NovelToon NovelToon
Kintania Raqilla Alexander

Kintania Raqilla Alexander

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Diam-Diam Cinta
Popularitas:948
Nilai: 5
Nama Author: Lesyah_Aldebaran

Tidak semua cinta datang dua kali. Tapi kadang, Tuhan menghadirkan seseorang yang begitu mirip, untuk menyembuhkan yang pernah patah.

Qilla, seorang gadis ceria yang dulu memiliki kehidupan bahagia bersama suaminya, Brian—lelaki yang dicintainya sepenuh hati. Namun kebahagiaan itu sekejap hilang saat kecelakaan tragis menimpa mereka berdua. Brian meninggal dunia, sementara Qilla jatuh koma dalam waktu yang sangat lama.

Saat akhirnya Qilla terbangun, ia tidak lagi mengingat siapa pun. Bahkan, ia tak mengenali siapa dirinya. Delvan, sang abang sepupu yang selalu ada untuknya, mencoba berbagai cara untuk mengembalikan ingatannya. Termasuk menjodohkan Qilla dengan pria bernama Bryan—lelaki yang wajah dan sikapnya sangat mirip dengan mendiang Brian.

Tapi bisakah cinta tumbuh dari sosok yang hanya mirip? Dan mungkinkah Qilla membuka hatinya untuk cinta yang baru, meski bayangan masa lalunya belum benar-benar pergi?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lesyah_Aldebaran, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dua Puluh Dua

Qilla duduk di sebuah kafe Cozy bersama dua sahabatnya, si kembar Zenith Edsel Alvaro dan Zenith Edsel Alexandra, ditemani minuman hangat dan beberapa aneka makanan ringan yang tersaji di atas meja.

Sebelum ke sini, Qilla sudah meminta izin pada Brian, dan meskipun pria itu mengizinkannya, Qilla bisa merasakan nada berat hatinya yang tak bisa disembunyikan. Brian memang tidak melarang Qilla untuk bertemu dengan teman-temannya, tapi Qilla tahu bahwa Brian memiliki perasaan yang kuat terhadapnya, dan itu membuat Qilla merasa sedikit bersalah karena tidak bisa selalu bersama Brian.

"Kak Brian ngasih izin, tapi kayaknya dia nggak terlalu senang," kata Qilla sambil tersenyum tipis, mencoba mengalihkan perhatian dari perasaan yang sedikit rumit itu.

Zenith Edsel Alvaro dan Zenith Edsel Alexandra saling menatap, lalu kembali menatap Qilla dengan mata yang penuh perhatian.

"Apa yang terjadi?" tanya Zenith Edsel Alvaro, membuat Qilla merasa harus menjelaskan situasinya.

"Nggak apa-apa kok, gue cuma merasa Brian sedikit berat hati karena gue keluar sama kalian," jawab Qilla dengan jujur, membuat kedua temannya itu mengangguk paham.

"Kenapa lo menyuruh kami pergi waktu di hari pertunangan lo?" tanya Alexandra sambil menatap Qilla dengan wajah serius, mata pria itu menajam saat menatap mata Qilla, membuat Qilla merasa sedikit terintimidasi.

Qilla menelan ludahnya gugup, gadis itu bingung harus menjawab apa, tidak mungkin dia menjawab jujur jika Brian mengancamnya waktu itu.

"Jawab, Qilla!" suara Alexandra terdengar sangat tegas, membuat Qilla merasa semakin gugup.

"Gue hanya ingin kalian pergi sebelum rencana kita ketahuan, itu aja kok," jawab Qilla berusaha untuk terlihat santai meskipun dia berbohong kepada sahabatnya itu.

Mata Alexandra menyipit curiga, dan untuk beberapa saat, Qilla merasa seperti sedang diinterogasi. Namun, detik berikutnya, Alexandra mengangguk percaya, membuat Qilla merasa sedikit lega.

"Oke, kita percaya sama lo," kata Alvaro, membuat Qilla merasa sedikit lebih tenang. Tapi, Qilla tahu bahwa Alexandra masih memiliki keraguan, dan itu membuat Qilla merasa sedikit tidak nyaman.

