Ketika perang abadi Alam atas dan Alam bawah merembes ke dunia fana, keseimbangan runtuh. Dari kekacauan itu lahir energi misterius yang mengubah setiap kehidupan mampu melampaui batas dan mencapai trensedensi sejati.
Hao, seseorang manusia biasa tanpa latar belakang, tanpa keistimewaan, tanpa ingatan masa lalu, dan tumbuh dibawah konsep bertahan hidup sebagai prioritas utama.
Namun usahanya untuk bertahan hidup justru membawanya terjerat dalam konflik tanpa akhirnya. Akankah dia bertahan dan menjadi transeden—sebagai sosok yang melampaui batas penciptaan dan kehancuran?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Slycle024, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Teman lama
Di suatu tempat yang tak dikenal, matahari mulai tenggelam, dan kegelapan perlahan merayap, menyelimuti tanah serta pepohonan di sekitarnya.
Pada saat yang sama, sebuah kereta bergerak perlahan melewati jalan yang biasa dilalui para pedagang. Zhang Feng duduk di depan, menggenggam kendali kuda dengan tenang, sementara roda kereta berderit mengikuti irama langkah hewan itu.
Di dalam gerbong, istrinya, Fei Yin, duduk bersila dalam posisi meditasi. Di sekelilingnya tersusun rapi beberapa barang yang mereka beli dari kota sebelah. Suasana dalam kereta hening, hanya diiringi suara kayu yang bergerak dan angin sore yang semakin dingin.
Ledakan!
Tiba-tiba, Seseorang terlempar keras tak jauh dari kereta mereka. Kuda-kuda meringkik panik, dan Zhang Feng yang merasakan firasat buruk segera menarik kendali, menghentikan kereta, lalu ia mengetuk dinding gerbong.
“Sayang, cepat bangun. Ada sedikit masalah.”
Di dalam, Fei Yin membuka mata. Tanpa banyak tanya, ia langsung memasukkan barang-barang ke dalam tas penyimpanan, lalu keluar dengan tergesa. “Ada masalah—”
Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, sebuah anak panah melesat deras ke arah gerbong. Fei Yin langsung melompat keluar dengan cepat, debu di sekitar mulai menipis, menampilkan sosok pria yang tadi terlempar.
Dengan wajah lega bercampur gembira, pria itu berteriak, “Saudara Feng! Apakah itu kau?”
Zhang Feng yang sudah berdiri di sisi istrinya, matanya menyipit penuh kewaspadaan. “Saudara? Pers*t*n dengan saudara. Kau selalu membuat masalah, bahkan sekarang, ahh sudahlah.”
Tak lama kemudian, bayangan hitam mendekat dari arah-arah tertentu—mereka kemungkinan sekelompok pembunuh bayaran professional.
Tanpa ragu, Zhang Feng dan Fei Yin melesat. Dalam sekejap, mereka muncul di samping pria yang terluka, menopangnya, lalu membawanya kabur meninggalkan kereta.
---
Di tengah bayang-bayang kegelapan, mereka berlari tergesa-gesa, seolah menghindari sesuatu. Nafas mereka berat, langkah kaki mereka mantap dan stabil dalam menghindari serangan.
Zhang Feng yang berlari menggendong orang itu dengan kesal dan wajah penuh amarah, nafasnya terengah karena terus berlari. “Sialan, Mu Tian! Kau benar-benar tidak berubah sedikitpun—selalu saja merepotkan. Dan sekarang aku juga ikut terlibat! Apa-apaan ini?!”
Mu Tian menunduk sebentar, lalu menghela napas. “Aku tidak bermaksud menyeretmu. Tapi…siapa tau kita bertemu secara kebetulan”
Zhang Feng mendengus kesal. “ Secara kebetulan? Pers*t*n dengan kebetulan.”
Melihat perilaku itu, Mu Tian hanya bisa tertawa getir. “Mau bagaimana lagi… sekarang aku adalah kandidat utama kepala keluarga Mu. Aku baru saja menyelesaikan pelatihan, seharusnya sebelum matahari terbenam aku sudah sampai di kediaman utama. Tapi mereka—” Ia menoleh ke belakang, menatap bayangan para pembunuh yang semakin dekat.
