NovelToon NovelToon
Pendekar Pedang Kelabu : Perang Kebangkitan

Pendekar Pedang Kelabu : Perang Kebangkitan

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi / Budidaya dan Peningkatan / Perperangan / Pusaka Ajaib
Popularitas:56.8k
Nilai: 5
Nama Author: YanYan.

Alam Dongtian berada di ambang kehancuran. Tatanan surgawi mulai retak, membuka jalan bagi kekuatan asing.

Langit menghitam, dan bisikan ramalan lama kembali bergema di antara reruntuhan. Dari barat yang terkutuk, kekuatan asing menyusup ke celah dunia, membawa kehendak yang belum pernah tersentuh waktu.

Di tengah kekacauan yang menjalar, dua sosok berdiri di garis depan perubahan. Namun kebenaran masih tersembunyi dalam bayang darah dan kabut, dan tak seorang pun tahu siapa yang akan menjadi penyelamat... atau pemicu akhir segalanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YanYan., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kembali

Langit di atas Istana Sayap Kebebasan masih kelabu, namun ketegangan yang menggantung di antara mereka bertiga tampak mulai mencair ketika dari dalam dimensi pedang, suara lembut namun penuh tekanan terdengar jelas—suara Lian Xuhuan.

"Kenapa kalian kebingungan begitu?" katanya pelan, namun nadanya membawa kesan mencibir ringan. "Ayolah, kalian bertiga semuanya adalah orang hebat. Kenapa hal begini saja harus diambil pusing?"

Ming Rui memutar kepala ke arah pedang abu-abu yang bersandar di sisi Zhang Wei, seolah baru sadar bahwa sang legenda hidup juga menyimak diskusi mereka dari balik ruang dimensi. Rong Fan mengangkat alis, sedikit terkejut namun tidak menunjukkan ketidaksenangan.

Lian Xuhuan melanjutkan, tenang dan mantap. "Dengarkan baik-baik. Kalian tidak perlu memaksakan semua masalah langsung tuntas sekarang. Biarkan aku yang mengatur bagian ini."

Ia memberikan tatapan tak kasatmata pada Rong Fan dan Ming Rui. "Kalian fokus saja pada Benua Tengah. Pertahankan wilayah ini, pertajam koordinasi, dan pastikan tidak ada celah yang bisa dimanfaatkan pihak luar. Serahkan sisanya pada kami."

Zhang Wei tetap diam, namun Lian Xuhuan kemudian berkata, "Dan kau, Zhang Wei... Bukankah kau pernah bilang padaku tentang janji yang kau buat dengan Mei?"

Seolah tersengat aliran memori yang terlupakan, Zhang Wei akhirnya mengangguk pelan. Wajahnya yang tadi penuh keraguan kini mulai berubah. Ia ingat—Mei menjanjikan sesuatu jika dia berhasil mencapai puncak Martial Sovereign, Mei adalah seorang gadis misterius yang bukan manusia... melainkan perwujudan dari kehendak sebuah alam rahasia yang tak bernama di Benua Timur.

"Mei..." gumam Zhang Wei lirih.

Ming Rui menyipitkan mata, jelas tak familiar dengan nama itu. Rong Fan juga tampak kebingungan, namun keduanya memilih diam, tidak bertanya lebih jauh. Ada rasa hormat yang tertahan dalam pilihan mereka untuk tidak mencampuri urusan pribadi Zhang Wei—terlebih jika itu menyangkut sesuatu yang bahkan mereka sendiri tidak bisa mengerti.

Akhirnya, keputusan pun diambil.

Rong Fan akan mengkonsolidasikan seluruh kekuatan besar di Benua Tengah, membentuk pertahanan terpadu di sekitar wilayah strategis. Ia akan menjadi komandan tertinggi dalam menghadapi kemungkinan serangan langsung dari Benua Barat.

Ming Rui, dengan pasukan pengintainya yang dikenal paling lincah dan sulit dilacak, akan memantau setiap pergerakan di perbatasan Samudera Petaka. Ia akan memastikan tidak ada satu pun makhluk atau kekuatan laut dari barat yang bisa menyusup tanpa sepengetahuan mereka.

Dan Zhang Wei... Ia akan kembali ke Benua Timur.

Perjalanan itu bukan hanya untuk memenuhi janji yang telah lama ia pendam. Tapi juga untuk mencari jati dirinya yang sebenarnya. Mungkin saja, Mei—yang tidak pernah menampakkan diri sejak pertarungan besar terakhir—menyimpan sesuatu. Sebuah petunjuk. Sebuah kunci yang bisa membawa mereka menyusun jalan keluar dari krisis ini.

