Percayalah...Aku Masih Perawan

Setelah magrib Dara ke rumah budhe Raka, tak seperti biasanya Raka sudah ada di teras rumah, sampai Dara terkejut melihat Raka bersender di tiang teras rumah, kedua tangannya ia lipat di bawah Dada, Seperti seorang ayah yang ingin memarahi anaknya.

Dara berjalan ke arah Raka, lalu memberi salam, "Assalamualaikum"

"Waalaikumsallam" Raka menjawabnya dengan ketus.

Dara masih berdiri diam di depan Raka, menunggu Raka mempersilahkannya masuk.

Namun Raka masih saja tidak bergeming justru malah berbalik memandang ke arah Dara juga.

Dara akhirnya memberanikan diri masuk ke dalam, biarlah nanti budhe saja yang mengajarinya mengaji.

"Pulang jam berapa tadi?" Tanya Raka saat melihat Dara yang akan berjalan ke arah pintu.

Langkah Dara terhenti, ia berbalik badan lalu melihat ke arah Raka.

"Baru saja pulang"

Raka mengerutkan keningnya " Dari siang tadi baru pulang?"

"Iya, memang nya kenapa, gue sangat menikmati keindahan taman disana, terlebih lagi gue juga sedang temu kangen dengan bang Rizki, sudah 1 tahun lamanya kita tidak bertemu" Dara sengaja berkata seperti itu, Dara ingin melihat reaksi Raka.

"Kangen katamu" Raka langsung mendekati Dara, Raka memegang lengan Dara.

"Aku tidak suka kamu dekat-dekat dengannya Ra" Suara Raka tiba-tiba berubah menjadi suara memelas.

"Dia Abang gue" Dara melepaskan tangan Raka yang ada di lengannya, Dara langsung saja masuk ke dalam rumah budhe.

"Assalamualaikum, Budhe"

Raka mengikuti Dara di belakangnya.

"Waalaikumsallam, Eh sayang"

Dara segera bersalaman dengan budhe, di ruang tamu begitu sepi, Rengganis dan suami serta anaknya ternyata sedang berada di taman belakang. Sedangkan Pakde masih belum pulang kantor.

"Hari ini ada Raka, jadi mengaji dengan Raka yah"

Dara mengangguk, Raka mengajak Dara ke mushola rumah seperti biasa, sesampainya disana Dara mengeluarkan buku tajwidnya juga iqra nya. Raka mulai mengajari Dara mengaji.

Saat Dara sedang mengaji, sesekali Raka memandang ke arah Dara, Raka merasa nyaman dan damai jika ia memandang Dara.

Selesai mengaji Dara segera merapikan buku-bukunya.

"Ra...andai Allah memberikan ku satu permintaan, aku ingin terus seperti ini, membimbing mu selamanya" Raka memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaannya.

Dara tersenyum " Memangnya kalau Lo dah punya istri, istri Lo ngebolehin gue di ajar ngaji sama Lo, kayanya ga mungkin Rosa membiarkan Lo ngajarin gue ngaji"

"Aku ingin membimbingmu sebagai istri"

Dara menatap Raka, begitu juga dengan sebaliknya.

"Tapi semua sudah terlambat Ka, Lo harus sadar itu"

"Katakan sekali saja Ra, kamu mau jadi istriku, aku pasti akan membatalkan semuanya"

"Rosa sahabat gue, dia juga perlu bimbingan Dari Lo, gue berharap saat Rosa bersama Lo, dia bisa menjadi wanita Solehah seperti yang Lo inginkan, Ka...gue sadar diri, gue bukanlah siapa-siapa Dimata Lo, gue cuma anak korban broken home yang suka ke Club dengan pakaian sexy"

" Itu dulu Ra, kamu sekarang sudah berubah" Raka memegang kedua lengan Dara, Raka berharap Dara mau mengucapkan sekali saja agar Raka membatalkan perjodohan itu.

"Tante Dara...." Teriakan Ayyubi menuju mushola membuat Raka segera melepaskan pegangan di lengan Dara.

Ayyubi masuk ke dalam mushola, lalu memeluk Dara.

"Tante Dara ayo main di taman, papah sama mamah lagi masak di sana lhooo"

Dara mencubit gemas pipi Ayyubi "Sedang masak apa memangnya"

"Sedang masak yang di bakar itu Tante"

Ayyubi menarik Tangan Dara menuju taman, Dara melihat ke arah Raka, terlihat kesedihan di wajah Raka.

Raka akhirnya ikut juga ke taman, disana sudah ada semua anggota keluarga nya sedang membakar sate kambing bersama.

"Ka...nih giliran kamu yang kipas kipas" Rengganis memberikan Kipasnya pada Raka.

Rengganis duduk di sebelah Dara juga Ayyubi.

"Ra...besok mbak akan pulang ke Surabaya, nanti akan kesini lagi saat Raka wisuda dan lamaran"

Mendengar kata lamaran membuat Dara tertunduk lesu.

"Tante ikut Ayyubi ayo ke Surabaya, ke rumah Ayyubi, kalau dirumah Ayyubi punya 3 adik, ada Asyifa, Fatih juga Shelomita"

Dara tersenyum " Tante kan harus sekolah juga sayang kaya Ayyubi"

"Nanti kalau libur ya Tante main ke Surabaya"

"Insyaallah"

"Nanti Ayyubi ajak Tante jalan-jalan disana"

"Iya sayang" Dara mengusap dengan lembut kepala Ayyubi.

Sate sudah matang semua, mereka makan bersama, Rengganis memberikan sambel kecap pada Raka.

"Jangan mbak, itu pedas sekali" Dara tidak memberikan sambel kecapnya pada Raka, Dara hanya melumuri kecap saja di atas sate yang ada di piring Raka.

Rengganis memperhatikan Dara yang begitu perhatian kepada adiknya. Rengganis merasa Dara yang seharusnya lebih pantas mendampingi Raka.

Saat sedang makan ponsel Dara berdering, Dara melihat ada panggilan masuk dari bang Rizki. Dara meminta izin pada semuanya untuk mengangkat telfon terlebih dahulu.

Dara pergi ke arah kolam renang sejenak, lalu mengangkat telfon dari Rizki.

📞"Assalamualaikum bang"

📞"Waalaikumsallam kamu sedang apa?"

📞"Aku di rumah budhe Raka bang, ini sedang makan malam bersama"

📞" Oh ya sudah, maaf ya mengganggu, tadinya abang mau mengajakmu makan malam, ya sudah lanjutkan makan malamnya, Assalamualaikum"

📞" Waalaikumsallam"

Saat Dara ingin kembali, Dara begitu terkejut karena Raka sudah ada di belakangnya.

"Astagfirullah, Raka, Lo ngagetin gue"

" Dari siang kalian bersama sampai magrib tadi, apa belum cukup"

"Apaan sih Lo"

"Iya, itu tadi dari Rizki itu kan"

"Memangnya kenapa?"

"Kalian kan sudah bersama dari siang tadi, apa belum cukup, apa kamu begitu senang ketika bersamanya Ra, apa kamu bahagia, apa kamu menyukainya?" Raka sedikit meninggikan suaranya.

"Apaan sih Lo, ga jelas banget"

Dara hendak pergi meninggalkan Raka di tepi kolam renang, Tapi Raka seketika memegang tangan Dara.

"Aku cemburu...."