Zhang Feng mendengus tak percaya. “Jadi, mereka ingin menyingkirkanmu? Dan aku, yang kebetulan lewat, malah terlibat dalam masalah ini. Sepertinya hari ini memang hari sialku.”
Mu Tian tersenyum tipis, namun wajahnya tampak lelah. “Setelah kita selamat, mari minum. Aku sudah menyimpan minuman berusia puluhan tahun.”
Zhang Feng menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri. “Baiklah… mari—”
“Diam kalian, jangan banyak bicara! Cepat bergerak! Mereka pasti sedang menunggu di rumah!” teriak Fei Yin memotong suara itu dengan nada keras, melihat kedua lelaki itu malah mengobrol.
Segera, kedua lelaki terdiam, lalu mulai mengikuti gerakan Fei Yin yang tak kenal ampun.
Setelah dua jam berlari, mereka akhirnya melihat sebuah kota kecil di kejauhan. Fei Yin menatap suaminya, lalu melesat lebih cepat menuju kota kecil tersebut.
---
Sesampainya di gerbang kota, mereka segera menunjukkan tanda pengenal kepada para penjaga. Tatapan para penjaga sempat curiga melihat penampilan keduanya, namun setelah melalui pemeriksaan singkat, mereka diizinkan masuk.
Tanpa membuang waktu, mereka mengubah penampilan, lalu berjalan bergabung ke dalam kerumunan.
Dalam keramaian, mereka berusaha terlihat biasa. Namun mata mereka terus mengamati dengan penuh kewaspadaan.
Setengah jam kemudian, setelah merasa cukup aman dan tak ada yang mencurigakan, Zhang Feng menghela nafas panjang. “Hah… sementara kita selamat,” katanya pelan.
Mu Tian yang sudah bisa berjalan, mengangguk ringan. “Benar. Seharusnya ada cabang keluarga Mu di kota ini. Itu mungkin tempat yang cukup aman saat ini.”
Tanpa banyak pertimbangan, mereka melangkah menuju cabang kediaman keluarga Mu. Begitu melewati pintu besar yang dijaga ketat, para pengawal langsung memberi hormat dan mempersilahkan masuk.
***
Di kejauhan, bayangan para pembunuh bayaran masih mengawasi. Namun saat melihat ketiganya sudah berada di dalam perlindungan keluarga Mu, mereka tak bisa berbuat banyak.
Salah satu di antara mereka, mengeluarkan sebuah alat komunikasi berbentuk kristal hitam yang berkilau samar. “Target sudah masuk ke cabang keluarga Mu. Kami tidak bisa melanjutkan pengejaran tanpa menimbulkan keributan besar.”
Dari dalam kristal, terdengar suara berat penuh wibawa.
“ Laporan diterima. Pantau pergerakan mereka. Aku akan melapor ke atasan.”
Lalu ia mematikan alat itu, menoleh pada rekan-rekannya, dan berkata pelan, “Untuk saat ini, cukup amati target”
Setelah menerima perintah dari atasan, para pembunuh bayaran itu menghilang satu per satu ke dalam kegelapan.
***
Di dalam kediaman cabang keluarga Mu, suasana terasa jauh lebih tenang. Seorang pelayan segera membawa Mu Tian ke ruang penyembuhan, dan pelayan lain menuntun Zhang Feng dan istrinya ketempat yang sudah tersedia.
---
Di dalam kamar, Zhang Feng langsung duduk bermeditasi dan menstabilkan nafasnya. Sementara itu, Fei Yin duduk dikasur menatap suaminya dengan cemberut, ia sedikit gelisah memikirkan putrinya.
Setelah setengah jam bermeditasi, nafasnya perlahan stabil, ia membuka mata,lalu berjalan mendekati istrinya.
“ Jangan terlalu cemas, meskipun sedikit acuh, anak itu pasti merawat Mei’er dengan baik.” Ucap Zhang Feng dengan lembut.
