Bumi, tahun 2120. Di sebuah kota kecil, tepatnya sebuah gang belakang distrik F. Lahirlah seorang anak laki-laki , bernama Arlean yang berarti "Janji". Kedua orang tuanya, merupakan seorang petualang peringkat (E+), bertugas untuk membantu kerajaan dalam menghabisi binatang-binatang buas dan moster yang menyerang ke wilayah kerajaan.
Dunia ini memiliki sejarah baru, yaitu. Adanya gelombang energi yang tidak diketahui menimpa bumi kita. Perluasan wilayah bumi dengan tiba-tiba, yang semula berkisar 1x (510.072.000 km²) menjadi 1.000x lipat luasnya.
Monster-monster perlahan muncul, beserta. Dengan adanya kekuatan sihir dan sistem, Arlean yang seorang anak kecil, bercita-cita menjadi petualang tingkat teratas, seperti kedua orangtuanya. Mampukah dia mencapai mimpinya? Ataukah malah sebaliknya... kegagalan yang tragis! ("Cerita ini, merupakan kisah dari seseorang yang jauh dan sangat berharga bagiku" by; Florina).
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AI. htiar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch (31) Fitnah Musuh Britan
(Tepat Saat Malam Hari)
Semua orang yang berada di kerajaan mendapati kabar, bahwa. Sang pahlawan kerajaan [Tristan von Britan] telah meninggal dunia. Bersamaan dengan matinya monster besar yang mengancam kerajaan.
Viona yang saat itu sedang duduk menatap berita dari hologram berita. Dirinya terdiam dalam keheningan, tidak ada tangisan tidak ada suara. Hanya keheningan total.
Berlaku juga dengan Arlean, yang saat itu. Masih berada di ruang latihan pribadi. Ia meringkuk dengan kesedihan, melihat berita yang datang bertubi-tubi...
Viona : "... " Matanya mengeluarkan air mata, dirinya menghadap ke bawah. Di dalam hatinya, ia ingin segera menuju medan perang untuk menemukan tubuh ayahnya. Tapi apa daya baginya, ia tidak memiliki wewenang untuk pergi kesana.
Disaat itu, ia masih teringat dengan Arlean.
Viona : ".. Kakek Jhon, tolong ambil alih tugas ini" Ia segera menghapus air matanya dan memberikan tablet terkait macam-macam kebutuhan pasukan. Yaitu makanan ataupun alat mekanik.
Johan : "Nona muda, mau kemana?" Bertanya setelah mengambil tablet tersebut.
Viona : "Aku ingin pergi ke rumah. Dan menemui Arlean serta Ibu". Ucapnya
Johan : " Baik Nona". Mengangguk setuju
Lupa : "Kak Viona, hati-hati ya". Melambaikan tangannya kepada Viona.
Viona yang melihat lambaian tangan tersebut, segera tersenyum kepada [Lupa]. Dan ia segera pergi secepat mungkin menggunakan kendaraan bermotor canggih.
Ia segera memakai alat pelindung kepala + visor Dan menyalakan mesin. Untuk sampai secepat mungkin, beserta kemampuan nya [Swiftness of Body {Lvl.3}]...
..
.
(Villa)
Beberapa saat berlalu, Viona telah sampai di wilayah Villa. Disaat ia telah sampai di pintu gerbang menuju pintu masuk wilayah Villa. Sontak kagetnya, melihat pemandangan yang hancur berantakan.
'Bhamm..!" Suara ledakan dari jauh.
Viona segera mendengar dan melihat suara ledakan bom dari jauh.
Viona : "Apakah pihak kerajaan belum mengatasi kekacauan ini?" Gumamnya.
Ia segera turun dan berlari menuju rumahnya, berapa terkejutnya ia. Melihat bahwa, disekitar rumahnya ada bekas pertarungan.
Viona : "I.. Ini?" Melihat ada sepotong pakaian kecil dan sebuah pecahan logam yang hancur beberapa bagian.
Viona : "Tombak Ibu?.." Melihat sekeliling dan menganalisanya menggunakan asisten A.I nya yang berbentuk gadis roh api imut.
