Cherry Yang, yang dipaksa mendonor darah sejak kecil untuk adik tirinya, setelah dewasa ginjalnya diambil paksa demi menyelamatkan sang adik.
Di malam itu, ia diselamatkan oleh Wilber Huo—pria yang telah mencarinya selama delapan tahun.
Kehidupan Cherry berubah drastis setelah pertemuan itu. Ia bahkan terpaksa menikah dengan Wilber Huo. Namun, tanpa Cherry sadari, Wilber menikahinya dengan alasan tertentu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
“Lonely, jaga sikapmu. Jangan suka bertindak sesuka hati hanya karena hubunganmu dengan suamiku begitu dekat. Kalau kau tidak tahu batas, orang akan menganggapmu sebagai pihak ketiga yang menghancurkan pernikahan orang,” kata Cherry dengan tegas.
Lonely menahan amarah yang hampir meledak. Bibirnya tersenyum, tapi matanya penuh kebanggaan.
“Cherry yang manis, kau baru saja datang dan langsung menikah dengan Wilber. Sejauh apa kau benar-benar mengenalnya? Apakah kau tahu makanan kesukaannya? Hobinya? Bahkan olahraga yang dia sukai?”
“Apakah kau tahu semua itu?” balas Cherry tenang.
“Tentu saja! Aku bahkan sangat memahaminya,” jawab Lonely penuh percaya diri.
“Kalau begitu, kenapa dia tidak menikahimu? Malah memilihku, yang katanya tidak memahami apa pun tentang dirinya?” sindir Cherry dengan senyum tipis.
“Kau…” Lonely mengepalkan tangan, wajahnya merah menahan emosi.
“Daripada kau berbicara sembarangan di sini, lebih baik fokus pada kariermu. Dari segi undang-undang, aku adalah istri sah yang dinikahi secara resmi. Sedangkan kau, hanya orang yang bekerja sama dengannya. Itu artinya kau hanyalah orang luar. Apa kau ingin dicap sebagai perusak rumah tangga orang?” ucap Cherry lantang.
Lonely yang kesal mengangkat tangannya, siap menampar wajah Cherry. Namun langkahnya terhenti ketika suara tegas terdengar.
“Apa yang kau lakukan?” suara Wilber bergema dari arah lain
“Wilber?” Lonely segera berlari menghampirinya dengan wajah dibuat sedih.
“Apa yang terjadi di sini? Kenapa kalian semua berkumpul dan tidak bekerja?” tanya Wilber, tatapannya tajam menyapu ruangan, sebelum akhirnya menghampiri Cherry.
“Jangan salahkan mereka. Mereka hanya membelaku karena merasa aku dipermalukan,” kata Lonely cepat-cepat, berusaha mencari pembelaan.
Wilber tak menghiraukannya, melainkan mengusap lembut kepala istrinya. “Ada apa?” tanyanya pada Cherry.
“Tidak ada apa-apa. Nona Lonely hanya suka menebar gosip. Aku hanya mengingatkannya,” jawab Cherry tenang.
“Wilber, bukan seperti itu!” sergah Lonely. “Aku hanya mengatakan bahwa aku dan kau sangat dekat, tapi Cherry langsung marah dan menghinaku.”
Wilber menoleh pada istrinya. “Apa benar yang dia katakan?”
“Aku hanya bicara sesuai fakta,” jawab Cherry mantap.
“Wilber…” Lonely menatapnya dengan mata berkaca-kaca. “Kenapa kau menikah tiba-tiba tanpa memberitahuku? Aku sangat sedih. Baru beberapa hari lalu aku mendengar kabar itu.”
Wilber menatapnya tajam. “Apakah aku harus melapor padamu tentang pernikahanku?”
“Bukan itu maksudku… karena hubunganku dengannya begitu dekat. Makanya aku hanya sedih tidak diundang,” ujar Lonely lirih, berusaha mencari simpati.
Namun Wilber menatapnya dingin. “Lonely, kerjasama kita sampai di sini saja.”
“A–apa?” Lonely terperanjat.
