NovelToon NovelToon
Dosenku Canduku

Dosenku Canduku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Pernikahan Kilat / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:11k
Nilai: 5
Nama Author: Pena Remaja01

Karna sakit hati, aku merencanakan menggoda lelaki sok alim yang sering menesehati hubungan haram dan halal padaku. Tapi malam itu, harusnya aku berhenti dan mencibirnya setelah berhasil membuatnya tunduk dengan nafsu. Tapi bukan begitu yang terjadi.

.

.

Saat dia membuka mulut dan membalas ciumanku, aku merasakan ada satu rasa yang tak pernah kurasakan. Perasaan yang kuat hingga aku tak bisa berhenti melepaskannya. Tubuhku mulai meliuk-liuk ketika dia meletakkan tangannya di pinggangku.

"Ahh---" Cimannya terhenti saat aku mulai menggerakkan pinggul diatas pangkuannya.

.

.

"Maaf, semua ini tidak seharusnya terjadi. Saya salah, saya berdosa. Saya biarkan kita berzina."----Adam.

.

.

"Oh, setalah puas, baru Lo ingat dosa? Sedang enak-enak tadi Lo lupa? Cih! Gak usah deh berlagak sok alim lagi di depan gua! Munafik Lo!" Winda

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pena Remaja01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

33

"Adam, please. Aku minta maaf. Tolong, jangan pergi, aku sayang kamu," ucapku masih memohon simpati darinya.

"Winda, lihat saya."

Permintaan Adam kali ini kuturuti. Perlahan kudongakkan kepala, melonggarkan sedikit pelukanku tapi kedua tanganku masih melilit di pinggangnya, siap siaga menariknya kembali andai dia coba lari.

"Apa?" tanyaku dengan tangis yang masih bercucuran. Sebelah tangannya naik menyeka pipiku.

"Saya.... Berikan saya waktu," ucapnya pelan.

"Please, jangan tinggalin aku." Aku memohon lagi. Sungguh aku takut waktu yang dia minta, adalah waktu untuk meninggalkanku.

"Tidak, saya tidak akan meninggalkan kamu selamanya.  Saya hanya membutuhkan sedikit ruang setelah apanyang kamu bicarakan tadi," balasnya dengan suara bergetar. "Kamu orang yang saya sayang, tapi kamu yang meminta saya mati-"

"Nggak! Aku gak bermaksud begitu.  Sungguh, aku kelepasan bicara," potongku, tapi Adam hanya diam. Matanya turut berkaca dan keningnya sedikit berkerut. Untuk beberapa saat dia hanya memandangku tanpa bicara.

"Maaf, malam ini saya tidak bisa tidur disini, saya perlu menyiapkan draft untuk pertanyaan quiz besok. Kalau ada apa-apa telpon saja," ucapnya kemudian.

Aku tahu itu hanya alasannya saja, untuk menghindariku. Maski hatiku berat, aku tahu kali ini Adam memang benar-benar makan hati dengan kata-kataku. Bujuk rayuku, pelukanku, air mataku, semua gagal untuk menghalanginya pergi.

"Aku minta maaf," bisikku pelan ketika Adam mencium dahiku. Aku pejamkan mata ingin menyimpan perasaan itu kedalam memoriku. Aku tahu, aku tidak punya pilihan, selain memberikan ruang yang dimintanya. Paling tidak, bukan untuk selamanya.

Perlahan kulerai pelukanku. Adam mecium dahiku sekali lagi dan melepaskan pelukannya juga. Sebelum dia menuruni tangga, aku panggil namanya dan dia menoleh.

"Chan rag khun," ucapku meluahkan perasaan dalam bahasanya. Itu adalah frasa yang pertama kucari dalam buku yang aku beli dulu. Setelah mempelajarinya, baru kali ini aku berani untuk meluahkannya.

Adam tersenyum kecil untukku. Kurekam senyum dan wajahnya itu dengan mata, takut entah kapan aku dapat melihat senyum itu lagi. Kuamati setiap lekuk di wajahnya dan aku simpan dalam memori ingatan.