[System (A.Ie1) : Analyze... ]
[System (A.Ie1) :
-Potongan logam putih {37 Gram}
-Beberapa bercak darah (Gol. O)
-Sepotong pakaian yang hancur (Hitam)]
[System (A.le1) : Selesai]
Keringat dingin dan rasa tidak mengenakkan datang di dalam hatinya.
Viona yang telah melihat beberapa data dari hasil perolehan. Analisa asisten miliknya. Ia segera pergi terburu-buru menuju rumahnya.
'Ting.. Klick!" Suara scan yang telah berhasil terhadap sidik jari pemilik dan bunyi pintu yang terbuka.
Viona : "Ibu!? Arlean!?.." Viona segera memanggil Arlean dan ibunya.
Seketika ada semacam suara yang memanggilnya.
Iris (???) : "Viona? Sudah datang.., ayo kemari" Menyapa Viona dari dapur.
Viona yang mendengar suara ibunya. Ia seketika merasa tenang dan bersyukur tidak terjadi apa-apa.
Disaat itulah, ia mematuhi perintah ibunya untuk duduk. Dan menunggu ibunya selesai menyiapkan makanan.
Saat ibunya telah datang. Viona hendak bercerita terkait apa yang terjadi pada ayahnya.
'Tuk..' Suara dari makanan yang telah disiapkan dan ditempatkan di meja. Makanan hangat dikala dinginnya hari.
Viona : "Kenapa robot yang membawa makanannya?" Bertanya-tanya, terkait kenapa robot yang membawa makanannya.
Iris (???) : "Nak Viona, Maafkan ibu ya.. Ibu, hanya ingin memberitahu mu. Ibu sayang padamu, jadi jangan menangis ya.." Senyumannya layaknya bunga yang telah mekar sepenuhnya.
Viona : "Maksud ibu?" Bertanya terkait apa maksud dari perkataan tersebut.
Sebelum sempat ia mendapatkan jawabannya. Perlahan-lahan bentuk tubuh Iris yang masih ada. Kini mulai menghilang sedikit demi sedikit.
Iris (Hologram) : "Viona, jagalah adik mu. Memeluk Viona". Ia memeluknya dengan lembut, meskipun ia tidak bisa menyentuhnya, tetapi ia tahu. Rasa cinta mereka lah yang membuatnya merasakan kehangatan pelukan itu.
Viona yang menyadari apa yang terjadi, ia ingin menangis. Ia ingin memeluk ibunya, ia tidak ingin ibunya pergi.
Viona : " Hik...hik" Menangis sembari mencoba memeluk ibunya, yang kala itu sebagai mana hologram terakhir miliknya.
Air matanya tidak bisa ia bendung lagi. Disaat itulah A.I (Gemini) memberitahu nya.
A.I (Gemini) : "Nona Viona, Tuan muda Arlean. Masih berada di ruang latihan. Silahkan anda pergi menemuinya". Meminta Viona untuk menemui Arlean yang sedang bersedih.
Mendengar hal itu dari Gemini. Ia segera mengusap air matanya dan membersihkan nya dengan air. Sebelum menemui Arlean.
Viona : "Baiklah.." Menepuk-nepuk pipinya.
..
.
(Ruangan Latihan Pribadi)
Arlean yang kala itu sedang berlatih dan melihat sebuah notifikasi berita. Seketika merasakan kesedihan yang mendalam, ia kini telah kehilangan sesosok ayah. Ayah yang dapat ia andalkan.
Arlean : "Apa salah keluarga ku...hik.." Bertambah tangisan nya dengan kesedihan yang mendalam.
Disaat ia bersedih. Tiba-tiba ada suara dari luar ruangan.
'Tuk.. Tuk.."
Arlean yang sedang bersedih. Seketika ia usap air matanya. Untuk pergi menuju pintu dan membukanya.
Arlean : "Iya, tunggu sebentar". Ucapnya
Arlean : " Pasti ibu" Senyum nya bahagia.
