Kejadian satu malam dengan pria yang sangat membencinya membuat Vara memutuskan untuk meninggalkan kota dan mengubur harapannya dalam-dalam untuk melanjutkan pendidikan.
Kehidupan baru yang Vara kira akan tenang dan melupakan peristiwa buruk yang dialaminya ternyata hanya sementara saja. Hadirnya dua malaikat kecil di hidupnya membuat Vara mendapatkan cacian dari warga sekitar dari masa kehamilan sampai kedua anaknya lahir.
Setelah empat tahun berlalu Ibu yang mendapatkan tawaran untuk mengelola cafe milik kakaknya mengajak Vara untuk kembali ke kota. Ternyata nasib baik tidak berpihak kepada Vara. Setelah enam bulan ia pun dipertemukan kembali dengan Rangga ayah dari kedua anaknya. Perjalanan hidup baru Vara pun di mulai dengan terbongkarnya rahasia yang diketahui Rangga bahwa ia memiliki anak kembar dari Vara.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rencana Audi
Mama Dewi hanya bisa menatap sendu kepergian anaknya, sebenarnya ia tidak tega membentak Fero seperti itu. Hanya saja ia merasa sedih melihat cinta anaknya yang tidak kunjung terbalas sampai saat ini. Terkadang ia merasa heran pada wanita yang tidak membalas cinta anaknya itu. Padahal Fero menurutnya anak yang baik dan juga bertanggung jawab. Bisa saja Fero mendapatkan wanita yang lebih sempurna di banding wanita yang dicintainya itu, pikir Mama Dewi.
Mama Dewi mengalihkan pandangannya ke arah Zia yang sedari tadi hanya menjadi penonton drama perdebatan antara ibu dan anak itu.
"Maafkan sikap Fero ya Zi! Fero sebenarnya anak yang sopan. Hanya saja jika menyangkut pujaan hatinya itu, ia selalu saja lepas kendali." Mama Dewi mengelus tangan Zia dengan perasaan tidak enak karena ucapan Fero yang secara tidak langsung menolak perjodohan mereka.
Zia hanya tersenyum dan balik mengelus tangan Dewi sebagai tanda ia baik-baik saja.
"Tidak masalah tante, Zia ngerti kok. Kalau gitu Zia pamit pulang dulu ya tante."
"Kenapa buru-buru sekali Zi?" Tanya Mama Dewi karena Zia baru saja tiba di rumahnya mengantarkan bingkisan titipan mamanya.
"Zia ada janji bertemu teman lama di sini tante."
Mama Dewi mengangguk mengerti. "Salam buat mama kamu ya Zi! Terimakasih lo sudah repot-repot anterin ke rumah."
"Agh tante terlalu sungkan, gak ngerepotin kok tan." Ucap Zia tersenyum lembut. "Kalau begitu Zia pamit dulu tante." Lanjut Zia dan menyalimi Mama Dewi.
Zia pun beranjak dari sofa yang didudukinya dan berjalan lunglai keluar dari rumah orang tua Fero dengan senyum miris. Sejujurnya hati Zia sangat sakit akan penolakan secara langsung yang dilontarkan Fero di hadapannya. Zia sudah menyukai Fero dari masa mereka masih kecil, bahkan saat ini perasaan Zia terhadap Fero sudah berubah menjadi cinta walaupun mereka baru saja bertemu. Dengan selalu memperhatikan foto-foto Fero saja sudah membuat cinta Zia terhadap Fero semakin membesar setiap harinya.
Siapa wanita yang dicintai Fero? Kenapa Fero terlihat begitu sangat mencintainya, bahkan ia tidak segan membela wanita itu di hadapan mamanya. Gumam Zia setelah masuk ke dalam mobilnya.
Zia menghidupkan mesin mobinya dan melajukannya keluar dari gerbang rumah Fero dengan air mata yang mengalir di kedua pipinya.
***
Audi masuk ke dalam rumahnya dengan raut wajah masam yang menghiasi wajahnya. Ia baru saja pulang dari kantor Rangga berniat untuk mengajak Rangga makan siang bersama dan seperti sebelum-sebelumnya, untuk kesekian kalinya Rangga menolak ajakannya itu.
"Kenapa sih Rangga selalu menolak ajakan gue! Kurang apa coba gue selama ini?! Aghh!!!" Audi menghentakkan kakinya dan menaiki tangga menuju kamarnya.
Kamar Audi nampak tidak beraturan. Kekesalannya kepada Rangga membuatnya melampiaskan amarah terhadap benda yang berada di dekatnya. Berbagai kosmetik yang berada di meja rias pun tak luput dari amukannya. mama Sally yang mendengar keributan di kamar Audi bergegas memasuki kamar anaknya itu. Dilihatnya Audi duduk di samping ranjang dengan rambut yang sudah acak-acakan dan barang-barang yang berserakan di lantai kamar.