"Pom roo. Phob kanh mai, krab," balasnya, lalu melai membuka langkah. Jantungku berdegup  semakin tak menentu, aku tidak tahu arti yang dia ucapkan dan dia tidak menjelaskan apapun padaku. Aku memang tahu arti pom roo, tapi apa arti, Phob kanh mai, krab?

Segera aku berlari kedalam kamar, menggeledah tas kuliahku. Kukeluarkan dan aku duduk di pinggir ranjang. Lembar demi lembar di kampus itu kubuka, mencari arti dari kata-kata yang di ucapkan Adam tadi. Bibirku mengulang kata-kata itu agar tidak lupa. Setelah beberapa ketika, pintu kamar di buka, aku menoleh berharap Adam yang muncul di sana.

"Mama?" Bohong, jika aku tidak kecewa ketika wajah lain yang muncul di pintu. Perlahan. Mama mendekati dan duduk di sampingku.

"Sayang, ngapain?" tanya mama hati-hati.

Aku yakin, pasti mama sudah tau apa yang terjadi sebenatar tacu antara aku dan Adam.

"Winda mau mencari kata-kata Adam tadi, Ma. Winda takut, kalau dia benar-benar meninggalaka Winda, Ma. Winda takut!" Aku seperti orang sakau, nyaris gila sambil membolak-balik halaman kampus.

Mama menarikku kedalam pelukannya, saat itu air mataku tumpah semakin deras.

"Kenapa Winda ngomong begitu? Tadi itu Adam tidak bilang ingin meninggalakan Winda. Pom roo. Phob kanh mai, krab, artinya jumpa lagi," balas mama sambil mengusap rambutku.

"Jumpa lagi? Dari mana Mama tau?" tanyaku dengan kening berkerut.

"Mama tahu sedikit-sedikit, rekan Mama kan ada juga orang Thailand."

Sumpah, aku lega mendengar jawaban mama. Tak pernah aku merasa selega ini. Jadi, maksud kata-kata Adam tadi bukan ingin meninggalkanku.

"Apa lagi ayang mama tau?" tanyaku semakin antusias. Tak pernah aku menyangka mama bisa memahami bahasa Thailand.

"Hmm, banyak. Mama tidak begitu bisa mengucapkannya. Tapi, kalau mereka bicara, mama bisa paham sedikit-sedikit. Dan untuk kata yang di ucapkan Adam tadi, itu bahasa yang sering di gunakan rekan Mama."

"Hmm.... Mama dengar yang Winda bicarakan dengan Adam tadi?" tanyaku, mama membalas dengan anggukan kepala.

"Jadi Winda benar-benar, sudah sayang dengan Adam?" tanya mama penuh pengharapan.

Aku menunduk dan mengangguk kecil.

"Syukurlah, selama ini memang itu doa mama untuk kalian," balas mama sambil menggenggam kedua tanganku.

"Apa lagi yang mama dengar?" Aku semakin penasaran, sejauh mana mama menyaksikan keributanku dengan Adam tadi.

"Mama dengar saat Winda mengucapkan 'chan rag khun'. Awalnya bik Ijah yang dengar suara Winda menangis di tangga, jadi dia panggil Mama. Saat Mama berada di tangga, malah lihat Adam dan tidak lama dia turun. Sebenarnya apa yang terjadi? Mama heran sama Winda, bukannya tadi udah berbaikan dengan Adam?"

Aku melepaskan keluhan berat. "Semua salah Winda, Ma. Kami bertengkar dan Winda terlepas bicara, menyuruh dia mati. Uuuhh! Mulut ini!" Aku menampar-nampar mulutku sendiri dan mama menarik tanganku.

"Winda bertengkar dengan Adam?"

Aku mengangguk pelan. "Awalnya kami gak ada bertengkar, tapi saat dia menesehatkak Winda agar gak dendam sama Papa, Winda jadi emosi. Ma, Papa itu penghianat. Gak akan semudah itu Winda maafkan dia!"

Mama membuang nafas berat sebelum bicara, "Winda. Mama pun setuju dengan Adam."

"Apa?" Aku pun melepaskan tangan mama dan berdiri. "Tolong jangan bilang Mama pun mau Winda maafkan Papa?!"

