernya sendiri. Zoya seperti orang kesurupan. Hal seperti itu tidak sekali dua kali Zoya lakukan. Daniyal sering melihat Zoya seperti itu di sekolah.
"Maksudnya gimana?" Zeki bertanya pada Najib.
"Setiap kali Daniyal atau cowok lain mendekati Zoya. Entah itu sekedar bertanya kabar, Zoya pasti akan mencekik lehernya. Dan malam harinya, cowok itu akan mendapatkan teror ancaman agar tidak coba-coba mendekati Zoya," cerita Najib.
"Apa semua itu perbuatan Arga?" tanya Zeki lagi.
Arga menatap tajam ke arah Zeki.
"Ya tentunya bukan Arga lu," sahut Zeki.
"Entahlah, mereka tidak menyebutkan nama. Yang pasti, cowok-cowok yang ada di sekolah tidak berani mendekati Zoya. Zoya juga menjaga jarak," jawab Najib.
Arga hanya diam. Arga masih melihat bayangan hitam di belakang Zoya. Dalam hati Arga menduga, jangan-jangan bayangan hitam itulah yang mengikat Zoya. Dia tidak menginginkan Zoya dekat dengan pria.
Arga memandangi Zoya yang masih tidak sadarkan diri. Apa bagusnya gadis ini? Wajahnya suram, tidak ada cahaya, kenapa banyak orang yang ingin mendekatinya, batin Arga.
Tapi mengapa aku bisa nikah dengan dia. Kenapa kami mengalami kecelakaan? Arga terus bertanya dalam hatinya.
Mereka tiba di rumah sakit. Zoya langsung diperiksa dokter dan perawat di ruangan UGD. Zoya mengalami pembengkakan pada leher. Zoya disarankan rawat inap di rumah sakit. Zoya juga sudah dipindahkan ke dalam kamar pasien.
Zeki, Arga, Najib dan Rafa duduk di kamar Zoya. Arga cerita, ketika pertama kali bertemu Zoya di ballroom, Arga melihat sosok hitam di belakang Zoya. Oleh karena itulah pada saat Zoya mencekik lehernya, Arga memukul sosok hitam di belakang Zoya.
Terakhir kali, Arga melihat sosok hitam itu di dalam mobil Rafa. Sekarang Arga tidak lagi melihat sosok hitam itu.
"Apakah sosok hitam itu yang selama ini menemani Zoya. Dan apakah dia yang bernama Arga?" Arga memandangi Zeki, Najib dan juga Rafa.
Mereka bertiga mengangkat pundaknya. Zeki yang masih belum percaya hal-hal ghaib, menceritakan pertemuannya dengan Pak Abdul. Beliau bilang ada sosok yang ingin meminang Zoya dan membawanya ke alamnya.
"Oh tidak, Zoya harus bangun," Zeki berdiri di samping tempat tidur Zoya.
Zeki sedikit membungkukkan badannya dan berbisik di telinga Zoya agar Zoya segera bangun. Zoya merespon.
Zoya dalam lirih berucap, "Tolong, tolong!"
Zeki mendekatkan telinganya. Zeki mendengar Zoya meminta tolong. Tidak ada yang bisa mereka lakukan. Zeki memanggil dokter dan perawat.
Dokter kembali memeriksa Zoya. Zoya mengalami sesak napas. Zoya dipasangi alat bantu pernapasan. Zoya membuka matanya. Zoya melihat Zeki yang berdiri di sebelahnya. Zoya menarik tangan Zeki.
Susah payah Zoya menggerakkan bibirnya, "Tolong, tolong."
Zeki mendekatkan wajahnya dan lagi-lagi Zeki mengucapkan kata tolong. Arga melihat sosok hitam itu tepat melayang di atas Zoya.
"Sosok itu ada di atas Zoya," kata Arga.
Zeki mengambil ponselnya dan menghubungi Bi Ijah. Zeki minta bantuan Bi Ijah untuk memanggil Pak Abdul ke rumah sakit. Zoya meminta tolong. Arga melihat sosok hitam melayang di atas Zoya.
Pandangan Zoya ke atas. Zoya melihat Arga yang selama ini menemaninya berdiri di hadapannya. Arga marah, karena Zoya menerima pertemanan seorang pria. Tidak ada yang boleh mendekati Zoya selain Arga.
Zoya lelah, Zoya tidak lagi perduli dengan ancaman Arga. Cukup sudah, Arga sudah sangat keterlaluan. Beberapa kali Zoya hampir kehilangan nyawanya. Hidup Zoya hanya untuk dirinya. Kali ini Zoya akan melawan.
"A ... ku ingin pi ... sah. A ... ku ingin pu ... tus!" Zoya menatap tajam ke atas.
"Kamu ingin putus! Ok, aku akan mengabulkannya!"
Sosok yang selalu Zoya panggil Arga kini berada di atas Zoya. Dia kembali mencengkram leher Zoya. Mata Zoya melotot, mulutnya terbuka lebar mencari udara. Semua yang ada di dalam ruangan panik. Arga kembali spontan melayangkan tinjunya ke bayangan hitam yang ada di atas tubuh Zoya.
Terdengar suara hembusan angin kencang di dalam ruangan Zoya.
WUSSSSSHHHH!
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...