Shanum namanya.. wanita periang nan cantik.
Tanpa sebuah rencana, tanpa sebuah aba-aba. Seorang pria tampan dan sukses memintanya untuk menjadi pacarnya. Ya.. "Sebatas Pacar Sewaan" demi menutupi kepergian kekasihnya.
"Satu tahun, hanya satu tahun, berpura-puralah menjadi pacarku." Pinta Pria itu.
"Kenapa mesti aku?" Tanya Sha dengan wajah yang penuh dengan pertanyaan.
Hari demi hari mereka jalani bersama. Cinta hadir tanpa mereka sadari. Tawa dan air mata menghampiri keduanya. Menjadi sebuah kenangan menuju masa depan.
"Aku hanya sebatas pacar sewaan saja. Harusnya aku siap jika saat perpisahan itu tiba, kenapa aku tak rela sekarang."
Mampukah Sha menjalankan hari-harinya? Mari tertawa dan menangis bersama ya.. Yuk, kita kepoin kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kurniasih Paturahman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jemput
Aku tidak ingin membuatmu kecewa lagi. Makanya aku memutuskan untuk menjemputmu.
-Keenan-
🍁🍁🍁
Keenan tengah duduk, dengan ke dua tangan di atas meja pagi itu. Matanya memandang seseorang yang tengah berbicara menjelaskan perkembangan perusahaan.
Namun, ia tampak bimbang. Pasalnya ia harus membatalkan niatnya untuk mengantar Shanum, karena sebuah meeting yang harus dilaksanakan pagi ini.
"Aku minta maaf." Ucap Keenan pagi itu, sebelum dirinya berangkat kerja tadi.
"Kenapa minta maap?"
"Semalam aku sudah janji mau mengantar kamu ke kampus, tapi ternyata aku enggak bisa. Ada meeting dadakan pagi ini."
"Aku yang harusnya minta maap, karena enggak bisa bantu kamu hari ini."
"Kamu kembali jam berapa, mungkin aku bisa menjemputmu."
"Enggak usah Keen, kamu sebaiknya di kantor saja."
"Ya sudah, tolong tetap kabari aku."
"Ya."
Itulah percakapan Keenan pada Shanum tadi pagi. Kini Keenan tengah sibuk memimpin meeting di kantornya. Di sebuah ruang meeting yang cukup menampung banyak orang, dengan tirai putih besar menutup sempurna jendela-jendela besar pada ruang meeting itu.
Hingga sore hari, meeting masih terus berlangsung. Dan akhirnya, handphone Keenan bergetar. Terdengar suara pesan masuk untuknya. Ia meraih handphonenya dengan cepat saat itu. Shanum yang tengah mengirimkan pesan untuknya, sesegera mungkin ia membaca pesannya.
"Kamu sudah selesai meetingnya?"
"Kamu sudah pulang?" Tanya Keen, dan membuat Shanum berpikir, kenapa Keenan tidak menjawab pesannya dulu tapi malah langsung bertanya.
"Belum, mungkin setengah jam lagi."
"Tunggu aku, aku jemput kamu." Ketik Keen dan mengirimnya segera.
Keenan langsung merapikan berkas-berkas di atas meja saat itu. Memandang sekitar dan bangkit dari duduknya dan berdiri.
"Meeting hari ini kita lanjutkan besok?" Ucap Keen langsung pergi meninggalkan ruang meeting segera.
Semua mata menatap tak menyangka keputusan yang terbilang cukup tiba-tiba. Radit dan Aulia yang ikut hadir saat itu hanya saling memandang dan bertanya.
"Ada apa?"
"Entahlah." Jawab Radit dengan ke dua bahu terangkat.
"Sepertinya ada pesan penting yang barusan Keenan terima." Ucap Aulia sambil berpikir.
"Ya.. sepertinya." Ucap Radit menyetujui.
"Oh iya.. aku tak lihat Shanum sejak pagi, kemana dia?"
"Sedang izin."
"Ehm.. jangan-jangan." Ucap Aulia dan Radit bersamaan.
Radit dan Aulia tertawa kemudian, sepertinya memikirkan hal yang sama.
"Itu pasti pesan dari Shanum."
"Yup.. Aku juga berpikir begitu."
"Tapi ada untungnya Shanum mengirim pesan ke Keenan, jadi meeting hari ini selesai. Kau kan tau sendiri bagaimana Keenan itu, kalau sudah urusan pekerjaan pasti nomor satu."
"Ya.. tapi sekarang jadi nomor dua." Jawab Radit terkekeh.
Di tempat lain, Keenan tampak bersiap untuk menjemput Shanum. Ia rapikan kemejanya yang sedikit terlihat berantakan, begitupun dengan dasi dan jas yang ia kenakan, tak luput dari pandangannya saat ini.
Setelah merasa cukup sempurna, ia raih kunci mobil yang tergeletak di atas meja kerja dan kemudian turun ke lantai bawah.
