Entah apa yang membuat pernikahan yang baru berjalan tiga tahun hancur berantakan.Kakak kandungku yang menumpang sementara waktu dirumahku karna paska bercerai dengan suaminya,tega bermain api dengan ipar sendiri dibelakangku.
"Tega kalian..."ujarku.
"Maafin mas wan.Mas khilaf wanda."ujar irwan suamiku.
"Apa kurangku selama ini hah,dan kamu Ina sudah aku tampung malah jadi duri dalam pernikahan ku."ujar wanda menunjuk sang kakak yang bernama Ina.
Ina tidak menjawab sepatah katapun,dia hanya diam tertunduk mendengar apa yang adiknya ucapkan.
Kakak yang seharusnya mengayomi adiknya,ternyata menjadi duri dalam rumah tanggaku.Harusnyan dia bisa mengambil hikmah dari kegagalan rumah tangganya,ini malah menghancurkan rumah tangga adik kandungnya sendiri.
Entah mau dibawa kemana pernikahan antar irwan dan wanda selanjutnya?Apakah mereka mampu merajut kembali benang yang terlanjur kusut atau menyerah pada keadaan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ima susanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
Azan berkumandang dari toa mesjid sahut bersahutan,memanggil umatnya untuk menghadap sang pemilik kehidupan. Geliat aktivitas manusia nampak di berbagai tempat memulai harinya.
Seorang pria nampak masih betah bergelut dalam selimutnya. Tak terganggu sama sekali dengan suara panggilan dari toa mesjid. Matanya terasa enggan untuk dibuka.
Lagi asik di dalam dunia mimpi,tiba - tiba terdengar teriakan memecahkan gendang telinga.
"Mas,bangun ini udah jam berapa! Apa kamu ga kerja hari ini?" perempuan itu mengoyang tubuh laki - laki yang ada dibalik selimut. Merasa terganggu dengan suara yang memecahkan telinga,laki - laki itu perlahan membuka matanya,menyesuaikan indra penglihatan dengan terpaan sinar temaran lampu yang menyala.
"Jam berapa?"ujar laki - laki itu dengan suara serak khas orang bangun tidur.
"Udah siang,jam lima tiga puluh menit." Ucap perempuan yang memakai daster warna pink dengan rambut yang dicepol asal.
Laki - laki memaksa langkah kakinya menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Setelah mandi ia langsung berganti pakaian yang sudah disiapkan perempuan tadi.
"Ina,kopi mas mana?" tanya laki - laki itu memanggil perempuan itu dengan Ina.
"Ini dimeja mas,mas mau sarapan sekarang?" tanyanya.
"Kamu masak apa?" tanya laki - laki itu.
"Nasi goreng ,di kulkas cuma ada satu butir telur dan nasi sisa semalam sayang kalau dibuang lebih baik aku masak aja jadi nasi goreng." jelas Ina sembari menyendok nasi goreng kepiring laki - laki itu yang tak lain adalah suaminya.
"Cuma ini sarapan pagi ini." ucap suami Ina tidak semangat.
"Emang mas mau makan apa?" tanya Ina.
"Yang lain kek,bosan telur terus." keluh Suami Ina yang bernama Irwan.
Ina menegadahkan tanganya di muka suaminya. Irwan mengerinjitkan belum paham apa yang dimaksud istrinya.
"Mana sini uangnya kalau mau makan enak!" ujar Ina sinis.
Irwan terpaksa diam,sebab kalau ia jawab maka mulut istrinya tidak akan berhenti bicara yang membuat kepala Irwan bertambah pusing. Perdebatan seperti itu yang sering mewarnai kehidupan Irwan dan Ina. Semenjak mereka tidak punya apa - apa lagi,Irwan terpaksa menerima pekerjaan rendahan dengan gaji yang pas - pasan.
Sudah banyak ia mengajukan CV ke beberapa perusahaan tapi tidak kunjung ada panggilan,kalau pun ada pasti posisi yang yang tidak diinginkannya .Irwan berharap mendapatkan posisi seperti sebelumnya,ia merasa ia cukup kompeten. Ia tidak menyadari bahwa namanya sudah termasuk catatan hitam bagi perusahaan - perusahaan lain dari skandalnya yang terdahulu. Entah siapa yang menyebarkan rumor itu Irwan sama sekali tidak tahu.
"Yang,aku berangkat dulu." pamit Irwan pada istrinya yang jarang ada senyuman menghiasi wajahnya seperti dahulu yang selalu bersikap manis.
"Hmmm.....Hati - hati." ujarnya sambil mencium tangan suaminya.
Irwan menaiki kendaraan roda dua yang satu - satunya ia miliki. Mobil yang ia dan Ina punya dulu sudah habis tak ada sisa. Begitu juga dengan rumah terpaksa di jual untuk melunasi hutang - hutang istrinya. Dan sekarang terpaksa mengontrak rumah petakan yang sangat kecil. Itu terpaksa ia lakukan agar tidak kehujanan dan kepanasan.
Tiap hari ada aja yang diributkan istrinya. Padahal niatnya pulang kerja mendapat pelayanan dan kenyamanan setelah sehari bekerja tapi apa? hanya cacian dan hinaan yang selalu ia dapatkan. Ia mencoba bersabar tapi entah sampai kapan kesabarannya bertahan.
gda guna nya juga..sama2 muna juga..saling gengsi...yg perempuan gengsi di gedein