NovelToon NovelToon
Empat Mata Jatuh Cinta

Empat Mata Jatuh Cinta

Status: tamat
Genre:Cintapertama / Kisah cinta masa kecil / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Teen School/College / Diam-Diam Cinta / Persahabatan / Tamat
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: Achmad Aditya Avery

Valda yang saat itu masih SD, jatuh cinta kepada teman dari perumahan seberang yang bernama Dera. Valda, dibantu teman-temannya, menyatakan perasaan kepada Dera di depan rumah Dera. Pernyataan cinta Valda ditolak mentah-mentah, hubungan antara mereka berdua pun menjadi renggang dan canggung. Kisah pun berlanjut, mengantarkan pada episode lain hidupnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Achmad Aditya Avery, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Headphone dan Petualang Kesepian

Setelah beberapa menit berkeliling di sekitar bunker, akhirnya kami mulai memasuki kediaman Mbah Maridjan. Katanya saat sampai di sana tidak boleh ada yang mengambil foto. Aku pikir Mbah Maridjan adalah orang sakti, yang bahkan wajahnya terlalu misterius untuk dilihat oleh mata telanjang.

Sesampainya di kediaman Mbah Maridjan, ternyata bisa juga melihat sosok Mbah Maridjan yang jarang terdengar di telingaku, padahal beliau pernah membintangi salah satu iklan di televisi. Namun,tetap saja aku tidak menyadarinya.

Mbah Maridjan datang dan berbicara dengan kami dengan bahasa Jawa yang kental. Beliau didampingi seorang penerjemah. Sepertinya beliau berbicara terlalu cepat. Aku benar-benar tidak bisa mengikuti ucapannya atau mungkin otakku saja yang lambat.

Setelah selesai, kami bergegas kembali ke bus, tapi sebelum itu kami harus jalan kaki melewati tanjakan. Bagiku ini merupakan kesenangan tersendiri. Sementara yang lain sibuk berjalan seakan-akan dipenuhi beban, aku justru berlari seperti bocah yang asyik bermain kejar-kejaran.

Tentu saja aku berlari tidak sendirian. Ada Izal, Aba, dan Helmi. Tumben bisa bersama mereka sekarang. Sesampainya di bus, aku duduk tepat di depan Ferafina. Perjalanan yang sangat membosankan, sejenak mencoba mencari sebuah hiburan. Mataku terpaku pada sebuah headphone yang digunakan Ferafina. Dengan sedikit ragu, aku meminjamnya.

“Fer, boleh pinjam MP3-nya?” pintaku.

“Boleh. Sebentar ya .... Ini,” kata Ferafina.

“Sip! Gimana cara pakainya?” tanyaku.

Ferafina memberi tahu cara menggunakan MP3 miliknya. Sensasi headphone bas yang benar-benar terasa. Seolah-olah tidak ada suara lain di luar sana. Saat aku mengganti lagunya, tidak kusangka ternyata ada lagu yang aku suka. Dia sama sepertiku?

Penggemar sesuatu yang berbau Jepang. Lagu dari seorang penyanyi yang sangat terkenal yaitu Yui. Lagu-lagunya menghiasi perjalananku menuju Candi Borobudur. Aku mengkhayal sesuatu yang tidak-tidak saat mendengarkan lagu-lagu tersebut. Seperti misalnya, membayangkan sedang konser atau semacamnya.

Tanpa sengaja aku tertidur. Saat tersadar sudah sampai di Candi Borobudur. Aku keluar bus seperti orang mabuk, masih terasa kantuk.

Saat keluar, tadinya aku bersama dengan Riz, Aga, Amda, dan kawan-kawan. Namun, ketika memasuki Candi Borobudur kami berpisah. Saat itu aku pergi ke musala, sementara yang lain langsung mengelilingi Candi Borobudur.

Setelah selesai, aku berjalan sendirian mengelilingi Candi Borobudur. Sesampainya di atas barulah bertemu Uti dan Erdy. Kami pun foto-foto di sana. Setelah itu, berjalan sendirian lagi, hingga akhirnya sejenak mampir ke museum.