Saat ia telah didepan pintu. Dan membukanya, terlihat yang berada di depannya bukan ibunya. Melainkan kakaknya.
Arlean : "Kakak?" Ia segera memeluknya dengan erat dan tidak ingin melepaskan kakaknya.
Viona : "Iya, ini kakak... Arlean". Mengusap kepalanya.
Setelah usai berpelukan. Dan menghapus air matanya. Ia segera bertanya kepada kakaknya.
Arlean : " Ibu kemana kak?" Bertanya terkait, keberadaan ibunya.
Viona yangmendengar pertanyaan itu. Seketika ingin menangis. Tapi ia tahan, agar Arlean tidak bertambah sedihnya.
Viona : "Ibu masih ada urusan di zona pusat". Menjawab asal-asal dengan nada yakin.
Arlean : " Baiklah..., kak. Terkait ayah.." Menatap mata kakaknya.
Viona segera mengusap air mata yang masih keluar dari Arlean.
Viona : "Tidak apa-apa. Semuanya akan baik-baik saja". Menjawab nya dengan lembut.
-" Jadi, Arlean harus tenang ya. Jangan menangis, janji?" Mengusulkan jari kelingkingnya, untuk berjanji pada Arlean.
Arlean : "Janji..!" Mengangguk setuju
..
.
(Tiga Hari Kemudian)
Pagi hari yang cerah bersamaan dengan suara kicauan burung yang damai. Angin lembut nan dingin yang masuk melalui sela-sela jendela rumah Arlean.
Ia seketika bangun dan membuka matanya. Melihat bahwa masih ada salju di sekitaran rumahnya.
Saat itulah, ia berkeliling rumah untuk mencari kakaknya. Tetapi, seberapa banyak pun tempat dan ruangan yang ia cari. Tetap tidak menemukan kakaknya.
Disaat itulah, ia bertanya kepada A.I (Gemini).
Arlean : "Gemini, dimana kakak ku?" Melihat bahwa, sudah ada sarapan yang tersedia di meja. Tetapi ia tidak melihat kakaknya memakan makanan miliknya.
A.I (Gemini) : "Kakak anda, sekarang sedang berada di pengadilan. Zona Pusat". Menjawab dengan jujur.
Arlean : " Pengadilan.. Kenapa?" Bertanya sembari duduk hendak memakan sarapannya.
A.I (Gemini) : "Keluarga Britan dituduh membantu penjahat untuk kabur dan memporak-porandakan kerajaan" Menjawab dengan data yang ada.
Arlean : "!?" Sontak kaget dirinya.
Tanpa berlama-lama dan tanpa memegang sedikitpun makanannya. Ia hendak beranjak pergi, tepat saat ia hendak membuka pintu.
Tiba-tiba, pintu itu terbuka dan memperlihatkan sosok wanita tinggi bersama wanita yang masih kecil.
Arlean : "? Kak Jasmine?" Melihat Jasmine yang bisa masuk ke rumahnya.
Jasmine : "Ya, halo bocah. Aku disini, karena kakakmu. Ini kartu pengenal kakakmu". Menyapa Arlean dan memberikan kartu pengenal milik Viona / Kakak Arlean.
Florina : " Hai. Arlean.. " Melambaikan tangannya pada Arlean, untuk menyapanya.
Arlean : "Rin.. Kenapa kamu disini juga?" Kebingungan
Florina : "Ayo masuk dulu". Meminta Arlean untuk berbicara di dalam rumah.
Arlean : " Baiklah.. " Segera mempersilahkan Florina masuk dan menutup pintu.
Jasmine : "Jadi, bocah. Ayo lihat pengadilan disini". Meminta Arlean untuk bersama-sama melihat hasil pengadilan yang disiarkan di hologram TV canggih.
Mendengar saran dari kak Jasmine. Ia segera pergi untuk menonton bersama terkait pengadilan di Zona Pusat...
..
.
(Pengadilan Zona Pusat)
Pengadilan yang semua bangunan nya. Memiliki fitur canggih bersamaan dengan alat hoverboard bulat melayang. Untuk para orang-orang penting.