Sambil ia buka handphonenya kembali dan menghubungi Radit sepanjang langkahnya menuju tempat parkir.
"Dit, aku mau keluar dan enggak kembali ke kantor.
"Ok, salam untuk Shanum."
"Hah.."
Keenan tampak terkejut mendengar ucapan Radit. Bagaimana Radit bisa tau bahwa dirinya akan bertemu dengan Shanum.
"Shanum bilang ke kamu."
"Tidak, aku hanya menebak." Jawab Radit terkekeh.
"Jadi benarkan mau ketemu Shanum." Lanjut Radit lagi.
"Ya.. Kamu diam-diam saja Dit."
"Siyap.. asal ada jatah tutup mulutnya." Ucap Radit terkekeh lagi.
"Kau ini, terserah sajalah."
"Sip." Ucap Radit dan tampak terlihat bahagia.
Keenan menghentikan pembicaraan, masih terus melangkah menuju mobil dan mengendarainya menuju Shanum.
.
.
.
.
"Hah.. jemput." Ucap Sha sendiri.
Ia kembali menatap layar handphone, membaca berulang pesan yang dikirim Keenan untuknya, dan masih tak percaya dengan apa yang dibacanya.
"Trus.. aku harus bilang apa ke Rena." Ucap Shanum lagi.
Berjalan bolak balik dan terus berpikir, namun tak dapat menemukan solusinya saat itu. Akhirnya ia memilih untuk duduk dan menyentuh keningnya tanda berpikir kembali.
"Keen, kamu enggak usah datang menjemputku." Ketik Sha kembali.
"Aku sudah dalam perjalanan." Balas Keen dan makin membuat Sha bingung.
"Tapi masih ada yang harus ku kerjakan." Alasan Sha kemudian.
"Tak apa, aku bisa tunggu." Balas Keenan lagi dan berhasil membuat mata Shanum membulat tak percaya.
Shanum menarik napas panjang dan kemudian melepaskannya perlahan.
"Sudahlah, pasrahkan saja." Ucap Shanum sendiri mencoba menerima akhirnya.
Kembali menarik napas panjang dan membuangnya perlahan. Handphonenya kembali bergetar, ada pesan masuk lagi untuknya.
Shanum mengira Keenan yang telah mengirimkan pesan. Ternyata bukan, Rena yang kali ini mengirimkan pesan untuknya.
"Sha, aku di perpus."
"Oke, aku ke sana ya."
"Ya.."
Shanum bangkit dari duduknya, merapikan beberapa buku yang sejak tadi digenggamnya. Ia pun melangkah perlahan menuju perpustakaan.
.
.
.
.
Yuna tampak gelisah, lagi dan lagi Keenan tak menjawab telephonenya. Ia kesal, sampai-sampai ia melempar handphone miliknya ke atas kasur.
Beberapa saat kemudian terdengar pintu terbuka. Ada Endru di balik sana. Ia berjalan perlahan dan menghampiri Yuna segera.
"Kau kenapa?" Tanya Endru dengan tangan yang sudah melingkar sempurna di pinggang Yuna.
"Keenan tak menjawab telephoneku lagi."
"Sudahlah ada aku di sini." Ucap Endru kembali dan kemudian mengecup kening Yuna.
"Dia berubah, dulu dia enggak seperti ini."
"Maksudmu?" Tanya Endru dan kini bibirnya berhasil mengecup tengkuk leher Yuna. Membuat Yuna mendesah kemudian.
"Pasti ada wanita lain bersamanya sekarang." Jawab Yuna dan kini ke dua tangannya ikut memeluk tubuh Endru.
"Biarkan saja." Sambil mengusap lembut wajah cantik Yuna dan kemudian bibir merahnya dan menciumnya perlahan.
Yuna mendorong tubuh Endru dan pelukan pun terlepas. Ciuman pun terhenti seketika. Yuna mencoba melangkah menjauh dari Endru kemudian. Namun Endru menarik jemari Yuna dan memeluknya kembali.
"Aku sepertinya harus kembali ke Jakarta." Ucap Yuna dan berhasil merubah tatapan Endru padanya.
"Untuk apa? kau punya aku sekarang."
"Kau tau jelas hubungan kita seperti apa."
"Aku tak menyetujuinya." Jawab Endru dan kali ini ia yang melepaskan pelukan itu.
"Ayolah.. aku hanya ingin memastikan sesuatu di sana. Setelah itu aku pasti kembali." Bujuk Yuna dan ia pun meraih jemari Endru dan merangkulnya dari belakang.
"Kau pasti kembali."
"Ya.. aku janji." Jawab Yuna tersenyum menatap Endru.
Semenjak itu, Yuna pun mulai memikirkan rencana ia kembali ke Jakarta.
.
.
.
.
Kamu dibohongin Endru.. hati²👀
baru sadar kamu sekarang, tapi Uda terlambat 😅😂🤪