"Jadi bagaimana? Apa rencana kita untuk selanjutnya?" tanya Alvaro yang berusaha untuk mencairkan suasana yang terasa sangat tegang.

"Kita mulai-"

"Eh, santai aja. Nggak usah direncanain lagi," ucap Qilla memotong perkataan Alexandra dengan senyum tipis, mencoba mengalihkan topik pembicaraan.

Alexandra dan Alvaro saling menatap, sepertinya mereka tidak mengerti apa yang dimaksud Qilla.

"Kenapa?" tanya Alexandra dengan nada penasaran, membuat Qilla merasa harus memberikan penjelasan.

"Gue rasa kita sudah cukup melakukan banyak hal, dan sekarang gue ingin fokus pada hal lain," jawab Qilla dengan suara yang santai, mencoba mengalihkan perhatian dari rencana mereka sebelumnya.

"And I've also fallen in love with him, so let's just cancel our plans."

Alvaro dan Alexandra saling menatap lagi, lalu mengangguk paham dan tersenyum bahagia.

"Oh wow, gue sangat terkejut, Qilla. Tapi gue juga lega kalau lo udah cinta sama cowok itu," kata Alvaro dengan senyum lega.

"Gue juga senang. Setidaknya sekarang lo jalanin semua ini bukan karena terpaksa, tapi karena cinta. Dan gue bisa liat dia itu sangat perhatian dan juga sangat mencintaimu," tambah Alexandra sambil tersenyum nakal, membuat Qilla merasa sedikit malu tapi juga bahagia.

Qilla hanya mengangguk setuju, merasa bersyukur memiliki sahabat-sahabat yang peduli padanya. "Iya, kak Brian memang sangat baik dan perhatian," jawab Qilla dengan senyum malu-malu, membuat Alvaro dan Alexandra terkekeh gemas.

"Gue cuma ingin lo bahagia, Qil," kata Alvaro dengan nada yang tulus.

"Gue juga ingin kalian bahagia," jawab Qilla dengan senyum, membuat suasana di antara mereka menjadi lebih santai dan penuh kehangatan.

"Eh, kalian nggak jadi berangkat ke luar negeri hari ini?" tanya Qilla mencoba mengalihkan pembicaraan dengan nada yang santai.

"Bukannya nggak jadi, cuma kami tunda dulu keberangkatannya," jawab Alexandra dengan senyum. "Masa iya kami nggak hadir di hari penting lo?"

Alvaro menambahkan.  "Benar itu, nggak mungkin kami tinggalin lo di momen sepenting itu."

Qilla merasa sedikit terharu dengan perhatian sahabat-sahabatnya, dan dia tersenyum lembut sebagai tanda terima kasih. "Terima kasih, guys. Gue sangat beruntung memiliki kalian sebagai sahabat," kata Qilla dengan suara yang tulus, membuat Alexandra dan Alvaro tersenyum.

"Kami juga merasa beruntung memiliki lo sebagai sahabat, Qilla," jawab Alexandra dengan nada yang hangat.

"Hmm, by the way... Kalian jadi lanjut ke mana sih?" tanya Qilla penasaran.

"Rencana orang tua sih pengennya kita lanjut sekolah di Jepang," jawab Alexandra.

"Tapi nih anak satu bandel, nggak mau sekolah di sana. Maunya di Thailand," lanjutnya sambil melirik tajam ke arah kembarannya.

"Lah, kenapa lo nggak mau di Jepang, Al?" tanya Qilla bingung.

"Yah, gue nggak bisa bahasa Jepang, ribet. Mending Thailand, gue udah jago bahasanya," jawab Alvaro dengan bangga.

Alexandra memutar bola matanya. "Alasan klasik. Bilang aja lo males belajar."

"Emang gue males!" ujar Alvaro sambil nyengir lebar.

"Kenapa coba? Sekolah di Jepang tuh keren loh, Al," kata Qilla.

"Di Thailand banyak cow-"

"Cowok?! Jangan bilang lo belok, Al!" Potong Qilla cepat dengan tatapan syok.

Alexandra juga langsung menatap kembarannya dengan ekspresi shock. "Si aying! Lo belok?!"