Di sisi dalam pengadilan. Semua peserta berhak mendapatkan tempat duduk yang nyaman dan semua hal yang berada di dalam bisa disiarkan atau tidak disiarkan (Tergantung kasusnya).
Bagian depannya, berdiri tiga podium tinggi. Tempat duduk para tiga hakim. Yang menilai argumen para pelaku dan penggugat.
Viona yang saat itu sebagai terdakwa. Sedang berdiri di tengah-tengah pengadilan, bagian kiri. Yang kala itu sedang disiarkan ke penjuru Zona.
Dan sang penggugat, berada di bagian kanan. Bersama dengan perwakilan pengacara negara.
Setelah beberapa saat, tiga hakim memasuki ruangan dan berdiri. Sembari mengucapkan.
Hakim (Agung) : "Sesi pengadilan segera dimulai, harap semua peserta tenang".
'Tuk' Suara ketukan palu persidangan.
Ia pun duduk setelah berkata seperti itu. Diikuti oleh seluruh peserta di pengadilan berteknologi canggih yang duduk.
Hakim (Anggota [1]) : " Kita sekarang akan mendengarkan pernyataan pembuka. Dimulai dengan kuasa hukum penggugat". Mempersilahkan untuk berbicara.
Jaksa : "Baik yang mulai. Hari ini kami akan membuktikan kepada Anda bahwa keluarga [Britan] bertanggung jawab atas kerugian besar yang diderita oleh negara...". Ia memulai melanjutkan pernyataan pembukanyaa..
Hingga diijinkan bagi pengacara [Viona]. Untuk memulai nya.
Hakim (Anggota [2]) : "Baik. Sekarang kuasa hukum terdakwa dapat menyampaikan pernyataan pembuka". Meminta pihak Viona untuk memulai berbicara, sembari bersiap-siap mencatat hal-hal penting.
Pengacara Viona yang seorang wanita, segera berdiri. Dan menyampaikan pernyataan pembuka miliknya.
Pengacara (Viona) : "Yang mulia. Anda baru saja mendengar satu sisi cerita mereka. Saya disini untuk menunjukkan bahwa pihak penggugat tidak memiliki bukti yang cukup... " Berbicara dengan menyampaikan arahan-arahan yang tidak terlalu menyudutkan.
Hakim (Agung) : "Baik Terimakasih untuk pernyataan pembuka nya. Sekarang mari kita menuju bukti-bukti yang kalian miliki. Kuasa hukum penggugat, silahkan dimulai".
Jaksa : "Diketahui oleh beberapa orang, bahwa [Tristan von Britan] pernah mengunjungi penjara beberapa kali". Melanjutkan
-" Disana, ia sempat berbicara terhadap salah satu tahanan paling berbahaya.. " Melanjutkan dengan membeberkan beberapa bukti dari hasil penyelidikan orang-orang yang ditangkap.
Jaksa : "Dan juga, ia pernah sesekali memberikan uang untuk beberapa petinggi-petinggi kerajaan".
Pengacara (Viona) : " Keberatan, terhadap pernyataan utama...". Ia berdiri dengan tetap tegap, menunggu Hakim mengakui keberatan nya.
Hakim (Anggota [2]) : "Diterima". Menyetujui keberatan nya.
Pengacara (Viona) : " Pernyataan yang disampaikan pihak terdakwa. Kami memiliki bukti sanggahan" Ia memberikan hologram asli, terkait riwayat pengeluaran uang [Tristan].
[System (Judicial) : Approved]
Seketika tampilan riwayat keuangan ditampilkan. Diketahui semua uang miliknya, ia sumbangkan. Untuk menolong orang-orang, baik dari kalangan miskin maupun orang-orang yang berada di penjara.
Setelah hakim melihat hal itu, mereka menganggung setuju. Dan menyatakan bahwa pernyataan penggugat, tidaklah sesuai dengan kejadian asli.
Saat itulah, grimwald. Yang berada di bangku belakang penonton tersenyum licik.