Ketiganya berdiri tegak, saling mengangguk dalam diam. Tidak ada perpisahan penuh kata-kata. Karena mereka tahu, badai yang akan datang tidak menuntut drama, melainkan keteguhan.

Dan di tengah langit kelabu di atas Lautan Utara, keputusan itu pun menjadi fondasi baru bagi perlawanan umat manusia.

***

Debur ombak menyentuh pantai tenggara dengan suara menderu yang panjang—berpadu dengan desir angin laut yang membelai tajam rambut dan jubah yang berkibar liar. Langit kelabu menggantung berat di atas lautan tak bertepi, dan dari kejauhan samar, burung-burung laut terdengar melengking, menggambarkan kehampaan sekaligus keagungan samudera di hadapan.

Zhang Wei berdiri di atas batu besar yang menjorok ke laut, tubuhnya tegak dan kokoh diterpa angin asin yang menggila. Jubah kelabunya mengepak liar di belakang, seolah berusaha lepas dari tubuh tuannya. Di punggungnya, pedang agung berwarna abu gelap bersandar setia, memancarkan aura yang tidak bisa disembunyikan oleh alam.

Matanya menatap lurus ke arah timur, ke arah benua yang telah lama ia tinggalkan. Benua tempat semua perjalanan ini bermula.

Sudah lebih dari satu tahun...

"Aku bahkan tidak tahu... apakah Negeri Awan Utara masih berdiri seperti saat aku meninggalkannya?" gumamnya pelan, nyaris tenggelam dalam dentuman ombak.

Bayangan tentang keluarga Song melintas di benaknya. Song Tianyu, kepala keluarga yang pernah berdiri tegak di sisi rakyatnya, dan putrinya, Song Meiyu... gadis cerdas yang pernah menjadi sekretaris kepercayaannya. Mereka bukan sekadar sekutu. Mereka adalah pondasi awal dari kerajaan kecil yang ia bangun di tengah gejolak dunia.

Sebuah suara dalam benaknya menjawab, lembut namun dalam—suara yang hanya bisa ia dengar sendiri.

"Kau merindukan tempat itu, Zhang Wei?"

Zhang Wei tidak menjawab. Tapi ia tahu suara itu.

Lian Xuhuan—sosok yang kini tersegel dalam dimensi pedangnya, sekaligus satu-satunya yang tahu betul bagaimana sejarah kelam benua Timur ditulis oleh darah dan kehancuran.

"Tempat itu... adalah asal mula segalanya," lanjut suara itu lirih, seperti angin yang menelusup celah-celah kesunyian. "Aku lahir di sana... dan mati di sana juga. Eksperimenku—pusaka pemusnah galaksi—menghapus seperempat benua Timur dalam satu ledakan. Semua karena ambisiku. Tapi di sanalah aku bertemu kau, muridku... Membawa semua warisanku yang tersisa."

Zhang Wei mengepalkan tinjunya, suara dalam pikirannya kini selaras dengan desir pedang di punggungnya, seolah ikut bicara.

"Aku tak bisa membayangkan... jika Peng Shao benar-benar berhasil menaklukkan seluruh benua."

Hening sesaat. Hanya ombak dan desir angin yang bersuara, menggetarkan batu yang mereka pijak.

Zhang Wei menghela napas panjang. Matanya tetap menatap jauh ke cakrawala. Di balik kabut dan air laut, Benua Timur menanti. Entah dalam damai, atau dalam api.

***

Kabut keabu-abuan menggulung pelan di atas permukaan Samudera Petaka. Ombak-ombak menggila di kejauhan, menelan langit dan laut menjadi satu kesatuan horor yang tak dapat dimengerti oleh para kultivator biasa. Namun di tengah kekacauan itu, sebuah kapal kecil dari batu hitam mengapung tanpa gentar. Bentuknya mungil dan sederhana, namun memancarkan tekanan yang membuat ruang di sekitarnya nyaris membeku. Itu adalah kapal artefak tingkat delapan, salah satu koleksi milik yogui.

Di atasnya berdiri seorang pria berambut hitam panjang yang tergerai, jubahnya berkibar perlahan tertiup angin laut yang asin dan mengandung energi penghancur. Mata kelabunya memandangi horison luas dengan tenang, seakan segala kehancuran di bawah kakinya bukanlah sesuatu yang layak diperhitungkan.

Zhang Wei, Pendekar Pedang Kelabu, akhirnya melintasi Samudera Petaka.