Aku melihat manusia kecil sedang dikerumuni para pendatang yang ingin foto bersama. Ada juga beberapa benda pusaka. Mengesankan benda sejarah yang ada di sini. Namun, sebentar lagi kami harus pergi meninggalkan Candi Borobudur dan menuju hotel.

Pada perjalanan menuju bus, aku bertemu dengan Aba yang jalan bersama Dina, Izal, dan satu lagi perempuan yang tidak aku kenal. Aku baru pertama kali bertemu Dina di dunia nyata. Kami hanya kenal di si biru saja.

Pertama kali saat melihat gambar-gambar yang aku posting di si biru. Saat itu kutahu ternyata Aba adalah pacarnya Dina. Pantas saja mereka terlihat dekat. Sepertinya mereka sedang double date.

Baiklah, mungkin akan mengganggu jika terlalu lama di dekat mereka. Setelah sampai, aku masuk ke bus dengan lemas. Merasa galau, seperti sendirian di dunia ini. Aneh memang.

Saat di perjalanan, aku tidak sempat salat Asar, akhirnya memutuskan untuk salat di bus. Saat itu aku kebingungan tentang niat tayamum. Ketika bertanya pada teman di sebelah malah dikira bercanda.

Tiba-tiba Ferafina menyambar pembicaraan kami dari belakang. Dia memberitahukan niat tayamum. Aku sedikit terkejut karenanya, padahal tadinya aku berencana niat dengan menggunakan bahasa Indonesia.

Setelah salat, pikiran sedikit lebih lega. Aku meminjam MP3 milik Ferafina lagi. Tanpa sadar, baterainya hampir habis. Enggak tahu malu memang. Tepat saat kami sampai di hotel, barulah baterai itu benar-benar habis. Untung saja Ferafina tidak marah.

Aku sekamar dengan Erdy dan Amda. Kami berjalan-jalan di sekitar hotel, tepatnya di Malioboro. Kami berbelanja di sana, karena uang terbatas, akhirnya hanya membeli sebuah topi dan tas kecil.

Sepertinya salah beli tas, kukira tas lempang untuk cowok, tapi ternyata itu tas untuk cewek. Baru sadar saat sampai di hotel. Aku beli dua tas pula. Uang pun makin menipis. Hanya bisa berharap masih dapat membeli beberapa oleh-oleh buat orang di rumah.

Keesokan harinya, setelah sarapan, kami mulai berangkat menuju sebuah kampus. Lagi-lagi ada yang ketinggalan bus karena kesiangan bangun di hotel. Namun, semua kembali berkumpul di kampus tersebut dengan lengkap. Murid yang telat disuruh naik taksi sendirian.

Saat di lokasi, kami mengikuti presentasi dan pengenalan kampus. Aku berjalan bersama Ekiya dan Erdy. Saat acara dimulai, semua menyambut dengan baik. Bukan hanya SMA Ricage saja yang hadir di sini, untuk itu kami semua harus menjaga sikap.

Aku sama sekali tidak berpikir akan melanjutkan kuliah di sini. Bukan karena tidak tertarik. Bagaimana mungkin tidak tertarik dengan kampus yang menjadi salah satu kampus terkemuka di Indonesia. Cukup banyak teman yangingin masuk di kampus ini. Hanya saja, berat sepertinya.

Setelah selesai kunjungan di kampus, kami langsung menuju tempat pembuatan kerajinan tangan yang terbuat dari tanah liat. Kami semua diajarkan membuat beberapa kerajinan tangan seperti guci, mangkuk, dan lain sebagainya. Tentunya dengan menggunakan tanah liat.

Ini tidak semudah yang dibayangkan. Berulang kali mencoba, tanah liat buatanku tidak berubah menjadi apa pun. Ujung-ujungnya hanya mengotori baju dan celana. Rasanya seperti kembali ke umur tujuh tahun, saat bermain dengan lumpur masih dianggap lumrah.

