NovelToon NovelToon
Suamiku Berubah

Suamiku Berubah

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikah Kontrak / Pernikahan Kilat / CEO Amnesia / Diam-Diam Cinta / Teman lama bertemu kembali
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: nula_w99p

Clarisa Duncan hidup sendirian setelah keluarganya hancur, ayahnya bunuh diri
sementara ibunya tak sadarkan diri.

Setelah empat tahun ia tersiksa, teman lamanya. Benjamin Hilton membantunya namun ia mengajukan sebuah syarat. Clarissa harus menjadi istri, istri kontrak Benjamin.

Waktu berlalu hingga tiba pengakhiran kontrak pernikahan tersebut tetapi suaminya, Benjamin malah kecelakaan yang menyebabkan dirinya kehilangan ingatannya.

Clarissa harus bertahan, ia berpura-pura menjadi istri sungguhan agar kondisi Benjamin tak memburuk.

Tetapi perasaannya malah semakin tumbuh besar, ia harus memilih antara cinta atau menyerah untuk balas budi jasa suaminya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nula_w99p, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 33

Hah? Apa yang sebenarnya di pikirkan oleh suaminya, yang benar saja bisa-bisa mengambil kesempatan dalam kesempitan. Apa tujuannya sekarang? Jangan-jangan dia akan melakukan hal itu lagi. Bagaimana ini?

"Tidak usah, aku duduk di sini saja." Clarissa menunjuk laci pendek di belakangnya, ia bisa duduk di sana setidaknya menurut dirinya.

"Atau di sana juga bisa," Clarissa kembali memberi alasan. Ia menunjuk pada ranjang, di sebelah Benjamin.

"Aku ingin berdiskusi, mengobrol denganmu." Benjamin bangun dan mendekati Clarissa yang masih tengah duduk di laci itu.

Benjamin mendongak sedikit, ia mendekatkan wajahnya pada istrinya. Sementara Clarissa terus menjauhkan dirinya sebisa, sebisa mungkin agar tak bersentuhan dengan suaminya.

"Kalau kamu tidak mau duduk di atas bahu ku maka aku akan mencium mu." Benjamin berucap langsung di hadapan wajah Clarissa, ia kembali ke tempat dia duduk sambil menepuk bahu miliknya.

"Kalau ingin mengobrol kan bisa kamu di sana, aku di sini. Ingat kata Dokter, kita tidak boleh melakukan itu sebelum kamu benar-benar sembuh." Clarissa mencoba lagi mencari alasan yang bisa digunakan untuk membuat Ben menyerah.

"Aku sudah sembuh, lihatlah. Hanya kepalaku saja yang belum," Benjamin berdiri dan menunjukan seluruh tubuh seolah sedang memamerkannya. "Kamu pikir ingin memakan mu?" Ia tersenyum sungging, Ben sangat suka menggoda istrinya.

"Aku bukan makanan," Clarissa bergumam pelan. Ia memang mengakui kalau dirinya takut di lahap oleh lelaki di sampingnya ini, selama hidupnya ia tak pernah melakukan kontak fisik dengan lelaki.

Clarissa akhirnya mengalah, ia menghampiri Benjamin dan duduk di pangkuannya. "Jadi apa yang ingin kamu bicarakan?" Dia terus memandang ke arah berlawanan, ia takut bertatapan dengan suaminya akan membuat situasi ini menjadi berbahaya.

"Ini masalah pekerjaan, aku tidak mau kamu pergi ke kantor denganku lagi-"

"Hah? Apa?" Setelah mendengar itu, Clarissa langsung memotong pembicaraan tanpa sadar.

"Aku tidak mau kamu kecapean terus menerus, aku lumayan terbiasa pergi ke kantor dan pekerjaan memang tak terlalu berat seperti kata pria itu. Lagipula ada Alan, kamu tidak perlu khawatir. Tinggal lah di sini, kamu istirahat juga. Bukan cuman aku yang harus kamu perhatikan tetapi dirimu sendiri lebih penting." Benjamin dengan jelas mengatakan alasan mengapa dirinya tak mau Clarissa ikut pergi ke perusahaannya.

"Tapi...." Clarissa merasa bingung harus menjawab apa, ucapan Ben sebenarnya tidak ada yang salah maupun menyinggung. Hanya saja ia jadi tak bisa mengawasi suaminya, ia merasa agak curiga sedikit dia sudah punya ingatan masa lalu sekaligus bagaimana kalau kesehatannya semakin menurun!

"Tidak apa-apa, kesehatan ku tidak akan memburuk." Benjamin memang tak ingin Clarissa terlalu banyak memikirkan pekerjaan dirinya dan juga alasan lain mengapa dirinya tak mau lagi istrinya menemaninya adalah, karena ia sedang menyelidiki sesuatu. Ia juga merasa agak curiga dengan tindakan istrinya siang tadi. Jangan-jangan ada yang di sembunyikan olehnya? Apa itu? Apakah semua seperti yang Benjamin pikirkan! Clarissa punya seseorang di hatinya, bukan dirinya tetapi lelaki lain?