Aura yang membungkus tubuhnya mengandung kekuatan di puncak Martial Sovereign. Meskipun tubuhnya belum benar-benar pulih, namun setiap hembusan napasnya sudah membawa tekanan dari kehendak yang melampaui kehidupan fana. Di kedalaman laut, para binatang roh penguasa samudera mengintai seperti biasa, tertarik oleh keberadaan makhluk hidup. Namun begitu mereka merasakan aura kelabu yang menindas itu, mereka serempak mundur ke dasar samudera dengan rasa gentar yang tidak bisa dijelaskan oleh naluri saja. Bagi mereka, makhluk di atas kapal itu bukanlah mangsa, melainkan malapetaka yang tak boleh disentuh.

Kapal itu meluncur lurus, membelah samudera ganas tanpa goyah sedikit pun. Petir, pusaran air, dan badai ruang yang biasa menghancurkan kapal-kapal kultivator tingkat tinggi, semuanya terbelah begitu saja oleh garis tak terlihat dari aura pedang yang membungkus Zhang Wei. Langit dan laut pun seakan membentuk jalur kehampaan baginya untuk lewat.

Suara Lian Xuhuan terdengar pelan dari dalam dimensi pedang yang tergantung di pinggangnya.

— Kau benar-benar telah tumbuh, muridku. Dulu bahkan aku tak berani membayangkan melintasi tempat ini hanya dengan kapal sekecil itu. Tapi kau... kau membuat Samudera Petaka tampak seperti kolam kecil di halaman belakang.

Zhang Wei tak menjawab. Matanya menatap ke depan, wajahnya tak terguncang oleh kesunyian atau kedahsyatan di sekitarnya. Hanya ada satu tujuan dalam pikirannya—menepati janji, menemukan jawaban, dan membawa kembali satu-satunya orang yang pernah membimbingnya memahami arti kekuatan sejati.

Setelah waktu yang entah berapa lama, garis kabur di ujung cakrawala mulai menampakkan daratan. Bebatuan hitam yang tajam menjulang dari dasar laut, diselingi tebing karang yang seperti dikeruk paksa oleh tangan raksasa. Inilah wilayah barat daya Benua Timur—wilayah liar, sunyi, namun menyimpan misteri dan kekuatan yang tak diketahui oleh dunia luar.

Begitu kapalnya menyentuh pesisir, angin yang menyambut dari daratan itu terasa berbeda—seperti energi kehidupan dan kehendak alam telah lama menghilang dari sini. Zhang Wei melangkah turun, menapakkan kakinya pada pasir lembap yang tertimpa cahaya senja. Cahaya jingga memantul di tubuhnya, namun bayangan yang terproyeksi di belakang tampak lebih gelap dan panjang dari biasanya—seolah dunia mengingatkannya, bahwa setiap langkah ke depan akan membawa dampak bagi seluruh benua.

Langit mulai menggelap. Zhang Wei menatap ke daratan luas di depannya.

— Ini tempatnya… tempat di mana semuanya bermula.

Dan juga tempat di mana dia akan mengukir akhir yang baru.

1
Nanik S
Zhang Wei... selamatkan Dunia
Nanik S
Apakah Dunia yang ditempati Yue Lian juga akan hancur oleh Peng Shao
Nanik S
Bikin penasaran saja Tor
Nanik S
Siapa Zhang Wei sebenarnya...
Nanik S
Mei.... Zhang Wei dua kekuatan yang mengerikan untuk menyelamatkan Dunia
Nanik S
Peng Shao... Siluman Kuno yang hendak menghancurkan Dunia
agus purnomo
kopi pagi suhu
saniscara patriawuha.
tunggulahhhh sanggg maha kaisar akan segeraa lahirrrr...
saniscara patriawuha.
gasss polll mangg zhhangggg
saniscara patriawuha.
gassss polll mangg zhongggg...
y@y@
🌟👍🏼👍🏻👍🏼🌟
y@y@
💥👍🏿👍🏾👍🏿💥
y@y@
⭐👍🏻👍🏼👍🏻⭐
Indah
lanjut bro
y@y@
🌟👍🏾👍🏿👍🏾🌟
budiman_tulungagung
gass... satu bab satu mawar 🌹
budiman_tulungagung
gass satu mawar 🌹
budiman_tulungagung
satu mawar 🌹 lanjutttt
budiman_tulungagung
satu mawar 🌹 lagi
budiman_tulungagung
tetap satu mawar 🌹 satu bab
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!