Setelah mencuci tangan dan kaki, aku pergi keluar. Tidak disangka di luar bertemu Helmi, sepertinya dia kebingungan.

“Mi, kenapa lu?” tanyaku.

“Gue lagi cari toilet Val, di mana ya?” jawabnya.

“Tanya aja Mi, ayo gue temenin,” jawabku.

Akhirnya kami bertanya pada orang sekitar. Mereka memberi tahu letak toilet umum. Letaknya tepat di belakang tempat pembuatan kerajinan tanah liat. Aku dan Helmi langsung bergegas, karena akan meninggalkan tempat ini sebentar lagi. Setelah kurang lebih lima menit, akhirnya kami kembali ke parkiran bus.

Sekitar tempat ini ada yang menjual suvenir, aku mampir untuk melihat-lihat dengan harapan akan menemukan tas lempang batik pesanan adik di rumah. Akhirnya dapat juga, tas lempang seharga dua puluh lima ribu rupiah terbeli.

Sesampainya di bus, banyak yang bilang lebih baik beli di Malioboro saja lagi. Aku pikir, takut tidak sempat mencari tas karena tempatnya cukup luas dan lagi waktu yang diberikan hanya sebentar. Setelah mampir ke Malioboro untuk kedua kalinya, kami semua harus segera pergi ke stasiun untuk pulang meninggalkan Yogyakarta.

Kami diberikan waktu bermain dan belanja untuk terakhir kalinya. Malioboro yang letaknya agak dekat dari stasiun akhirnya membuatku pergi untuk berjalan-jalan sebentar. Erdy bahkan bermain game online di warnet bersama Riz dan kawan-kawan.

Aku berjalan sendiri, sejenak mampir ke toko handphone, untuk melihat earphone. Kebetulan punyaku rusak, tapi niat itu batal karena di dompet sudah tidak ada lagi uang selain untuk ongkos pulang nanti. Akhirnya, aku kembali ke stasiun dan memutuskan untuk menunggu di sana. Aku juga harus menjaga tasku yang sudah mulai sobek. Jika aku bawa tas itu terus-menerus, hanya akan membuat sobekannya makin besar.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

1
halofloela
cerita yang bagus
Achmad Aditya Avery: terima kasih /Smile/
total 1 replies
Zyureˋslowrest.
Hi ka, aku mampir. semangat ya!
Achmad Aditya Avery: thank you /Smile/
total 1 replies
Osmond Silalahi
dari semua lagu kenapa yg dipilih spongebobs?
Osmond Silalahi: wkwk ...
total 2 replies
Osmond Silalahi
aq mampir bro
Osmond Silalahi: sama²
total 2 replies
Y. Kasanova
Baru mampir
Achmad Aditya Avery: thank you /Smile/
total 1 replies
Osmond Silalahi
sakit kepala kalau langsung dibangunin model gitu
Osmond Silalahi: betul kan
total 2 replies
Osmond Silalahi
hayo ... salah sapa
Osmond Silalahi: wkwk ... setuju
total 2 replies
Osmond Silalahi
kali 2 weh
Achmad Aditya Avery: wkwkwkwkwk
total 1 replies
Osmond Silalahi
wah keren arti avery
Osmond Silalahi: tapi keren
total 2 replies
Osmond Silalahi
kunti jenis apa ini? wkwk
Osmond Silalahi: wkwkwk
total 2 replies
Osmond Silalahi
padahal rame matematika
Osmond Silalahi: begh ... rame lo
total 2 replies
Osmond Silalahi
mantap ini
Osmond Silalahi: sama²
total 2 replies
Osmond Silalahi
aq banget dlu
Osmond Silalahi: wkwk ....
total 2 replies
Osmond Silalahi
Dera ky nya unmood
Osmond Silalahi: nah kan
total 2 replies
Osmond Silalahi
weh ... up bab.
Achmad Aditya Avery: yoaaa
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!