"Baiklah, tapi kalau terjadi sesuatu atau kamu merasa sakit. Beritahu aku, janji ya?" Clarissa mendekatkan jari kelingking pada Ben. Lalu dia membalas mendekatkan dan menyatukan jari kelingking keduanya.

***

Sudah beberapa jam berlalu setelah Ben pergi bekerja, Clarissa tinggal menunggu beberapa menit lagi untuk membuang boneka yang di kirim oleh orang tak di kenal.

Dia merasa sepi saat Benjamin tak ada, padahal biasanya suasana di rumah memang seperti ini sedari dulu saat keduanya mulai menikah kontrak.

Tapi entah mengapa Clarissa jadi merindukan lelaki itu, dia baru saja keluar dari rumah untuk bekerja lalu bisa-bisanya Clarissa langsung menginginkan keberadaan suaminya. Ia menjadi orang yang tergila-gila pada suaminya, sepertinya perasaannya tak bisa dia sembunyikan lagi.

Bagaimana kalau nanti Benjamin kembali seperti dulu! Clarissa tak sanggup membayangkannya. Apa perlu dirinya mengandung agar Benjamin tak pernah menceraikannya seperti saran dari Ayah mertuanya itu.

Clarissa menggeleng cepat, "tidak-tidak-tidak. Tidak boleh berpikir begitu, ayo kita fokus membuang sampah mengerikan ini terlebih dahulu." Clarissa sebenarnya sedang menunggu waktu, ia tak mau kalau sampai tetangga melihat dirinya membuang boneka ini.

Saat ini di luar agak ramai, Clarissa sudah menunggu saat-saat suasana di sana sepi agar bisa membuangnya.

Clarissa membawa paket berisi boneka yang sudah ia balut dengan plastik hitam, dia mengintip dari jendela.

Sepetinya sudah sepi, ini waktunya.

Clarissa melangkah cepat agar sampai ke tempat sampah yang ada di sebrang rumahnya, padahal ia sebenarnya tak perlu menunggu karena sampah tersebut di balut plastik hitam yang membuatnya tak terlihat dan juga hanya beberapa langkah dari rumahnya. Tapi Clarissa cukup waspada, tidak ada salahnya berjaga-jaga terlebih dahulu.

Clarissa lalu kembali ke rumah setelah selesai, dia terpikir dengan pelakunya. Sepertinya dia kenal siapa orangnya namun ia tidak ingin cepat menyimpulkan sesuatu yang belum terbukti kuat.

Membuat frustasi saja, apa sih yang di inginkan pengirim boneka ini! Dia menginginkan Benjamin? Mengapa malah mengirim hal seperti ini pada istrinya, bukannya langsung menggodanya saja kalau memang benar menginginkan nya. Dia pikir hal ini akan membuat Clarissa merasa ingin berpisah dengan suaminya! Tidak mungkin, ia hanya akan bercerai kalau Benjamin sendiri yang mengatakannya.

"Aduh aku pusing," Clarissa berbaring di sofa dengan perasaan kacau balau. Ia sangat ingin beristirahat namun malah menjadi begini, ia menjadi sangat pening di buatnya.

Clarissa kemudian menatap dapur dari sana, "lebih baik memasak saja." Clarissa menghampiri ruang makan, ia merasa memasak bisa menghilangkan pikiran kacaunya tentang boneka itu.

"Hari ini memasak apa ya?" Clarissa membuka lembar demi lembar kertas buku resep yang ia tulis sendiri. Ia sengaja membuatnya untuk Ben, saat mungkin kalau mereka bercerai nanti dia bisa menggunakannya. Resep yang ada sangat sederhana namun sangat enak, Clarissa merasa lapar memikirkan masakan yang ada di resep ini.

"Haruskah aku menanyakan pada Ben untuk makan malam kali ini?" Clarissa berpikir keras, ia lalu memutuskan untuk melakukannya.

Clarissa melirik jam di dinding, jam segini biasanya Ben sedang tak ada kerjaan di kantor. Ia mengambil ponsel dan mengetuk nomor telepon kantor yang di ruangan Ben.

"Halo!" Suara Ben terdengar menenangkan di telinga Clarissa, ia tersenyum bahagia saat mendengar perkataan Ben walau hanya satu kata.

"Halo, ini Clarissa." Ia menjawab dengan perasaan gembira, rasanya seperi kembali ke masa remaja. jantungnya berdetak sekencang ini saat ia bertemu Benjamin di masa sekolah dulu.

"Oh hai sayang," suara Ben menjadi riang dari seberang. "Ada apa? Kamu merindukan ku? Kalau begitu aku pulang saja sekarang!"

"Eh apa pekerjaannya sudah selesai?" Clarissa mengangkat alis mendengar perkataan Ben, baru beberapa jam dia pergi ke kantor.

"Belum, aku merindukanmu." Clarissa tersenyum lebar mendengar ucapan suaminya, dia juga merindukan keberadaan Ben. "Sebenarnya aku ingin bertanya kamu ingin makan malam apa!"

"Oh, terserah kamu saja. Aku suka semua masakan mu."

To be continue...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!