Grimwald : "Kena kau!" Melihat bukti satu-satunya yang telah mereka keluarkan dahulu.
Sesaat, orang disamping Grimwald berbicara. Sesosok laki-laki kurus dan memiliki mata kecanduan obat.
Grekar von Ogranian : "Ayah, kamu yakin. Aku bisa mendapatkan wanita itu?" Merujuk pada Viona.
Grimwald : "Tenanglah.. Keinginan mu sebentar lagi terwujud". Menjawab dengan yakin....
..
.
Setelah mereka beradu argumen satu sama lain. Disaat inilah titik puncak bukti. Yang tidak dapat disangkal apapun.
Jaksa : " Yang Mulia, ijinkan saya. Memberikan bukti terakhir". Memberikan sebuah bola kecil yang berisi hologram penghianatan [Tristan].
Saat Hakim (Agung), memperoleh bola itu. Ia segera mengecek nya (Melihat Keaslian) dan mengaktifkan bola tersebut.
Betapa terkejutnya mereka, ia melihat. Bahwa [Tristan] tanpa sengaja mencoba membunuh [Alvin] sang putra mahkota. Di saat peperangan monster terjadi.
Saat itulah, semua suasana mencekam. Dimulai dari Viona yang tidak percaya dan beberapa rekan Tristan dahulu. Yang tidak percaya, bahwa temannya melakukan itu. Keributan pun terjadi...
Zydan (Asisten Grimwald) : "Tuan, rencana kita berhasil... " Berbicara melalui gelombang rambat udara.
Grimwald : "Ya, memang begitu. Berkat DNA yang kau peroleh dari putra mahkota. Kini ia menjadi korban kita... Hahahaa" Berbicara dengan pelan.
-"Andai saja, mereka berdua tidak mati. Pasti A.I itu tidak mengijinkan bukti semacam ini, bisa kita dapatkan". Menjawab bahwa, kematian seseorang bisa mengijinkan A.I untuk membuat bukti kematiannya.
DNA milik putra mahkota dan Tristan yang dicampur menjadi satu. Serta ia gabungkan dengan bola itu. Menjadikannya bukti yang tidak dapat disanggah.
Hakim (Agung) : " Dalam kasus ini, kami bertiga. Dengan suara bulat, menyatakan bahwa. Terdakwa memang bersalah". Melanjutkan
-"Semua asetnya akan disita, serta. Keluarga Britan yang telah berani menyakiti putra mahkota akan dijadikan tahanan". Terakhir
-"Sekian dari kami. Sidang ditutup". ... 'Tuk.. Tuk.. Tuk" Suara ketukan palu tiga kali.
---___
(Rumah Arlean)
Melihat hal itu, Arlean segera ingin menolong kakaknya.
Arlean : "Kakak...?" Matanya berlinang air mata. Dan ia segera beranjak pergi.
'Tduhk...' Suara pukulan yang ditujukan kepada leher Arlean dan membuat nya pingsan.
Jasmine : "Nona muda. Apakah barang-barang yang akan dibawa, sudah selesai?" Bertanya kepada Nona mudanya.
Florina : "Iya" Mengangguk dan menujukan sebuah Drone berkekuatan ruang 3x3 meter.
Jasmine : "Kalau begitu. Ayo.. " Segera pergi dari kerajaan Eldoria...
...
..
.
_____
Bersambung : {Ch (32) Menuju Hutan Belantara} > [Next]
aku mau ngasih masukan tentang dialog kurang tepat pake tanda : tapi kalo untuk dialog lebih tepat pake tanda "
contoh nya
“Lo beneran bawa tikar?” tanya Vero sambil melirik tas jinjing besar yang dibawa Aluna.
semoga masukan ku bisa bermanfaat ya
semangat terus nulisnya cerita kamu sangat bagus ☺☺
Every writer has their own characteristics but every novel has its rules and writing methods.
aku udah like dan komen ya kak, jangan lupa balasannya di ceritaku🙃✨🙏
semangat terus nulisnya✨😁
jangan lupa mampir buat like dan komen di cerita ku ya kak🥺🙏