"Ada apa ini Audi?" Mama Sally menghampiri Audi, membantu Audi berdiri dan duduk di tepi ranjang sambil mengelus punggung anaknya yang sedang terisak dalam tangisannya.
Audi mengangkat wajahnya dan langsung memeluk mamanya erat seakan menumpahkan segala rasa sakit hatinya atas penolakan yang Rangga lakukan selama ini kepadanya.
"Kenapa Rangga selalu menolak Audi ma? Kenapa dia tidak pernah membalas perasaan Audi kepadanya." Ucap Audi yang sudah mulai tenang dari tangisannya. Audi memang selalu menceritakan tentang Rangga kepada mama Sally, karena menurutnya hanya mamanya lah yang selama ini yang selalu mengerti akan perasaannya dibandingkan papanya.
"Sudahlah nak, kenapa kamu tidak pernah mendengarkan ucapan mama. Lupakan Rangga nak." Ucap mama Sally lembut.
Audi menggeleng. "Audi tidak akan pernah bisa melupakan Rangga ma!"
"Bagaimana kamu bisa mengatakan tidak akan bisa melupakannya jika kamu tidak mau berusaha melupakannya Audi!" Mama Sally sudah begitu kesal akan sifat putrinya yang keras kepala itu.
"Mama membentak Audi ma?" Air mata Audi semakin deras mengalir di pipinya.
Mama Sally merutuki kebodohannya yang sudah membentak Audi untuk pertama kalinya. Rasa sayang yang begitu besar kepada putri satu-satunya itu, membuat ia tidak pernah memarahi Audi juga membentaknya.
Audi melepaskan pelukan mama Sally kemudia menatap Sally dengat tajam. "Apa mama sudah tidak sayang lagi dengan Audi ma?!" Audi begitu kesal akan sikap mamanya yang membentaknya di kondisi ia sedang membutuhkan dukungan sang mama.
Mama Sally kembali memeluk Audi walaupun anaknya itu memberontak ingin dilepaskan. "Maafkan mama Audi, mama hanya tidak mau kamu seperti ini terus." Ucap mama Sally.
Audi tersenyum tipis akan rencananya untuk mendapatkan Rangga kali ini. "Audi hanya butuh Rangga ma! Jika mama dan papa tidak bisa membuat Rangga menikahi Audi, maka kalian tidak akan pernah melihat Audi di dunia ini lagi!?" Ancam Audi.
Mama Sally tersentak akan permintaan dan ancaman putrinya itu. "Maksud kamu apa Audi? Mama tidak mungkin memaksa Rangga untuk menikahi kamu." Mama Sally tidak mengerti akan permintaan Audi itu.
"Baiklah, berarti mama dan papa tidak ingin melihat Audi ada di dunia ini lagi." Ancamnya sekali lagi.
Mama Sally sudah tidak punya pilihan lain selain menuruti permintaan putrinya itu. "Mama akan bicarakan ini dengan papa kamu dulu Audi. Mama akan berusaha supaya kamu bisa bersama dengan Rangga. Kamu jangan mengancam mama seperti itu Audi! Mama sangat menyayangi kamu! Bagaimana mungkin kamu berfikiran seperti itu, Audi." Ucapan mama Sally pun melemah diikuti air mata yang mengalir di kedua pipinya.
Selain Audi adalah anak tunggal di dalam rumah tangganya bersama sang suami. Audi juga merupakan harta yang paling berharga untuk mama Sally. Karena kelahiran Audi merupakan nikmat yang tak terhingga untuk mama Sally yang bisa melupakan kedihannya setelah kehilangan sang ibu waktu itu.
Audi tersenyum tipis akan rencananya kali ini yang iya yakini akan berhasil. Ia sangat tau sang mama sangat menyayanginya dan akan melakukan apapun untuk putrinya itu. Ia sungguh tidak sabar menantikan saat itu tiba. Saat dimana ia bisa menikah dengan Rangga dan memiliki Rangga seutuhnya. Segala perjuangannya untuk memiliki Rangga harus terbalaskan kali ini, pikir Audi tersenyum kemenangan.
"Kamu jangan sedih lagi Audi, mama turun dulu mau memanggil bibi untuk membereskan kekacauan yang kamu buat. Ingat! Kamu jangan melakukan hal-hal yang akan merugikan kamu. Mama akan bicarakan ini dengan papa malam nanti. Kamu istirahatlah dulu di kamar tamu." Ucap mama, karena tidak mungkin Audi istirahat di kamarnya yang sudah seperti kapal pecah saja, pikir mama Sally.
Audi mengangguk dan langsung memeluk mama Sally. "Terimakasih ma! Audi sangat menyayangi mama." Ucap Audi.
Gue yakin mama dan papa pasti bisa menemukan cara agar gue bisa bersama Rangga. Gumam Audi dalam hati.
RANGGA KAMU SALAH MENILAI VARA YG MSH LUGU SUCI