Fei Yin mendengus, memalingkan wajah. “Kamu terlalu santai. Bagaimana kalau Mei’er ketakutan sendirian?”
Fei Yin menoleh cepat, suaranya meninggi. “Kamu selalu bilang jangan khawatir, jangan cemas. Padahal kenyataannya kita meninggalkan anak-anak di rumah tanpa perlindungan!”
Melihat tingkah istrinya, Zhang Feng hanya bisa menghela napas panjang. Ia mengulurkan tangan, hendak menggenggam tangannya, namun akhirnya urung. Tangannya terhenti di udara, seolah ada jarak tak kasatmata yang menghalangi. Ia lalu duduk diam tak jauh darinya.
Tok! Tok! Tok!
Ketukan pintu terdengar, disusul suara seorang pelayan.
“Tuan Zhang, Tuan Mu Tian mengundang Anda ke ruangannya sekarang. Dan… kami juga sudah menyiapkan pemandian air panas. Nyonya Zhang, silakan panggil kami jika ingin ke sana.”
Begitu mendengar kata pemandian air panas, mata Fei Yin langsung berbinar. Ia bangkit bersemangat, lalu berlari kecil keluar, meminta pelayan segera mengantarnya.
Zhang Feng hanya bisa tersenyum tipis dan menghela napas lagi, sebelum akhirnya mengikuti pelayan lain menuju ruangan Mu Tian.
---
Di dalam ruangan, Zhang Feng duduk berhadapan dengan Mu Tian. Keheningan menekan sesaat, hanya suara angin malam yang menyelinap lewat celah jendela.
Tanpa berkata banyak, Mu Tian meraih botol arak tua, menuangkannya ke dalam dua cawan, lalu menyodorkan salah satunya pada Zhang Feng.
“Terima kasih. Kalau bukan karena kau, mungkin aku sudah terluka parah malam ini.”
Zhang Feng menerima cawan itu tanpa protes. “Kebetulan saja aku lewat,” ucapnya singkat, lalu menenggak habis isi cawan.
Segera, suasana berubah drastis. Botol kedua pun dibuka, suara tawa bercampur keluhan mulai memenuhi ruangan. Dua lelaki itu saling bercakap, kadang keras, kadang lirih, namun sama-sama terbawa arak.
BRAK!
Pintu terbuka keras. Fei Yin berdiri di ambang pintu, wajahnya cemberut menahan amarah. Seorang pelayan berusaha menahannya, namun gagal.
“Tuan maaf… kami tidak bisa menghentikannya…” ucap pelayan itu dengan gugup, membungkuk pada Mu Tian.
Mu Tian hanya tersenyum tipis. “Tidak apa-apa, silahkan tinggalkan kami.”
Pelayan itu segera menunduk dan mundur, menutup pintu dengan hati-hati.
Ruangan hening kembali. Fei Yin diam menatap suaminya yang tengah bersenang-senang dengan wajah mabuk ringan, tatapannya tajam, campuran kesal dan marah.
Melihat itu, Mu Tian hanya terkekeh kecil. Ia melepas cincin penyimpanan dari jarinya. “Nyonya Zhang, maaf… aku tidak sempat datang ke upacara pernikahan kalian. Anggap saja ini hadiah dariku.” Sebuah cincin penyimpanan ia letakkan di meja.
Namun, wajah Fei Yin masih gelap. Mu Tian menatapnya sebentar, lalu tertawa kaku. Ia merogoh sakunya. “Dan ini… untuk keponakan kecil, Mei’er.”
Di sisi lain, Fei Yin masih berdiri di tempat, tatapannya tajam menusuk suaminya. Namun entah sejak kapan, dua cincin yang diberikan Mu Tian sudah berpindah ke tangannya.
“Hmph!” Fei Yin mendengus kesal, berbalik, lalu menutup pintu dengan keras.
Suasana kembali sunyi. Mu Tian dan Zhang Feng saling menatap lagi mulai tertawa getir, seakan paham satu sama lain.