“Roby,” panggil Wilber tanpa menoleh, sambil menggenggam tangan Cherry. “Umumkan ke media, mulai hari ini perusahaan kita tidak ada hubungan kerja sama lagi dengan Lonely. Apa yang terjadi pada kariernya setelah ini, bukan urusan kita.”
“Wilber!” Lonely panik, mencoba mengejar langkah Wilber. Namun Roby segera menghadang.
“Nona, Tuan sudah bicara dengan jelas. Silakan pergi,” kata Roby tegas.
“Aku ingin bertemu dengannya! Jangan menghalangiku!” Lonely meronta, wajahnya memerah.
“Jangan sembarangan! Tuan tidak suka ada yang menerobos ke kantornya. Tolong jaga sikapmu,” ujar Roby dingin, menahan tubuh Lonely agar tidak melangkah lebih jauh.
Sementara itu, di dalam ruangan direktur, Wilber menarik istrinya ke sofa. Cherry sempat terkejut, tapi Wilber langsung mendudukkannya di pangkuannya.
“Kenapa tidak mencariku kalau dia mengganggumu?” tanya Wilber, memeluk erat istrinya.
“Hanya masalah kecil. Tidak mungkin harus mengganggumu,” jawab Cherry dengan nada lembut.
“Mengganggumu bukan masalah kecil bagiku. Aku adalah suamimu, dan sudah menjadi tanggung jawabku untuk melindungimu,” ucap Wilber sambil menatapnya dalam-dalam.
Cherry terdiam, hatinya bergetar mendengar kalimat itu.
Namun sebelum ia sempat menjawab, suara dari luar terdengar. Lonely masih berteriak, nekat menembus pertahanan Roby.
“Wilber! Apa kau tidak menyesal memecatku? Aku adalah artis perusahaan ini! Aku sudah lama bekerja sama denganmu!” seru Lonely, nadanya penuh luka sekaligus marah.
Lonely masih berteriak di luar pintu, suaranya parau penuh amarah.
“Kakak Huo! Apa kau tidak menyesal memecatku? Aku adalah artis perusahaan ini! Aku sudah lama bekerja sama denganmu!”
Namun Wilber sama sekali tidak peduli. Ia menatap Cherry yang masih duduk di pangkuannya dengan lembut.
“Jangan dengarkan suara di luar sana,” bisiknya. “Yang penting, kau bersamaku di sini.”
Tanpa ragu, Wilber menunduk dan mencium bibir istrinya dengan mesra, seakan ingin menegaskan bahwa hanya Cherry yang menjadi pusat dunianya. Cherry sempat terkejut, wajahnya merona, namun perlahan ia membalas ciuman itu.
Pelukan Wilber semakin erat, seakan ingin menutup rapat semua kegaduhan di luar ruangan. Bagi Wilber, Lonely dan gosip apapun tidak lagi penting—yang ada hanyalah Cherry, wanita yang sudah sah menjadi istrinya.
Wilber tidak lagi bisa menahan diri. Setelah melumat bibir istrinya dengan penuh hasrat, ciumannya perlahan turun ke leher Cherry, meninggalkan jejak hangat di sana.
Cherry menggigil halus, jemarinya meremas kemeja suaminya tanpa sadar.
“Wilber…” bisiknya lirih.
Tangan Wilber yang kokoh bergerak dengan penuh kehati-hatian, menyusuri punggung istrinya lalu perlahan menurunkan pakaian tipis yang dikenakannya. Setiap sentuhan membuat napas Cherry tercekat, wajahnya semakin memerah.
"Jangan! Di sini adalah kantor," ucap Cherry yang menahan dada suaminya.
"Ini adalah kantor kita, apa salahnya kalau kita berciuman di sini," bisik Wilber.
"Sudah, aku ingin kembali bekerja!" kata Cherry.
"Cherry, ada sesuatu yang ingin aku tunjukan padamu," ujar Wilber.
"Apa itu?" tanya Cherry.
"Sesuatu yang telah kau lepas selama ini," jawab Wilber.