"Eh eh, bukan! Maksud gue banyak cewek tampan gitu loh!" Bela Alvaro dengan panik.

"Mulut gue typo tadi."

"Baru tau gue, mulut bisa typo. Yang typo biasanya jari," sindir Qilla sambil menahan tawa.

"Lo mau ke Thailand cuma karena itu doang? Di Jepang juga banyak cewek cakep njir," timpal Alexandra.

"Tau tuh, nggak cuma di Thailand aja kali yang ada cewek tampan," tambah Qilla.

"Gue nggak suka aja di Jepang, oke!" Alvaro mulai frustrasi.

"Fix, lo belok!" tuduh Alexandra.

"Ngaku aja, lo belajar bahasa Thailand karena kebanyakan nonton BxB kan?"

"Fitnah lo! Gue normal, sumpah!" bela Alvaro keras.

"Kalau normal, kenapa ngotot banget nggak mau ke Jepang? Kenapa lo malah kekeh banget milih Thailand?" tanya Qilla curiga.

"Karena... Ya karena gue emang nggak suka Jepang aja," jawab Alvaro santai, tapi Qilla dan Alexandra saling menatap dengan ekspresi yang sama, yaitu tidak percaya.

Qilla mengerutkan dahinya. "Hmm... Mencurigakan." Gumaman Qilla dan Alexandra bersamaan membuat Alvaro menghela napas panjang, pasrah.

"Oke fine, gue ikut ke Jepang. Biar kalian nggak fitnah gue terus."

Qilla dan Alexandra saling tos penuh kemenangan, membuat Alvaro merasa sedikit kesal tapi juga lega karena sudah tidak perlu berdebat lagi.

"Yes, kita menang!" seru Qilla dengan senyum lebar.

"Lo kalah mulu sih," timpal Alexandra sambil tersenyum sinis. Alvaro hanya menggelengkan kepala, merasa sedikit kesal.

Beberapa saat kemudian, Alvaro mengangkat cangkir kopinya sambil menatap Qilla dengan ekspresi serius,

"By the way, nanti kalau lo udah nikah, masih bisa nongkrong kayak gini nggak, Qill?"

"Masih bisa, kok. Nikah nggak akan bikin gue ninggalin kalian," jawab Qilla dengan nada yang santai, membuat Alvaro dan Alexandra merasa lega.

"Yang penting lo jangan ninggalin kita gara-gara Brian, ya," kata Alexandra dengan senyum sinis, membuat Qilla tertawa.

"Nggak mungkin lah, kalian tuh sahabat terbaik gue," jawab Qilla dengan tulus, membuat Alvaro dan Alexandra merasa puas.

"Oke, kita tunggu sampai hari H-nya, ya," kata Alvaro dengan senyum, membuat Qilla merasa sedikit malu tapi juga bahagia karena memiliki sahabat-sahabat yang peduli padanya.

"Yoi, kita masih bisa kumpul-kumpul kayak gini terus," kata Qilla dengan senyum lembut.

1
kalea rizuky
orang kaya pasti demi harta biar g kemanaa tuh makanya di jodoin sedari kecil hadeh pak buk egois demi harta anak di korban kan meski akhirnya cinta klo enggak apa gk hancur masa depan anak katanya orang kaya tp kayak orang desa aja kelakuan
kalea rizuky
panass
kalea rizuky
koo ortunya ijinin anak nya nikah muda pdhl orang kaya knp thor
kalea rizuky
meleleh ya qil/Curse//Curse/
kalea rizuky
jd mereka uda nikah g ada flashback nya apa thor
wait, what?
yah, belum lanjut kah? :(
wait, what?
Ditunggu lanjutannya yaa kak
wait, what?
rekomendasi banget sih untuk kalian baca, seruu banget
wait, what?
seruuuu banget, aku sangat suka sama cerita nya. Ditunggu kelanjutannya
Shoot2Kill
Thor, jangan bikin kami tidak bisa tidur karena ingin tahu kelanjutannya 😂
Shion Fujino
Menyentuh
Mabel
Wah, cerita ini anjreng banget! Pengen baca lagi dan lagi!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!