"Winda, Mama tahu Winda kecewa dengan apa yang terjadi. Jujur, Mama lelah dengan semua masalah ini. Hubungan Mama dan Papa memang gak bisa di perbaiki lagi. Kami sudah sering coba, tapi tak ada hasil. Mama pun sadar kenapa Papa bisa jatuh cinta dengan wanita lain. Ini kesalahan Mama yang telah mengabaikan kebutuhan suami."

"Mama bukan mengabaikan Papa, Mama cuma sibuk bekerja! Bukan seperti Papa ganb bukan saja sibuk bekerja, tapi sibuk juga mencari wanita lain! Sekurang-kurangnya Mama gak menghabiskan waktu dengan lelaki lain!" Mati Matian aku membela mama, berdiri di garda terdepan dengan penghianatan papa. Tapi yang membuatku heran, mama seolah membenarkan apa yang telah di perbuat papa. Sudah lupakan ia dengan luka yang di tinggalkan papa beberapa hari yang lalu?

"Winda. Mama cepek! Mama cepek dengan semua ini! Bertahun-tahun masalah ini tak berkesudahan. Mungkin ini jalan yang terbaik untuk kami. Setidaknya, sekarang Mama sadar di mana kesalahan Mama hingga rumah tangga kamu hancur seperti ini. Dan Mama tidak ingin Winda mengalami hal yang sama. Mungkin itulah hikmah dari semua ini," balas mama dengan mata berkaca, meski bibirnya mengukir senyum.

"Apa ni, Ma? Mama sudah lupa dengan apa yang Papa lakukan malam kemarin? Winda belum bisa lupa bagaimana wajah Mama malam itu! Gak! Gak bisa Ma!" Aku menggeleng dana Mama ikut berdiri mendekatiku.

"Sayang. Tolong Mama. Tolong dengar nasehat Adam. Buang ego dalam diri jauh-jauh. Mama tidak ingin hal yang sama terjadi pada anak Mama. Cukup Mama yang merasakan semua ini." Mama mengusap kepalaku, tapi lansung aku tepis.

"Nggak, Ma! Nggak! Jika Adam yang mengatakan itu Winda masih bisa terima. Tapi kenapa ikut-ikutan membela Papa yang jelas-jelas susah menghianati Mama?"

"Winda, dengae Mama sayang. Ini masalah Mama dan Papa, kami tidak ingin Winda terlibat dalam masalah kami. Sampai kapanpun, Papa akan tetap jadi Papa Winda dan Mama tidak ingin hubungan itu putus gara-gara kegagalan Mama menyelamatkan pernikahan kami."

Tiba-tiba aku teringat kata-kata Adam tadi, bahwa aku tidak berada di situasi mereka dan aku tidak tahu keseluruhan cerita. Aku tidak akan mengerti selagi mereka tidak menceritakan semuanya padaku.

"Oke. Sekarang, Mama cerita pada Winda, semuanya! Winda mau tau apa yang Mama rahasiakan dari Winda selama ini?"

Seketika wajah mama berubah dengan permintaanku yang tiba-tiba itu.

"Cerita pada Winda, Ma!" Aku semakin mendesak karna mama masih saja bungkam.

1
Maztkur Axiata
kenapa lama sekali.up nya 😣
Heriyani Lawi
sukurin dicerai, wanita egois , manja dan munafik kayak Winda TDK cocok jd istri adam
Heriyani Lawi
maaf Thor, kalo ga fasih BHS inggris, ngga usahlh pake BHS inggris
Maztkur Axiata
sesekali up 2 bab dong thor 😁
Maztkur Axiata: siap ku tunggu ya kak up selanjutnya
total 2 replies
Maztkur Axiata
kok sama kaya bab 28
Maztkur Axiata: siap.
total 2 replies
Maztkur Axiata
aku sangat suka cerita nya
Maztkur Axiata: serius banget cuma kecewa kemarin aja di bab 31 nya 😁
total 2 replies
Maztkur Axiata
update lagi dong
Maztkur Axiata: siap. up jam berapa perkiraan biar aku bisa langsung baca
total 3 replies
Nopi Agustin
ini???
Rike
cerita ny semakin bgung
Sasa Sasa: Kalau kakak bacanya gak loncat-loncat gak akan bingung.. Karna bab sebelumnya panjang. Mungkin kakak gak ngikutin yang sebelumnya, makanya bingung.
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!